24 December 2013

Home for Christmas



  
Judul Buku: Home for Christmas
Pengarang: Cally Taylor (2011)
Penerjemah: Nurkinanti Laraskusuma
Tebal: 416 halaman; 18 cm
Cetakan: 1, Desember 2012
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama







Hingga berumur 24 tahun, belum ada seorang pun laki-laki yang pernah menyatakan cinta pada Beth Prince. Bukan karena Beth belum pernah pacaran. Tapi karena beberapa laki-laki yang pernah memacari Beth memang tidak ada yang benar-benar mencintainya. Demikian pula Aiden Dowles, pacar terakhir Beth. Setelah sepuluh bulan berpacaran (dan tidur bersama),  belum sekali pun Aiden mengucapkan tiga patah kata itu: aku cinta padamu. Padahal Beth sangat menginginkannya. Itulah sebabnya, Beth memutuskan untuk menjadi yang pertama menyatakan cinta, dan ia berlatih menyatakan cinta pada poster kardus George Clooney di Picturebox, bioskop tempatnya bekerja selama enam tahun. Sayangnya, Beth tidak mendapatkan kesempatan untuk menyatakan cintanya. Karena pada malam Halloween, saat ia telah bersiap pergi ke pesta dengan Aiden, laki-laki itu mengakhiri hubungan mereka. Tanpa penjelasan. 

Beth mau melakukan apa saja, termasuk memakai pencokelat kulit buatan, demi mempertahankan Aiden meskipun wajahnya menjadi sewarna jeruk Satsuma. Tapi menurut teman sekerjanya, Carl Coombes, yang berhati culas dan selalu menghinanya, Aiden sudah menemukan perempuan lain dan akan bertunangan. Tanpa melakukan pengecekan apa yang sebenarnya terjadi, Beth muncul di tengah-tengah acara keluarga Aiden dan mempermalukan dirinya sendiri. 

Cinta bukanlah satu-satunya obsesi Beth dalam hidupnya. Selulus sekolah, ia tidak melanjutkan kuliah dan bekerja di Picturebox. Selama enam tahun bekerja, hati Beth telah tertambat dengan bioskop itu. Bahkan, untuk memperbaiki kinerja Picturebox, Beth telah membuat berbagai rencana -yang dipandang terlalu modern oleh Edna Blackstock, pemilik Picturebox. Beth, sudah pasti kecewa, ketika mengetahui kalau Picturebox akan diakuisisi oleh Apollo Corporation, jaringan bioskop multinasional yang bermaksud merombak bioskop itu. Padahal, Picturebox sudah menjadi warisan budaya setempat yang layak dipertahankan originalitasnya. Matthew Jones, salah satu penduduk Brighton tempat bioskop itu berada, telah berhasil membujuk Edna untuk menjual Picturebox kepada Apollo, dengan membohongi perempuan tua itu. 

Matt Jones adalah salah satu manajer Apollo yang akan memperluas usaha di Brighton. Ia berusaha menyukseskan proses akuisisi karena iming-iming bonus yang akan diperolehnya. Matt memang sangat membutuhkan uang untuk membayar sewa rumahnya dan rumah kakeknya, Jack Ballard. Ditinggalkan kedua orangtuanya yang tidak memedulikannya, Matt dibesarkan oleh Jack. Itulah sebabnya, Matt sangat menyayangi kakeknya, yang telah menjadi sahabat sepanjang hidupnya. Saat mengunjungi Picturebox, Matt memergoki Beth yang sedang berlatih menyatakan cinta pada poster kardus George Clooney. Tanpa disadarinya, pertemuan pertama itu telah memberi kesan khusus dalam hatinya. 

Saat bertemu Beth, Matt tidak sedang menjalin hubungan dengan perempuan. Karena tidak tahan, ia telah memutuskan Alice, pacarnya, yang berkelakuan bagaikan seorang psikopat. Pertemuan pertama di Picturebox tidak menjadi satu-satunya pertemuan mereka. Sesuai kesepakatan dengan Edna, Apollo Corporation akan melakukan rekruitmen untuk satu posisi manajer bagi pegawai Picturebox yang telah bekerja minimal 2 tahun. Beth termasuk salah satu pegawai yang memenuhi syarat sehingga ia pergi ke Wales untuk berkompetisi dengan beberapa temannya. Dengan rencana pengembangan usahanya, Beth merupakan salah satu calon terkuat. Sayangnya, Beth tidak mendapatkan posisi itu. Dan hal ini hanya berarti satu: ia harus pindah ke Australia bersama ibunya. 

Tidak mendapatkan posisi manajer memang menyakitkan hati Beth. Tapi yang paling menyakitkan adalah saat ia terbangun suatu pagi dan menemukan Matt menghilang dari tempat tidurnya. Setelah semalam bercinta dengannya, Matt justru menjauhinya tanpa memberikan penjelasan, menambah daftar laki-laki payah dalam hidup Beth. Tidak diketahui Beth, ketidakberhasilannya mendapatkan pekerjaan sebagai manajer dan menghilangnya Matt dari kehidupannya disebabkan oleh hal yang sama. Sesuatu yang tidak pernah terlintas dalam benak Beth telah menjadi penghalang kebahagiaannya. 

Home for Christmas adalah novel komedi romantis karya Cally Taylor yang berseting masa-masa menjelang Natal. Meskipun judulnya mengandung kata Natal, Natal bukanlah pusat kisah dalam novel ini. Kita tidak akan menemukan sepotong kisah pun yang terjadi pada hari Natal. Damai, sukacita, kasih, dan kebaikan-kebaikan seputar Natal yang menghangatkan hati tidak menjadi hal-hal yang dirasa perlu oleh sang pengarang. Natal hanya disebut-sebut sepintas lalu dan kehilangan maknanya sama sekali. Judul yang mengandung Natal boleh dibilang merupakan kebohongan yang disematkan di sampul novel.  

Membaca novel ini pun terasa melelahkan. Romansa yang menjadi elemen utama tidak menggugah emosi, terlalu dangkal, dan sangat biasa-biasa saja. Tokoh-tokoh antagonis seperti Alice (mantan pacar Matt), Isabel Ballbreaker (bos Matt), dan Carl Coombes (rekan kerja Beth) terlalu vulgar dan terkesan bukan manusia. Selain kisah tentang bioskop yang akan diakusisi, tidak ada hal yang baru dan menarik dalam novel ini.  Mungkin, kelebihan Cally Taylor yang bisa disebutkan adalah menciptakan adegan-adegan lucu dan memalukan yang dialami kaumnya. Beth Prince yang berlatih menyatakan cinta kepada poster kardus George Clooney dan dipergoki Matt Jones. Lizzie (teman seflat Beth) yang terjepit di jendela toilet sebuah pub saat melarikan dirinya dari kencannya. Beth yang menggunakan pencokelat kulit buatan sampai wajahnya menjadi sewarna jeruk Satsuma. Celana Beth yang jahitannya  robek saat menuruni tebing pada pelaksanaan rekruitmen di Wales sehingga bokongnya kelihatan (dan Beth tidak memakai celana dalam). 

Bagian penutup novel ini sudah bisa ditebak sejak awal. Keputusan penggunaan dua narator orang pertama (Beth dan Matt) yang berkisah secara bergantian kian menandaskan. Cally Taylor bisa dipastikan merupakan penggemar film komedi romantis ala Pretty Woman. Sehingga tidak heran, ia pun menutup novelnya ini persis seperti dalam film-film komedi romantis. Klise sekali. 




Diikutkan dalam  2013 Christmas Reads



0 comments:

Post a Comment

Recommended Post Slide Out For Blogger
 

Blog Template by Blogger.com

Author: Jody Setiawan