Judul
Buku: The Tale of Despereaux
Pengarang:
Kate DiCamillo (2003)
Ilustrasi:
Timothy Basil Ering
Penerjemah:
Diniarty Pandia
Tebal:
280 halaman; 20 cm
Cetakan:
kedua, Maret 2005
Penerbit:
Gramedia Pustaka Utama
Karena kau, tikus, bisa bercerita pada Gregory.
Cerita ibarat cahaya. Cahaya sangat berharga di dunia yang begini gelap.
Mulailah dari awal. Berceritalah pada Gregory, Hadirkan cahaya. (hlm.
84).
Fabel adalah kisah tentang kehidupan hewan yang berperilaku seperti manusia. Kisahnya -tentu saja- fiktif, dan biasa digunakan sebagai sarana edukasi bagi masyarakat. Dalam khazanah fabel, kita mengenal kisah-kisah seperti Kelinci dan Kura-Kura, Kancil Mencuri Mentimun, Kancil dan Buaya. Kisah-kisah tersebut disajikan secara sangat simpel, dengan alur biasa-biasa saja, dan penyelesaian yang jarang menumbuhkan rasa penasaran. Unsur keindahan dalam menggulirkan kisahnya pun tidak menjadi perhatian utama.
Kate DiCamillo –pengarang yang sebelumnya telah menciptakan
karakter hewan dalam novel-novel seperti Because
of Winn-Dixie (2000) dan The Tiger
Rising (2001)-
membuktikan bahwa fabel bisa disajikan dengan indah. Tetap mengandung pesan
moral yang mudah diterima, tapi dialirkan dalam plot yang berlekuk dengan para
karakter yang menarik hati.
The Tale of Desperaux yang
menjadi pemenang Newbery Book tahun 2004 adalah fabel indah yang lahir dari
imajinasi Kate DiCamillo. Di dalamnya, kita akan bertemu dengan tiga karakter
yang tidak terlupakan: Desperaux Tilling, Chiaroscuro, dan Miggery Sow.
Despereaux Tilling adalah seekor tikus kastil. Bertubuh sangat kecil, tapi bertelinga
amat besar untuk ukuran tikus kastil. Sejak dilahirkan, Desperaux yang
sakit-sakitan telah menunjukkan perbedaannya dengan tikus kastil lain. Saat
dilahirkan, matanya telah terbuka, menatap cahaya matahari yang membuatnya
tersenyum. Dalam pertumbuhannya, ia tidak menunjukkan minat pada segala sesuatu
yang diminati para tikus. Ia senang cerita-cerita dalam buku-buku di
perpustakaan kastil sehingga tidak mau menggerogoti kertasnya. Ia terbuai musik
yang dimainkan Raja Phillip untuk Pea, putri semata wayangnya, sebelum tidur.
Musik itu membuatnya melanggar peraturan penting dunia tikus. Tidak hanya
menampakkan dirinya di hadapan manusia, ia juga duduk di kaki Raja Phillip.
Bahkan, ia berbicara pada Pea yang merupakan pelanggaran peraturan keramat
terakhir para tikus. Belum lagi, ia jatuh cinta pada Pea lantaran gadis kecil
itu tersenyum padanya dan membelai kepalanya.
Anak-anak, kau mungkin menanyakan hal ini; malah, kau harus
menanyakan hal ini: Bukankah konyol kalau tikus sangat kecil, sakit-sakitan,
bertelinga besar, jatuh cinta pada putri manusia cantik bernama Pea?
Jawabannya... ya. Tentu saja, itu konyol.
Cinta memang konyol.
Tapi cinta juga indah. Dan kuat. Dan cinta Despereaux pada Putri
Pea akan terbukti, seiring berjalannya waktu, mengandung semua hal itu: kuat,
indah, dan konyol. (hlm. 33-34).
Kekonyolan Despereaux menyebabkan ia dijatuhi hukuman oleh Dewan
Tikus. Lehernya dililit benang merah kematian, kemudian ia dijebloskan di ruang
tahanan bawah tanah dan diserahkan pada tikus-tikus got yang mendiami tempat
yang bau itu. Ruang tahanan bawah tanah merupakan jantung gelap dunia yang
berbahaya, memiliki kelokan, tikungan, jalan buntu, dan pintu palsu. Hanya
tikus got yang mengetahui lekuk-liku labirin itu.
Chiaroscuro atau biasa dipanggil Roscuro adalah tikus got
dan menghuni ruang tahanan bawah tanah kastil. Dalam kegelapan bawah tanah,
Roscuro terobsesi dengan cahaya. Untuk bisa melihat cahaya yang lebih banyak,
ia meninggalkan huniannya dan masuk ke dalam kastil. Keputusannya ini memicu serangkaian kejadian yang berakhir fatal.
Seperti yang terjadi pada Despereaux, Putri Pea juga melihat Roscuro, tapi
tidak sambil tersenyum. Pea membelalaki Roscuro dengan ekspresi jijik dan marah
lantaran telah memicu musibah dan hal ini menghancurkan hati Roscuro. Dendam
kesumat pun merebak dalam jiwanya.
Ada hati, anak-anak, yang tidak pernah sembuh setelah hancur. Atau
kalaupun sembuh, hati itu menyembuhkan diri dengan cara yang aneh dan tak
wajar, seakan diperbaiki tukang yang asal-asalan. (hlm. 121).
Sampai berusia dua belas tahun, tidak pernah ada yang peduli
dengan apa yang diinginkan Miggery Sow. Setelah ibunya meninggal, anak perempuan
bertelinga seperti kembang kol itu ditukar ayahnya untuk menjadi pelayan
seorang pria dengan segenggam
rokok, selembar taplak meja berwarna merah, dan seekor ayam betina. Pria itu
sering menjewer telinga Miggery Sow sehingga menjadi seperti kembang kol. Mig
-begitu Miggery dipanggil- memang berotak lamban dan sedikit terlalu malas.
Meskipun demikian, ia memiliki sebuah harapan, menjadi seorang putri seperti
Pea.
Dan harapan seperti cinta... sesuatu yang konyol, menakjubkan,
kuat. (hlm. 140).
Harapan itu tampak akan menjadi kenyataan bagi Mig ketika ia
diboyong ke kastil untuk menjadi pelayan dan bertemu Roscuro. Padahal, sejatinya, Roscuro juga tidak peduli dengan harapan Mig,
dan anak perempuan bodoh itu hanya akan ia manfaatkan untuk melaksanakan
rencana jahatnya, membalas dendam pada Putri Pea. Saat menyampaikan rencana
jahatnya pada Mig, Roscuro tidak mengetahui kalau Despereaux mendengar, dan
demi cinta pada Putri Pea, Despereaux bertekad untuk menyelamatkan gadis yang
dicintainya itu.
Seperti apa rencana jahat Roscuro? Mampukah ia menuntaskan dendam
kesumatnya? Sementara itu, apa yang akan dilakukan Despereaux untuk
menyelamatkan Pea? Bisakah tikus kecil sakit-sakitan itu mengalahkan Roscuro?
Gambar sampul depan novel ini memberikan sedikit bayangan mengenai perjuangan
penuh tekad si tikus kastil.
Secara garis besar, The Tale
of Despereaux (Kisah
Despereaux) yang disajikan dengan cara mendongeng (jati diri pendongengnya akan disingkap sedikit di bagian Penutup) berkisah
tentang cinta, sakit hati, harapan, dan maaf. Keempat elemen ini akan berpadu
menjadi pesan indah yang meremukkan sekaligus menghangatkan hati. Roscuro
memiliki sakit hati, Miggery Sow memiliki harapan, Putri Pea memiliki maaf, dan
Despereaux sang karakter paling utama, selain cinta, juga memiliki maaf
-seperti yang diberikannya pada Lester, ayahnya. Dari keempat elemen, maaf
memang memegang peranan paling penting dalam kisah ini dan akan menutupi semua
sakit hati.
Menurutku, anak-anak, maaf adalah sesuatu yang sangat mirip
harapan dan cinta, sesuatu yang kuat dan indah.
Dan juga konyol. (hlm.
212-213).
Sesudah berbagai kelucuan yang telah dimunculkan sejak awal, dan
ketegangan yang mengikuti, kisah ini berakhir menyenangkan, dan bahagia. Tidak
ada alternatif lain bagi fabel yang bisa dinikmati oleh pembaca segala usia
ini.
Banyak kalimat-kalimat menarik yang bisa kita petik dari novel
yang berhiaskan ilustrasi yang hidup dan lucu karya Timothy Basil Ering. Selain
yang telah dikutipkan sebelumnya, kita juga akan menemukan kalimat-kalimat di
bawah ini.
Anak-anak, kau harus tahu bahwa takdir yang seru (kadang melibatkan
tikus got, kadang tidak) menanti hampir setiap makhluk, tikus atau manusia,
yang pantang menyerah (hlm. 27).
Tapi anak-anak, tak ada penghiburan dalam kata "selamat
tinggal", bahkan walaupun kau mengatakannya dalam bahasa Prancis.
"Selamat tinggal" adalah kata-kata yang, dalam bahasa apa pun, penuh
penderitaan. Itu kata-kata yang tak menjanjikan apa-apa. (hlm. 69).
Setiap tindakan, anak-anak, tak peduli betapa kecil pun, memiliki
konsekuensi. (hlm.
122).
Yang tidak bisa dilupakan untuk edisi Indonesia ini adalah
penerjemahan yang baik dengan pemilihan kata yang pas. Kelucuan yang muncul
dari percakapan para karakter tidak menjadi kabur sehingga kisah tetap mengalir
lancar dan enak dibaca.
Januari 2014: Fabel
3 comments:
wuih...banyak banget yang baca buku ini ;)
@lucktygs
http://luckty.wordpress.com/2014/01/30/review-the-frog-princess/
@catatan luckty:
Terima kasih Luckty sudah berkunjung. Kebetulan aja kayanya nih :)
@catatan luckty:
Terima kasih Luckty sudah berkunjung. Kebetulan aja kayanya nih :)
Post a Comment