Judul Buku: Istana Mimpi
Judul Asli: Nëpunësi i pallatit të ëndrrave (1981)
Penulis: Ismail Kadare
Penerjemah: Fahmy Yamani
Tebal:274 halaman
Cetakan: 1, Juni 2012
Penerbit: Serambi
Judul Asli: Nëpunësi i pallatit të ëndrrave (1981)
Penulis: Ismail Kadare
Penerjemah: Fahmy Yamani
Tebal:274 halaman
Cetakan: 1, Juni 2012
Penerbit: Serambi
Mark-Alem, seorang pemuda dari keluarga Quprili yang baru menyelesaikan pendidikan, diterima bekerja di Tabir Sarrail atau Istana Mimpi. Tempat yang dikenal sebagai salah satu institusi terpenting di Kekhalifahan Utsmani ini didirikan dengan tujuan utama untuk menafsirkan mimpi. Mimpi dipandang berperan penting dalam mengantisipasi nasib negara dan para penguasanya.
Di dalam Istana Mimpi, mimpi semua warga dalam wilayah kekhalifahan dikumpulkan, disortir, kemudian ditafsirkan untuk menyeleksi apa yang disebut Mimpi Utama. Inilah mimpi yang akan memberikan pertanda bagi takdir kekhalifahan karena akan memberi tahu adanya pemberontakan, kejahatan ataupun malapetaka yang mengancam stabilitas rezim yang sedang berkuasa. Oleh sebab itu, tidak ada mimpi yang boleh lolos dari pemeriksaan.
Mark-Alem memulai pekerjaannya di bagian Penyortiran. Di bagian ini, ia bertugas menyiapkan bahan baku untuk bagian Tafsir. Ia akan mengeliminasi mimpi yang diklasifikasikan sebagai mimpi yang tidak berguna: mimpi-mimpi yang benar-benar pribadi dan tidak berhubungan dengan pemerintah, mimpi-mimpi yang berhubungan dengan hawa nafsu manusia atau mimpi-mimpi palsu alias tidak pernah terjadi tapi sengaja dibuat.
Dalam waktu yang tidak begitu lama, Mark-Alem dipindahkan ke bagian Tafsir, bagian yang paling menentukan di Istana Mimpi. Di sini ia akan menekuni mimpi-mimpi yang diloloskan dari bagian Penyortiran dan berusaha memecahkan artinya. Di tempatnya yang baru ini, ia menghadapi kembali mimpi yang diloloskannya sebagai mimpi yang menarik di bagian Penyortiran. Mimpi dari seorang pedagang jalanan di ibu kota.
"Sebidang tanah kosong di dekat sebuah jembatan; semacam tanah kosong di mana orang membuang sampah. Di tengah-tengah sampah, debu, dan toilet yang rusak, sebuah alat musik aneh bermain sendirian hanya ditemani seekor banteng yang sepertinya kesal dengan suara itu dan berdiri di dekat jembatan lalu melenguh..." (hlm. 57).
Tanpa ia sadari, mimpi yang tidak bisa ia pecahkan ini berkaitan dengan takdir keluarga Quprili. Keluarga ini disebut-sebut sebagai satu-satunya keluarga besar yang tersisa di Eropa -bahkan di seluruh dunia, dan telah menjadi subjek sebuah epik yang melahirkan kecemburuan penguasa Utsmani. Konflik seputar epik ini akan memicu peristiwa berdarah sehubungan dengan mimpi yang diloloskan Mark-Alem.
Lalu, apa yang akan terjadi ketika sekali lagi keluarga Quprili mesti berhadapan dengan mimpi yang dinobatkan sebagai Mimpi Utama? Dan bagaimana pula nasib Mark-Alem sebagai pegawai Istana Mimpi?
Ismail Kadare, penulis Istana Mimpi, adalah penyair dan novelis paling terkenal di Albania. Meskipun namanya mendapatkan perhatian karena koleksi puisinya, ia lebih dikenal karena novel-novelnya. Penulis yang telah berkali-kali menjadi kandidat penerima Nobel Sastra ini telah menulis dan menerbitkan lebih dari 20 novel yang telah diterbitkan dalam 30-an bahasa. Novel pertamanya, The General of the Dead Army (Gjenerali i ushtrisë së vdekur, 1963) difilmkan pada tahun 1983 oleh Marcello Mastroianni. The Palace of Dreams atau Istana Mimpi (judul Albania: Nëpunësi i pallatit të ëndrrave), salah satu novel terbaiknya, pertama kali diterbitkan pada tahun 1981. Karya-karyanya yang antirezim membuatnya terjerumus sejumlah konflik dengan penguasa Albania. Pada tahun 1990, Kadare meminta suaka politik ke Prancis dan sejak saat itu membagi waktunya antara Paris dan Tirana (ibu kota Albania). Kadare mendapatkan penghargaan sastra internasional Prix Mondial Cino Del Duca pada tahun 1992, Man Booker International Prize perdana atas pencapaiannya dalam dunia sastra pada tahun 2005, dan Prince of Asturias untuk bidang seni pada tahun 2009.
Sejak zaman dahulu, mimpi telah dianggap penting dan berhubungan dengan perjalanan nasib sebuah rezim. Bahkan di dalam kitab suci, kita bisa menemukan kisah Nabi Yusuf yang menafsirkan mimpi raja Firaun mengenai tujuh tahun kelimpahan dan tujuh tahun kelaparan. Makna dari mimpi itu membuat Firaun bersiaga untuk menghadapi tahun-tahun kelaparan yang menimpa Mesir. Hanya saja, dalam kisah ini mimpi yang penting adalah mimpi sang penguasa. Dalam Istana Mimpi, mimpi yang ditafsirkan mencakup mimpi semua orang di seluruh penjuru kekhalifahan. Meretas proses yang panjang dan tidak mudah, mimpi-mimpi ini diboyong ke ibu kota untuk ditafsirkan. Dari ribuan mimpi yang dikumpulkan dipilih Mimpi Utama.
Mimpi, siapa pun tahu, adalah milik pribadi dan rahasia setiap orang. Tidak semua orang bersedia memberikan kesempatan orang lain mengetahui mimpinya, apalagi kalau mimpinya memalukan. Di Kekhalifahan Ustmani, mimpi-mimpi semua orang adalah milik negara, bukan milik pribadi. Kondisi ini meneguhkan bahwa tidak ada satu pun dalam hidup warga yang akan luput dari pengawasan rezim yang berkuasa. Jika yang tidak berwujud saja dikendalikan, apalagi yang berwujud.
Mimpi boleh disetor kepada negara, tapi isi mimpi yang sesungguhnya hanya diketahui oleh si pemimpi. Tidak heran, dalam seleksi mimpi, bisa ditemukan adanya mimpi-mimpi palsu. Kondisi ini, tidak terelakkan, bisa membuat mimpi direkayasa seperti yang disampaikan sang Wazir, paman Mark-Alem. Mimpi semacam ini akan menjadi alat yang sah bagi pihak penguasa untuk menciptakan berbagai keputusan yang bertujuan memperkuat posisi mereka dan menghabisi pihak lawan.
Mengangkat signifikansi mimpi dalam usaha penegakan sebuah rezim seperti ini membuat novel Istana Mimpi hadir sebagai karya sastra yang unik dan orisinil. Apa yang ingin disampaikan penulis tersampaikan dengan sukses melalui perumpamaan yang sangat mengesankan ini. Tidak ada konflik dan informasi yang berlarat-larat, tapi ketegangan yang disisipkan secara terkendali oleh sang penulis tetap terasa hingga novel berakhir.
Ismail Kadare
0 comments:
Post a Comment