Judul Buku: Partikel
Pengarang:
Dewi Lestari
Tebal:
viii + 500 hlm; 20 cm
Cetakan:
1, April 2012
Penerbit:
Bentang
“Problemku terbesar adalah memercayai spesies Homo sapiens. Termasuk diriku sendiri. Padahal, manusia terlahir ke dunia dibungkus rasa percaya. Tak ada yang lebih tahu kita ketimbang plasenta. Tak ada rumah yang lebih aman daripada rahim ibu. Namun, di detik pertama kita meluncur keluar, perjudian hidup dimulai, taruhanmu adalah rasa percaya yang kau kaulego satu per satu demi sesuatu bernama cinta. Aku penjudi yang buruk. Aku tak tahu kapan harus berhenti dan menahan diri. Ketika cinta bersinar gemilang menyilaukan mata, kalang kabut aku serahkan semua yang kumiliki. Kepingan rasa percaya bertaburan di atas meja taruhanku. Dan aku tak pernah membawa pulang apa-apa.” (hlm. 8-9). Demikian yang dikatakan Zarah Amala, karakter utama novel Partikel, buku keempat serial Supernova karya Dewi Lestari, mengenai kehidupannya.
Di dalam Keping 40* yang menggunakan narator orang pertama, kita akan mengikuti
kisah hidup Zarah Amala, dimulai dari sebuah kampung di pinggiran Bogor hingga
London ketika bekerja sebagai fotografer wildlife.
Selama rentang perjalanan itu, tiga kali ia melego rasa percaya yang
menghilang di tangan orang-orang yang ia kasihi. Ayah, sahabat, dan kekasih.
Dari
ayahnya, Firas, seorang ahli mikologi,
Zarah memperoleh pengetahuan mengenai fungi atau jamur, enteogen -tanaman
dengan zat psikoaktif yang bisa mengubah level kesadaran seseorang- yang diketahui
sebagai organisme terbesar di dunia. Firas percaya fungi adalah makhluk cerdas
dengan inteligensi super melampaui manusia.Tidak heran ia terobsesi untuk
mendirikan laboratorium penelitian fungi. Kendati dianggap sebagai tempat
angker dan terlarang, Firas tergila-gila pada Bukit Jambul. Bagi Firas, Bukit
Jambul adalah rumah bagi ratusan spesies, termasuk fungi langka yang memiliki
potensi besar menyelamatkan Bumi. Namun lebih daripada itu, Firas mengetahui Bukit
Jambul sesungguhnya semacam portal atau gerbang dunia lain.
Rasa
percaya Zarah menghilang dengan perginya Firas dari kehidupan keluarganya saat
ia berumur dua belas tahun. Firas hanya meninggalkan lima jurnal yang kemudian
dibakar istrinya sehingga Zarah kehilangan petunjuk guna melacak keberadaan
ayahnya.
Begitu
ayahnya pergi, Zarah memutuskan mengenyam sekolah formal, dan langsung duduk di
kelas 1 SMA. Semasa SMA inilah ia bertemu Koso, gadis Nigeria yang menjadi
sahabatnya. Demi Koso yang mengalami kendala dalam belajar, Zarah rela
ketinggalan kelas. Tapi seperti Firas, Koso pun pergi karena harus pindah ke
London.
Suatu
hari Zarah menerima kamera Nikon FM-2/T limited
edition yang dikirimkan secara anonim. Dengan kamera itu Zarah belajar memotret
hingga secara misterius pula (hingga novel tamat tidak diungkapkan) fotonya
diikutkan dalam lomba tanpa sepengetahuannya. Foto itu menang dan Zarah
mendapat hadiah ekowisata ke Tanjung Puting, Kalimantan Tengah, untuk
melihat langsung konservasi orangutan. Di Tanjung Puting Zarah berjumpa Paul
Daly, fotografer profesional asal Inggris, yang mengajaknya bergabung dengan The A-Team di London.
Di
London, Zarah menemukan cinta dalam diri Storm Bradley, seorang fotografer fashion dan iklan. Hanya saja seperti kata Zarah,
“Pengkhianatan ada dalam batin setiap manusia, hanya menunggu momen yang tepat
untuk menyeruak, dirayakan, dan diamini sebagai titik lemah dari kemanusiaan.”
(hlm. 370). Maka sudah bisa ditebak, Zarah akan menyaksikan lagi kepercayaannya
dihancurkan.
Selepas kepergian ayahnya, salah satu obsesi Zarah adalah mencari laki-laki penuh kontroversi itu. Diam-diam, sewaktu
menerima tawaran Paul Daly pergi ke London, Zarah berharap akan menemukan Firas.
Setelah melewati salah satu episode pahit dalam hidupnya, akhirnya Zarah memperoleh petunjuk yang mengarahkan
pencarian dan kepastian nasib ayahnya.
Ke mana sebenarnya ayahnya pergi dan menghilang? Apakah Firas telah meninggal
dunia tanpa sepengetahuan keluarganya? Apa yang disodorkan Dewi sampai novel
berakhir belum sepenuhnya memuaskan. Meskipun begitu, kita bisa menduga-duga. Kemungkinan
besar Firas telah menggunakan Bukit Jambul untuk pergi ke dimensi lain. Dugaan
ini muncul terkait pengungkapan mengenai Bukit Jambul sebagai semacam portal
dunia lain. Selain itu, Dewi menunjukkan adanya komunikasi Firas dengan para
alien. Itulah sebabnya Firas bisa menggambarkan berbagai wajah Alien dalam
jurnalnya (hlm. 89-92).
Surat yang ditemukan Zarah dalam Keping 41 juga mengindikasikan kalau Firas mengetahui jati
diri pengirimnya. Sehingga, dikaitkan dengan surat yang diterima Bodhi (Akar, Truedee Books, 2002), bisa
disimpulkan sebenarnya Firas mengetahui hubungan antara Zarah (Partikel), Bodhi (Akar), Elektra (Petir),
dan Diva Anastasia (Bintang Jatuh dalam Supernova 1: Ksatria, Puteri, dan Bintang Jatuh, Truedee Books,
2000). Pertanyaan yang muncul kemudian
adalah: siapa sebenarnya semua karakter utama Supernova ini? Apakah mereka
berasal dari dimensi lain alias alien?
Novel dengan sampul bergambar simbol planet bumi ini diluncurkan 8 tahun setelah Supernova 3: Petir diterbitkan untuk pertama kalinya (Akur, 2004). Sebagai
dalih untuk proses kreatifnya yang molor, Dewi mengatakan: ”Jika saja Partikel
dipaksakan untuk lahir sebelum ini, maka kemungkinan besar ia akan lahir
prematur.” (hlm. 490). Alasan ini dihubungkan dengan ketersediaan literatur dan
fasilitas teknologi yang memperlancar risetnya. Apapun alasannya, Partikel tetap hadir semenantang ketiga pendahulunya. Memang gaya bercerita Dewi lebih renyah ketimbang sebelumnya, namun
kemahirannya merangkai kisah dengan kalimat-kalimat elegan tetap bersinar di
sini. Kecakapan yang jarang dimiliki penulis lain ini membuat Partikel yang mewujud dalam tiga keping gampang
dituntaskan dalam waktu singkat.
Mikologi, ekologi, fotografi, alien, dan
shamamisme adalah elemen-elemen yang dipadukan Dewi untuk membangun Partikel. Pada beberapa bagian kita akan
dibuat kagum oleh informasi yang disodorkan, sementara di bagian lain kita mesti
berhati-hati menyerapnya. Romansa menjadi materi tambahan yang ikut membangun
dunia Zarah, tapi tidak menjadi salah satu bagian menarik dalam novel.
Di bagian “Tentang Penulis” disebutkan jika serial ini akan dilanjutkan dengan episode Gelombang dan Inteligensi Embun Pagi. Kemungkinan besar karakter utama Gelombang adalah Alfa, nama keempat yang dikatakan Dewi di bagian “Cuap-cuap Penulis” dalam novel Akar (Truedee, 2002). Judul Inteligensi
Embun Pagi mengingatkan pada informasi di sampul belakang novel Akar (Truedee, 2002) yang menyatakan bahwa Akar merupakan bagian
pertama dari episode kedua Supernova:
Inteligensi Embun Pagi. Ketika Petir diterbitkan menyusul Akar, hal ini tidak disinggung-singgung lagi.
* Pembagian bab dalam novel-novel Supernova menggunakan istilah Keping. Supernova 1: Keping 1-33, Supernova 2: Keping 34-36, Supernova 3: Keping 37-39, dan Supernova 4: Keping 40-42.
* Pembagian bab dalam novel-novel Supernova menggunakan istilah Keping. Supernova 1: Keping 1-33, Supernova 2: Keping 34-36, Supernova 3: Keping 37-39, dan Supernova 4: Keping 40-42.
4 comments:
Kayaknya menarik ya. Tapi aku tetep aja nggak minat baca seri Supernova ini :o
hehehehe... memang tergantung selera. Kalau saya memang tidak fanatik dengan supernova, tapi saya suka dengan pengarang yang pintar seperti Dee.
AKU bersyukur bisa baca smuanya...aku menemukan ke akuan ku di dalamnya, dan selalu kagum dgn dee yg punya diksi2 lux dan pgetahuannya yang langka
Setuju, Dee memang pintar dan menulis dengan cerdas. Pernah ketemu langsung di Yogya dulu dan kagum dengan kepribadiannya.
Post a Comment