03 July 2012

Snow White & The Hunstman


Judul Buku: Snow White & The Huntsman
Penulis: Lily Blake
Penerjemah: Dina Begum
Tebal: 243 halaman
Cetakan: 1, Juni 2012
Penerbit: Mizan Fantasi (Noura Books)


 


Sampai saat ini, kisah Snow White masih tetap laku dijual. Tahun ini, paling tidak, ada tiga film tentang Snow White yang beredar. Pertama, Grimm's Snow White, film direct-to-video dengan Eliza Bennet sebagai Snow White dan Jane March sebagai Ratu. Kedua, Mirror Mirror, film komedi fantasi yang mendapuk Lily Collins sebagai Snow White dan Julia Roberts sebagai Ratu. Ketiga, Snow White and The Hunstman yang dibintangi Kristin Stewart sebagai Snow White dan Charlize Theron sebagai Ratu. Meskipun kisah di dalam film-film itu didasarkan pada dongeng yang sama, yaitu dongeng Jerman yang ditulis kembali oleh Grimm Bersaudara, masing-masing memiliki kisah yang berbeda. 

Ada empat elemen yang tidak terlupakan dalam dongeng Snow White. Ratu jahat, apel beracun, kurcaci, dan seorang pangeran. Dalam Grimm's Snow White tidak ada apel dan kurcaci, tapi tetap ada ratu jahat dan pangeran. Mirror Mirror tetap mempertahankan keempat hal itu, tapi bedanya apel beracun bukan membunuh Snow White melainkan si ratu jahat. Sedangkan Snow White & The Hunstman masih memanfaatkan keempat elemen dari dongeng Grimm Bersaudara tapi memperbesar peranan pemburu yang ditugaskan membunuh Snow White. Dalam film terakhir ini, Snow White tidak digambarkan sebagai putri gemulai yang menerima begitu saja apa yang menimpanya. Snow White di sini adalah seorang putri gagah berani yang bertekad merebut kembali kerajaan ayahnya yang dikuasai si ratu jahat.

Skenario Snow White & The Hunstman  ditulis berdasarkan cerita Evan Daugherty oleh trio John Lee Hancock, Hossein Amini, dan Evan Daugherty sendiri. Kemudian, berdasarkan skenario tersebut ditulis sebuah novel berjudul sama oleh Lily Blake. Apa yang terjadi pada film Snow White & The Hunstman sama seperti yang terjadi pada film Red Riding Hood (2011) yang skenarionya dialihkan menjadi novel oleh Sarah Blakley-Cartwright.
 
Ratu jahat dalam kisah ini bernama Ravenna. Ia sengaja diperlakukan sebagai tahanan oleh pasukan bayangan agar bisa diselamatkan Raja Magnus dan dibawa masuk ke dalam istana. Kecantikan Ravenna mampu meluluhkan Raja Magnus sehingga sang raja memutuskan menjadikan Ravenna pengganti istrinya yang telah tiada. Pada malam pengantin, Ravenna membunuh Raja Magnus. Sang raja tidak pernah mengetahui jika Ravenna sebenarnya penyihir yang telah dibekali mantra dari darah paling murni. Setiap kali kemampuan sihir ini digunakan, kecantikan dan kemudaan Ravenna akan terkuras. Untuk revitalisasi, Ravenna akan menyedot kecantikan dan kemudaan gadis-gadis jelita yang disediakan untuknya.

Setelah membunuh Raja Magnus, Ravenna menguasai istana dan kerajaan. Ravenna juga menyingkirkan orang-orang yang berada di pihak raja. Kecuali Snow White, putri tunggal sang raja dari istri pertamanya. Snow White yang saat itu berumur tujuh tahun dijebloskan ke dalam penjara. 

Dengan kekuatan jahat yang dimilikinya, pemerintahan Ravenna melahirkan para pemberontak yang berniat menggulingkan kekuasaaannya. Tapi Ravenna selalu bisa mengatasi para pemberontak dengan memanfaatkan kekuatan sihir sambil memanipulasi Finn, adik kandungnya. Akhirnya para pemberontak menjauh dan cuma bisa bergerilya di dalam Hutan Kelam, tempat angker dengan tanaman dan hewan magis yang berbahaya. Sangat sulit bagi orang yang masuk Hutan Kelam untuk bisa keluar dalam keadaan hidup.

Seperti yang disampaikan cermin sihir, Ravenna adalah perempuan yang paling cantik di seluruh negeri. Hingga sepuluh tahun kemudian, kecantikannya berhasil ditandingi.  "Ratuku, kau telah menentang hukum alam dan merampas buahnya yang paling elok. Tapi pada hari ini, ada seseorang yang lebih cantik daripada kau. Dialah penyebab pudarnya kekuatanmu," kata cermin sihir (hlm. 29). Dan alangkah terkejutnya Ravenna mengetahui perempuan yang berhasil mengalahkan kecantikannya adalah Snow White. Untunglah Snow White telah dikurungnya dalam penjara. Sebab kepolosan dan kemurnian yang dimiliki Snow White ternyata bermanfaat baginya. "Genggamlah jantungnya dengan tanganmu, maka kau takkan perlu lagi mereguk kemudaan. Kau takkan pernah lagi melemah atau menua. Kekal tanpa syarat...." ( hlm. 29-30).
 
Ravenna segera meminta Snow White dibawa ke hadapannya. Tapi ternyata Snow White berhasil melarikan diri dan memasuki Hutan Kelam. Ravenna tidak tinggal diam. Ia mengutus Eric, pemburu yang pernah memasuki Hutan Kelam dan keluar dengan selamat, untuk menemukan Snow White. Eric dikenal sebagai pemabuk setelah istrinya tewas dibunuh, dan sisi kelam inilah yang dimanfaatkan Ravenna. Jika Eric berhasil membawa Snoe White ke hadapannya, maka Ravenna berjanji akan menghidupkan kembali istrinya.

Ketika berhasil menangkap Snow White, Eric justru memutuskan untuk membiarkan gadis itu tetap hidup. Selain kenyataan Snow White adalah putri Raja Magnus, Eric juga  mengetahui sebenarnya Revenna tidak bisa membangkitkan istrinya. Alih-alih meninggalkan Hutan Kelam, ia membawa Snow White menyusup lebih jauh ke dalam Hutan Kelam. Dalam pelarian, sambil dikejar-kejar anak buah Ravenna, mereka akan bertemu para perempuan dengan bekas luka di wajah dan delapan kurcaci (versi aslinya hanya tujuh) yang masih setia pada Raja Magnus. Selain itu, di dalam Hutan Kelam, mereka akan bertemu dengan pemuda tampan yang tidak lain adalah teman masa kecil Snow White yang lolos dari pembasmian yang dilakukan Ravenna. 

Lalu, soal apel beracun? Ya, apel beracun itu tetap ada. Ravenna ternyata berhasil masuk ke dalam Hutan Kelam dan memberikan apel beracun itu kepada Snow White. Dan sudah pasti Snow White akan terjebak dalam keadaan mati suri. Soal kecupan yang terkenal  itu? Oh, tentu saja ada kecupan yang membangunkan Snow White. Hanya saja di sini Snow White akan mendapatkan dua kecupan. Siapa yang mengecup pasti sudah bisa ditebak, tapi kecupan siapakah yang memiliki kemampuan menghidupkan? Yang jelas soal kecupan itu sudah bisa diantisipasi, namun kala momennya datang, tetap terasa mengejutkan. Soal kecupan ini secara implisit akan menginformasikan kepada pembaca adanya cinta segitiga. Pemilik kecupan paling tuluslah yang akan mendapat tempat dalam hati Snow White. Sayangnya, penulis kisah ini sepertinya tidak menganut prinsip 'hidup bahagia selama-lamanya'. 

 
Seiring pelarian Snow White dan sang pemburu, beberapa pertanyaan akan mengekor. Mengapa Eric diam-diam tidak ingin membawa Snow White ke Kastel Hammond? Bagaimana caranya Ravenna bisa mengelabui Snow White untuk memakan apel beracun? Apa yang akan dilakukan Snow White untuk menghentikan kekejaman Ravenna? Untuk pertanyaan terakhir sempat terbayang adegan menggelikan seperti dalam film Mirror Mirror: bukan Snow White, tapi Ravennalah yang akan memakan apel beracun itu. Tapi tentu saja bukan itu yang dipilih penulis novel Snow White & The Hunstman.

Kendala yang kerap terjadi pada novelisasi skenario film masih bisa dirasakan dalam novel ini. Sebenarnya Lily Blake, sebagai penulis, cukup berhasil mengembangkan skenario ke dalam bentuk novel. Hasilnya tetap mengalir dan enak dibaca. Hanya saja, jumlah halaman yang terbatas menciptakan ruang sempit untuk pengembangan karakter, khususnya karakter Snow White. Metamorfosis Snow White yang sepuluh tahun terkurung dalam penjara -sehingga ia berada dalam kondisi lemah- menjadi putri gagah berani terkesan berlangsung spontan. Bagaimana caranya Snow White bisa tetap bertahan hidup dalam penjara dan mendapat kekuatan untuk melarikan diri? Bagaimana Snow White menghadapi perubahan fisiknya selama dikurung? Apakah selama sepuluh tahun Snow White mengenakan pakaian yang itu-itu saja? Kenihilan jawaban dari pertanyan-pertanyaan ini membuat kehadiran Snow White terkesan kurang kuat. Padahal untuk Ravenna, penulis terbilang intens dalam mengembang karakterisasinya sebagai tokoh antagonis.

Pesan moral yang membungkus kisah ini masih tetap sama dengan versi Grimm Bersaudara, bahwa kejahatan akan dipatahkan oleh kekuatan kebaikan dan keluhuran budi. Hanya saja, pesan indah bagi segala usia ini dikemas dalam kisah yang terlalu gelap sehingga kurang cocok untuk konsumsi anak-anak. Sekalipun mereka sudah mengenal sang putri salju.  

Membaca kisah-kisah yang ditulis berdasarkan dongeng abadi yang sangat tersohor memang selalu mengasyikkan. Kita akan dibuat penasaran untuk mengetahui apa yang dilakukan pengarang untuk mengecoh kita. Snow White, bukanlah satu-satunya, tapi Snow White merupakan salah satu kisah yang paling banyak dimodifikasi selain kisah Cinderella. 



2 comments:

Sinta Nisfuanna said... Reply Comment

padahal kemarin sudah berusaha mengalihkan keinginan beli buku ini, eh sekarang baca reviewnya jadi pengen lagi --"

Jody said... Reply Comment

memang gak sempurna, tapi bukunya enak dibaca, apalagi terjemahannya asyik :)

Post a Comment

Recommended Post Slide Out For Blogger
 

Blog Template by Blogger.com

Author: Jody Setiawan