Judul Buku: Selama Kita Tersesat di Luar Angkasa
Pengarang: Maggie Tiojakin
Editor: Mirna Yulistianti
Tebal: 244 halaman
Cetakan: 1, Juli 2013
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Seperti yang dikatakan oleh Maggie Tiojakin (Mengupas
Absurditas..., hlm. 237), semua tentang kehidupan adalah hal yang
absurd. Itulah sebabnya, pencantuman "Kumpulan Cerita Absurd" untuk
kumpulan cerpen (kumcer) Selama Kita Tersesat di Luar Angkasa tidaklah
relevan. Semua hal yang tidak masuk akal, bodoh, konyol ataupun tidak layak
sesuai definisi absurd yang terbaca dalam kumpulan cerpen ini bisa ditemukan
dalam cerpen-cerpen pengarang lain yang tidak menobatkan karyanya sebagai
cerita absurd. Dan semua hal itu memang bisa terjadi dalam kehidupan nyata.
Terdapat
14 cerpen berbahasa Indonesia dan 5 bonus cerpen berbahasa Inggris karya Maggie
dalam kumcer ini. Sebagaimana dalam kumcer sebelumnya yang merupakan kumcer
kedua, Balada Ching-Ching (GPU, 2010) -kumcer pertama Maggie, Homecoming,
diterbitkan sendiri pada tahun 2006- Maggie menulis cerpen-cerpennya
dengan gaya berkisah yang enak dibaca dan bahasa baku yang tetap terasa segar.
Nyaris di setiap penghujung cerpennya, kita akan dibenturkan dengan kejutan
yang mengundang tanya.
Tak Ada Badai di Taman Eden dijadikan cerpen pembuka kumpulan cerpen
ini. Barney dan Anouk adalah pasutri yang telah menikah lebih dari sewindu.
Tapi gara-gara sebuah kecelakaan di jalan tol tiga tahun berselang, hubungan di
antara mereka berubah.
Sejak saat itu, hidup mereka tak sama lagi. Di tempat
ratusan, ribuan jejak memori - kejadian tersebut tersemat bagai duri. Kini
mereka sibuk mencari mimpi dengan cara sendiri-sendiri: Anouk meyakini bahwa
setahun sekali langit pecah berkeping-keping dan meninggalkan alam yang tak
pasti, sementara Barney menghabiskan tiga ratus enam puluh empat hari dalam
setahun memungut kepingan tersebut dan menyusunnya kembali, menciptakan sebuah
ilusi. Satu demi satu. Bulan demi bintang demi gumpalan awan. Seperti
pasang-pasangan. (hlm.
4-5).
Mereka
tidak sebahagia masa-masa awal pernikahan. Meskipun masih hidup serumah,
Anouk bersikap acuh tak acuh. Barney pun bersikap pura-pura, berusaha
menyepelekan kondisi pernikahannya. "Cuma badai biasa,"
katanya (hlm. 9). Sementara kehidupan mereka terus berlanjut, kita
bertanya-tanya: apakah mereka bisa bertahan dalam kehidupan seperti itu?
Kristallnacht yang
dijadikan judul cerpen adalah malam saat Nazi pimpinan Adolf Hitler melakukan
pogrom kediaman, tempat usaha, dan sinagoga milik warga Yahudi di seluruh
Jerman dan sebagian Austria pada 9-10 November 1938. Kaca-kaca bangunan milik
warga Yahudi dihancurkan dengan palu godam sehingga pecahan bertebaran di
jalan-jalan kota. Itulah sebabnya peristiwa itu dikenal sebagai Kristallnacht
(Malam Kristal atau Malam Kaca Pecah). Tapi bukan kisah penghancuran ini
yang menjadi fokus cerpen Kristallnacht. Malam kacah pecah
hanya menjadi awal terjadinya Kindertransport.
Sembilan bulan sebelum Perang Dunia II, Inggris membuka pintu bagi anak-anak
Yahudi dari beberapa negara Eropa. Program yang berhasil mengungsikan sekitar
10 ribu anak-anak -balita sampai 17 tahun- ini dihentikan Hitler dengan menutup
semua perbatasan negara-negara yang dikuasainya. Shir, perempuan Yahudi dalam
cerpen ini, diwawancarai sebuah televisi nasional dalam rangka dokumentasi
sejarah. Perempuan itu mengenang kembali peristiwa yang terjadi saat ia berusia
delapan tahun dan diikutkan orangtuanya dalam Kindertransport. Sebuah
peristiwa yang dipicu ayahnya membuatnya terpaksa berakhir di kamp konsentrasi.
Apa yang dilakukan ayahnya, dan mampukah ia memaafkan laki-laki itu? Cerpen ini
disusun dalam bentuk wawancara yang belum tuntas sampai ditamatkan. Sebuah
keharuan akan menyeruak dalam hati saat Anda memikirkan jawaban dari pertanyaan
pamungkas.
Semestinya,
saat banjir melanda, orang-orang akan mengungsi untuk menyelamatkan diri. Tapi
Ahi, karakter utama cerpen Lompat Indah malah naik ke atas
genteng rumahnya, menyaksikan situasi yang sedang berlangsung dan orang-orang yang
mengungsi. Padahal, sudah tersiar kabar kalau kampungnya akan terbenam banjir
saat malam hari. Kesadaran Ahi baru muncul ketika malam tiba dan banjir tak
kunjung surut, malah menghasilkan kolam luas.
Saat cahaya senja nyaris hilang diserap malam, dan seberkas
warna lavender menghampar di langit kelam, Ahi mengerutkan dahi dan mengusap
mata berkali-kali. Air berdesir, bergemericik, dan menggelembung dari kedalaman
di bawah. Lalu -
Ahi terpingkal-pingkal sampai airmata membasahi pipi. (hlm. 38).
Apakah
Ahi sanggup menyelamatkan dirinya, ataukah ia akan diselamatkan, atau terpaksa
harus berdamai dengan petaka?
Dengan
gamblang dan serius, dalam cerpen Fatima, Maggie mengisahkan misi
pembebasan sandera yang dilakukan oleh Pinot. Ia mengikuti arahan Fatima,
Sekretaris Eksekutif dari markas besar. Tapi rupanya keberuntungan tidak
memihak Pinot karena ia malah tewas dalam pekerjaannya.
Masih terngiang suara Fatima di telinganya. Ada debar aneh
yang melanda setiap kali ia mengingat suara itu, menjalar ke sekujur tubuhnya,
seperti sengatan lembut arus listrik yang membangkitkan bulu kuduk. (hlm. 49).
Tidak
ada yang absurd dalam cerpen ini, kecuali karakter Pinot sendiri.
Mengulang
apa yang pernah dilakukannya dengan istrinya, Nimbe, Leven menghabiskan waktu
dengan putrinya, Bitya, menjelajahi sebuah hutan liar. Leven telah bercerai
dengan Nimbe, dan Bitya tinggal bersama ibunya, sehingga kebersamaan mereka
tidak lain untuk membangun hubungan ayah dan anak. Kebersamaan mereka terasa
menyenangkan walaupun Bitya yang bertubuh gempal kerap merasa tidak sabar. Tapi
petaka memang selalu mengintai dan menimbulkan pertanyaan yang tidak pernah
terjawab: apakah Leven mampu melindungi anak perempuannya? Cerpen ini bisa
dijadikan panduan bagi orang yang suka menjelajah, maka memang cocok diberi
judul Panduan Umum Bagi Pendaki Hutan Liar.
Begini
Maggie menggambarkan seting cerpen Kota Abu-Abu:
Terletak di ujung dunia, di mana hujan
turun tanpa henti dan matahari terus bersembunyi di balik awan gelap, kota ini
menelan, mengunyah, dan melepehkan segala macam warna hingga kusam tanpa nyawa.
Merah, kuning, biru, hijau, jingga, ungu - semua tampak sama jika dibalut
sendu. Hanya ada satu warna yang konstan di sini; yaitu abu-abu. Bahkan air
laut yang mengelilingi tepian kota tampak keabuan. Begitu juga dengan langit
yang memayungi serta tanah yang jadi pijakan kami. (hlm. 64).
Kota
Abu-Abu, seharusnya, bukanlah kota yang menarik untuk dihuni. Itulah sebabnya
Temuji kerap meninggalkan kota ini untuk mencari kota-kota yang bersemburat
warna. Tapi, Remos, sang narator cerpen, tidak pernah meninggalkan kota
kelahirannya itu, dan ia memang tidak pernah berniat.
Seperti
yang terjadi pada Remos, kita memang sering terbuai dalam zona nyaman. Kita
puas dengan kondisi kehidupan kita sekalipun tidak menjadi bahagia karenanya.
Sebuah sindiran telak diberikan Temuji kepada Remos (dan kepada kita): "Memang
sudah seharusnya begitu. Tak ada apa-apa untukmu di luar sana." (hlm.
70).
Azmov,
bocah laki-laki berumur 10 tahun dalam cerpen dies irae, dies illa
tinggal di Distrik Rotan, Kota Pulveri, yang telah luluh lantak karena perang
antara pemerintah Provinsi Pulverem dan pasukan pemberontak El Sadik. Agar
keluarga tanpa ayahnya tidak kelaparan, Azmov nekat mencuri di toko roti Oviz
Mabud. Dari perspektif bocah laki-laki itu, Maggie mengangkat kesadisan perang
saudara dan dampak yang ditimbulkannya pada para warga dan tempat tinggal
mereka. Menyedihkan dan bikin geram.
Dalam waktu singkat, distrik itu akan rata dengan tanah dan
tak ada seorang pun yang selamat. Dalam waktu singkat, dunia akan berkabung dan
menyayangkan kepemimpinan seorang gubernur yang tak tanggung-tanggung menghajar
warganya sendiri demi mempertahankan kekuasaan. Dalam waktu singkat,
orang-orang yang tak pernah angkat senjata akan berakhir di layar kaca sebagai
statistik. Angka yang terus membengkak. (hlm. 90).
Saksi Mata
mengisahkan tentang
kasus pembunuhan seorang perempuan bernama Chaya di kompleks rumah susun tempat
tinggalnya pada sebuah dini hari. Sebelum mati tersedak darah sendiri setelah
ditusuk enam belas kali, Chaya sempat berteriak minta tolong. Tapi tidak ada
yang datang sampai ia mengembuskan napas terakhir. Padahal, saat kejadian,
masih ada penghuni rumah susun yang terjaga, bahkan sempat mendengar teriakan
perempuan malang itu. Dalam penuturan Maggie, kita bisa memastikan kalau
diabaikannya teriakan minta tolong Chaya tidak lain disebabkan oleh
ketidakpedulian. Embra, istri Paprius, bahkan mencegah suaminya memberikan
pertolongan dengan mengatakan: "Apa pun yang sedang terjadi di bawah,
bukan urusanmu. Biar orang itu mengurus urusannya sendiri." (hlm. 97).
Kejadian yang menimpa Chaya persis seperti yang terjadi pada Catherine "Kitty"
Genovese, warga New York City yang ditikam di depan apartemennya di Queens
pada 13 Maret 1964. Saat kejadian, selusin tetangga mendengar teriakan minta
tolongnya, tapi tidak ada yang datang menolong ataupun menelepon polisi.
Danno dalam cerpen Labirin yang Melingkar-Lingkar dalam Sangkar memiliki ketertarikan pada bangunan terlantar. Ia akan memaksa Hattashi, narator cerpen ini, untuk mengikuti eksplorasinya. Sampai suatu hari, Hattashi terseret petualangan di Stasiun Kereta Kota Tua yang terbengkalai. Mereka masuk hingga ke lorong gelap tempat jalur kereta berada dalam terowongan panjang. Secara tiba-tiba, Hattashi merasa tidak enak dan ingin menghentikan petualangan mereka. Tapi Danno tidak ingin berhenti karena bertekad melihat api abadi -yang katanya- berada di dalam terowongan. Apakah, kali ini, mereka bisa menyelesaikan petualangan dan kembali pada pekerjaan mereka? Ketegangan tak terjelaskan kian terasa saat cerpen ini mendekati ending-nya.
Ro-Kok berkisah tentang betapa sukarnya seseorang melepaskan ketergantungannya pada rokok. Feri, karakter utama cerpen, telah merokok sejak umur sebelas tahun dan tidak gampang baginya untuk menghentikan kebiasaan ini. Tapi, Kirai, kekasihnya, tidak mampu menolerir kebiasaan Feri, dan memberikan ultimatum. "Kamu isap rokok itu. Kita selesai." (hlm. 136/137). Apakah Feri akan mengabaikan Kirai dan tetap merokok atau ia akan menghentikan kebiasaannya demi cinta Kirai?
Masaai adalah lelaki pemberani. Ia telah melakukan kegiatan-kegiatan berbahaya seperti base jumping, cave diving, heli-skiing, balap motor, berselancar di pantai-pantai berombak ganas, mengikuti encierro di Pamploma saat Festival San Fermin. "Pada intinya, aku tidak mencoba untuk mati. Aku justru merayakan hidup," begitu alasan Masaai (hlm. 145). Meskipun demikian, Zaleb -istrinya- tidak bisa menghilangkan kekhawatirannya. Cinta, itulah yang membuatnya mengalah, dan cinta pula yang membuatnya mengikuti suaminya yang akan menyelam di perairan Pasifik. Apakah Masaai tetap akan mendampingi Zaleb setelah sekali lagi ia menunjukkan keberaniannya? Lepas dari itu, cerpen Dia, Pemberani mencetuskan pertanyaan lain. Benarkah melakukan kegiatan berbahaya adalah bentuk perayaan kehidupan? Atau bentuk keegoisan dan sikap tidak bertanggung jawab?
Salina, karakter utama cerpen Suatu Saat Kita Ingat Hari Ini, sudah pasti berbeda dengan kakak perempuannya, Vora. Salina masih kuliah, sedangkan Vora sudah bekerja. Salina berpakaian seenaknya, sedangkan Vora selalu berpenampilan rapi. Saat Salina menceburkan dirinya dalam dunia game internet, Vora sedang kesal dengan pacarnya yang tidak menepati janji. Lalu, di mana mereka akan menemukan titik singgung? Setelah secara gamblang Maggie menceritakan permainan game internet Salina dan Arta, ia akan menunjukkan titik singgung kedua gadis bersaudara itu, untuk menemukan kembali arti persaudaraan.
Aku yakin hal ini terjadi pada semua orang -bahkan, padamu juga. Suatu hari, di suatu tempat, seseorang pasti pernah menarik perhatianmu dan membuatmu berkhayal jauh tentang hidup yang bukan milik kalian berdua, tentang momen-momen intim yang tidak pernah terjadi (dan cenderung takkan pernah terjadi) serta argumen yang tak lebih dari sekadar hasil imajinasi. (hlm. 182). Itulah yang dikatakan laki-laki yang menjadi narator cerpen Jam Kerja mengawali kisah pertemuannya dengan seorang perempuan yang menarik perhatiannya. Ia bertemu perempuan itu di sebuah ruangan ber-AC yang dingin dan menyadari "keindahan" sang perempuan. Tak terelakkan lagi, kesadaran itu memicu munculnya berbagai khayalan seperti yang dikatakannya pada kalimat pembukanya. Anda mungkin akan terkejut menyadari kebenaran yang disingkapkannya.
Selama Kita Tersesat di Luar Angkasa sengaja ditulis sebagai 'cerita pendamping' untuk cerpen The Long Rain karya Ray Bradbudy. Jika dalam The Long Rain, Bradbury menceritakan tentang roket yang terdampar di Planet Venus (di mana hujan tak pernah berhenti), maka dalam cerpen ini, Maggie mendamparkan roketnya di Planet Merkurius (di mana matahari mempertahankan sinarnya sampai lebih dari 100 hari). Keempat prajurit-astronot dalam roket itu akan mengalami kesulitan untuk kembali ke bumi karena roket sudah rusak total. Maka Sang Kapten, Koveer, Yureko, dan Abatul meninggalkan roket dan berjalan di tengah teriknya matahari, hujan meteor, goncangan gempa, dan badai abu sementara planet itu mengalami kontraksi. Mereka seakan bertambah tua dan mengalami dehidrasi sampai buang air kecil pun tak mampu mengeluarkan cairan. Panas yang menyengat tidak bisa lagi memerah keringat mereka. Dan kematian pun menanti setiap organ tubuh mereka berhenti bekerja. Kisah yang ditulis Maggie tentu saja masih kalah dramatis dengan kisah dalam The Long Rain yang disinggungnya di halaman 195 tapi tetap memikat dengan tiadanya harapan seperti Kubah Matahari dalam karya Bradbury.
Selain 14 cerpen yang ada, Maggie memberi bonus 5 cerpen yang ditulis dalam bahasa Inggris. An Evolutionary History berkisah tentang cinta segitiga antara Ruth, Taheer, dan Rora. Ruth yang pertama bertemu Taheer saat laki-laki itu datang ke Amerika untuk menjadi ichthyologist (ahli tentang ikan) Taheer datang ke restoran Indonesia tempat Ruth bekerja dan meminta rekomendasi makanan kepada Ruth. Mereka bertemu saat musim semi dan Ruth mengajak Taheer makan malam di apartemennya pada musim panas. Di sanalah Taheer berkenalan dengan Rora, teman sekamar Ruth, dan jatuh cinta pada gadis itu. Violet hanya merupakan curhat singkat seorang gadis bertubuh tinggi dan kurus yang memang tidak suka makan. Tiga belas tahun silam, saat gadis itu berusia 16 tahun, Violet duduk di sampingnya dan menawarkan sebatang Kit Kat. A Business Trip berkisah tentang perjalanan malam hari Henry, seorang feature writer, dari Jakarta ke Singapura untuk menulis. Rupanya ia sedang punya sedikit masalah, tapi sampai cerpen ini berakhir, Maggie tidak mengungkapkan masalahnya, kecuali kesan bahwa Henry adalah laki-laki kesepian. The Long March berseting saat terjadinya demonstrasi mahasiswa yang menuntut reformasi dan penurunan presiden. Dari kampus, Mara dan Joko mengikuti long march menuju kompleks parlemen. Joko, sudah pasti, khawatir, dan mengingatkan Mara kalau gadis itu bisa terluka. Tapi Mara pantang mundur. "I've never had to stand up for anything in my life. I think we should all be given the opportunity - or at least the option- to stand up for something," kata Mara (hlm. 221). Sunday Mass mengisahkan tentang Marlena dan Indriani, dua gadis yang pergi ke gereja St. Vincent pada sebuah Minggu pagi. Saat mereka tiba, gereja sudah penuh dan mereka tidak mendapatkan tempat duduk. Karena bosan, Indriani memutuskan keluar, menunggu kakaknya di depan patung Perawan Maria dan berdoa. Ternyata, sebelum kebaktian selesai, Marlena juga sudah keluar. Di depan patung Perawan Maria, Marlena juga berdoa, dengan isi doa yang sangat jauh berbeda dengan adiknya.
Secara keseluruhan saya menyukai gaya berkisah Maggie, kesederhanaannya yang memikat, keragaman pilihan tema kisahnya, dan observasi yang intens mengenai kehidupan yang dituang dalam setiap kisahnya.
Saya akan selalu menantikan kehadiran karya-karyanya.
Danno dalam cerpen Labirin yang Melingkar-Lingkar dalam Sangkar memiliki ketertarikan pada bangunan terlantar. Ia akan memaksa Hattashi, narator cerpen ini, untuk mengikuti eksplorasinya. Sampai suatu hari, Hattashi terseret petualangan di Stasiun Kereta Kota Tua yang terbengkalai. Mereka masuk hingga ke lorong gelap tempat jalur kereta berada dalam terowongan panjang. Secara tiba-tiba, Hattashi merasa tidak enak dan ingin menghentikan petualangan mereka. Tapi Danno tidak ingin berhenti karena bertekad melihat api abadi -yang katanya- berada di dalam terowongan. Apakah, kali ini, mereka bisa menyelesaikan petualangan dan kembali pada pekerjaan mereka? Ketegangan tak terjelaskan kian terasa saat cerpen ini mendekati ending-nya.
Ro-Kok berkisah tentang betapa sukarnya seseorang melepaskan ketergantungannya pada rokok. Feri, karakter utama cerpen, telah merokok sejak umur sebelas tahun dan tidak gampang baginya untuk menghentikan kebiasaan ini. Tapi, Kirai, kekasihnya, tidak mampu menolerir kebiasaan Feri, dan memberikan ultimatum. "Kamu isap rokok itu. Kita selesai." (hlm. 136/137). Apakah Feri akan mengabaikan Kirai dan tetap merokok atau ia akan menghentikan kebiasaannya demi cinta Kirai?
Masaai adalah lelaki pemberani. Ia telah melakukan kegiatan-kegiatan berbahaya seperti base jumping, cave diving, heli-skiing, balap motor, berselancar di pantai-pantai berombak ganas, mengikuti encierro di Pamploma saat Festival San Fermin. "Pada intinya, aku tidak mencoba untuk mati. Aku justru merayakan hidup," begitu alasan Masaai (hlm. 145). Meskipun demikian, Zaleb -istrinya- tidak bisa menghilangkan kekhawatirannya. Cinta, itulah yang membuatnya mengalah, dan cinta pula yang membuatnya mengikuti suaminya yang akan menyelam di perairan Pasifik. Apakah Masaai tetap akan mendampingi Zaleb setelah sekali lagi ia menunjukkan keberaniannya? Lepas dari itu, cerpen Dia, Pemberani mencetuskan pertanyaan lain. Benarkah melakukan kegiatan berbahaya adalah bentuk perayaan kehidupan? Atau bentuk keegoisan dan sikap tidak bertanggung jawab?
Salina, karakter utama cerpen Suatu Saat Kita Ingat Hari Ini, sudah pasti berbeda dengan kakak perempuannya, Vora. Salina masih kuliah, sedangkan Vora sudah bekerja. Salina berpakaian seenaknya, sedangkan Vora selalu berpenampilan rapi. Saat Salina menceburkan dirinya dalam dunia game internet, Vora sedang kesal dengan pacarnya yang tidak menepati janji. Lalu, di mana mereka akan menemukan titik singgung? Setelah secara gamblang Maggie menceritakan permainan game internet Salina dan Arta, ia akan menunjukkan titik singgung kedua gadis bersaudara itu, untuk menemukan kembali arti persaudaraan.
Aku yakin hal ini terjadi pada semua orang -bahkan, padamu juga. Suatu hari, di suatu tempat, seseorang pasti pernah menarik perhatianmu dan membuatmu berkhayal jauh tentang hidup yang bukan milik kalian berdua, tentang momen-momen intim yang tidak pernah terjadi (dan cenderung takkan pernah terjadi) serta argumen yang tak lebih dari sekadar hasil imajinasi. (hlm. 182). Itulah yang dikatakan laki-laki yang menjadi narator cerpen Jam Kerja mengawali kisah pertemuannya dengan seorang perempuan yang menarik perhatiannya. Ia bertemu perempuan itu di sebuah ruangan ber-AC yang dingin dan menyadari "keindahan" sang perempuan. Tak terelakkan lagi, kesadaran itu memicu munculnya berbagai khayalan seperti yang dikatakannya pada kalimat pembukanya. Anda mungkin akan terkejut menyadari kebenaran yang disingkapkannya.
Selama Kita Tersesat di Luar Angkasa sengaja ditulis sebagai 'cerita pendamping' untuk cerpen The Long Rain karya Ray Bradbudy. Jika dalam The Long Rain, Bradbury menceritakan tentang roket yang terdampar di Planet Venus (di mana hujan tak pernah berhenti), maka dalam cerpen ini, Maggie mendamparkan roketnya di Planet Merkurius (di mana matahari mempertahankan sinarnya sampai lebih dari 100 hari). Keempat prajurit-astronot dalam roket itu akan mengalami kesulitan untuk kembali ke bumi karena roket sudah rusak total. Maka Sang Kapten, Koveer, Yureko, dan Abatul meninggalkan roket dan berjalan di tengah teriknya matahari, hujan meteor, goncangan gempa, dan badai abu sementara planet itu mengalami kontraksi. Mereka seakan bertambah tua dan mengalami dehidrasi sampai buang air kecil pun tak mampu mengeluarkan cairan. Panas yang menyengat tidak bisa lagi memerah keringat mereka. Dan kematian pun menanti setiap organ tubuh mereka berhenti bekerja. Kisah yang ditulis Maggie tentu saja masih kalah dramatis dengan kisah dalam The Long Rain yang disinggungnya di halaman 195 tapi tetap memikat dengan tiadanya harapan seperti Kubah Matahari dalam karya Bradbury.
Selain 14 cerpen yang ada, Maggie memberi bonus 5 cerpen yang ditulis dalam bahasa Inggris. An Evolutionary History berkisah tentang cinta segitiga antara Ruth, Taheer, dan Rora. Ruth yang pertama bertemu Taheer saat laki-laki itu datang ke Amerika untuk menjadi ichthyologist (ahli tentang ikan) Taheer datang ke restoran Indonesia tempat Ruth bekerja dan meminta rekomendasi makanan kepada Ruth. Mereka bertemu saat musim semi dan Ruth mengajak Taheer makan malam di apartemennya pada musim panas. Di sanalah Taheer berkenalan dengan Rora, teman sekamar Ruth, dan jatuh cinta pada gadis itu. Violet hanya merupakan curhat singkat seorang gadis bertubuh tinggi dan kurus yang memang tidak suka makan. Tiga belas tahun silam, saat gadis itu berusia 16 tahun, Violet duduk di sampingnya dan menawarkan sebatang Kit Kat. A Business Trip berkisah tentang perjalanan malam hari Henry, seorang feature writer, dari Jakarta ke Singapura untuk menulis. Rupanya ia sedang punya sedikit masalah, tapi sampai cerpen ini berakhir, Maggie tidak mengungkapkan masalahnya, kecuali kesan bahwa Henry adalah laki-laki kesepian. The Long March berseting saat terjadinya demonstrasi mahasiswa yang menuntut reformasi dan penurunan presiden. Dari kampus, Mara dan Joko mengikuti long march menuju kompleks parlemen. Joko, sudah pasti, khawatir, dan mengingatkan Mara kalau gadis itu bisa terluka. Tapi Mara pantang mundur. "I've never had to stand up for anything in my life. I think we should all be given the opportunity - or at least the option- to stand up for something," kata Mara (hlm. 221). Sunday Mass mengisahkan tentang Marlena dan Indriani, dua gadis yang pergi ke gereja St. Vincent pada sebuah Minggu pagi. Saat mereka tiba, gereja sudah penuh dan mereka tidak mendapatkan tempat duduk. Karena bosan, Indriani memutuskan keluar, menunggu kakaknya di depan patung Perawan Maria dan berdoa. Ternyata, sebelum kebaktian selesai, Marlena juga sudah keluar. Di depan patung Perawan Maria, Marlena juga berdoa, dengan isi doa yang sangat jauh berbeda dengan adiknya.
Secara keseluruhan saya menyukai gaya berkisah Maggie, kesederhanaannya yang memikat, keragaman pilihan tema kisahnya, dan observasi yang intens mengenai kehidupan yang dituang dalam setiap kisahnya.
Saya akan selalu menantikan kehadiran karya-karyanya.
4 comments:
aku sukaaaa banget buku ini :)
Aku juga suka. Bukan cuma buku ini, tapi juga yg duluan terbit :)
Mas Jody, reviewnya bagus sekaliii :) Saya juga suka buku ini, walau cerpen tapi maknanya dalam banget.
@mia:
Terima kasih Mbak Mia :)
Post a Comment