11 February 2012

Lolita

 
Judul : Lolita
Penulis: Vladimir Nabokov (1955)
Penerjemah: Anton Kurnia

Tebal: 529 halaman
Cetakan: 1, Maret 2008
Penerbit: PT Serambi Ilmu Semesta



Manis Getirnya Cinta Terlarang



Pernah mendengar istilah Lolita atau Lolita Syndrome? Istilah Lolita menggambarkan tentang perempuan muda yang dewasa/matang secara seksual sebelum waktunya Sedangkan Lolita Syndrome adalah keadaan di mana seorang dewasa, umumnya lelaki, tertarik secara seksual kepada anak-anak pada masa pubernya; kondisi ini juga disebut efebofilia. Kedua istilah ini muncul dari dua karakter utama novel Lolita, novel kontroversial yang ditulis oleh penulis berdarah Rusia, Vladimir Nabokov (1899-1977). Novel ini pertama kali diterbitkan di Paris pada tahun 1955 karena tidak ada penerbit Amerika yang mau menerbitkannya. Ketika akhirnya diterbitkan di Amerika (1958), Lolita masuk daftar bestseller, menjadi novel pertama sejak Gone with the Wind yang terjual 100 ribu kopi dalam 3 minggu pertama diterbitkan. 

Kisah dalam novel ini merupakan pengakuan seorang laki-laki efebofil yang namanya disembunyikan di balik pseudonim Humbert Humbert. Ia menulis dalam bentuk memoar yang mengungkapkan latar belakang kejahatan yang dia lakukan dan sempat menghiasi koran-koran pada bulan September 1952. Tulisan Humbert Humbert ini awalnya berjudul Lolita, atau Pengakuan Seorang Duda (Lolita, or The Confessions of a White Widowed Male). Setelah Humbert meninggal, pengacaranya membawa memoarnya kepada seorang editor peraih penghargaan kemudian diterbitkan sebagai buku dengan judul Lolita

Humbert Humbert lahir di Paris dan tumbuh di Riviera. Di sana dia bertemu Annabel Leigh, bocah perempuan cantik yang lebih muda beberapa bulan darinya. Cinta monyet mereka kandas karena Annabel meninggal dunia akibat tifus 4 bulan setelah pertemuan mereka. Menurut Humbert, pengalaman cinta yang gagal dengan Annabel telah menciptakan ketertarikannya pada gadis-gadis muda berusia antara 9 sampai 14 tahun yang disebutnya sebagai nymphet (peri asmara).

Dua puluh empat tahun setelah pertemuannya dengan Annabel dia berjumpa dengan peri asmara berusia 12 tahun, Dolores.

Pernikahan Humbert Humbert dengan perempuan bernama Valeria yang mengalami kegagalan ternyata tidak bisa menepis selera ganjilnya pada gadis-gadis kecil. Ketika dia pindah ke Amerika untuk bekerja, penyakit yang menyerangnya secara tak terduga meretas jalan ke rumah seorang janda bernama Charlotte Haze. Dalam sebuah rumah di Ramsdale, New England, ini Humbert menemukan peri asmara yang membuat dirinya mabuk kepayang. 

"Dia adalah Lo yang biasa-biasa saja di pagi hari, setinggi seratus lima puluh senti, mengenakan sebelah kaus kaki. Dia adalah Lola saat mengenakan celana panjang longgar. Dia adalah Dolly di sekolah. Dia adalah Dolores pada data isian bertitik-titik. Namun, dalam pelukanku dia adalah Lolita," demikian ungkap Humbert (hlm.15) mengenai kekasih kecilnya. 

Bagi Humbert, Lolita adalah titisan Annabel, tak bakal ada Lolita jika ia tidak pernah jatuh cinta pada Annabel di masa kecilnya. Pesona Lolita berhasil menahan Humbert di Ramsdale ketika lelaki setengah baya ini berniat meninggalkan kota kecil itu. Tetapi, untuk meraih si gadis kenes pembangkang ke dalam pelukannya, ternyata tidak gampang. Untuk itu Humbert terpaksa menikahi ibu si peri asmara yang sangat egois. Karena jika tidak, Humbert harus meninggalkan keluarga Haze. 

Ada keinginan yang menggoda Humbert untuk mencelakakan Charlotte demi meraih putrinya. Tetapi sebelum niat itu menjadi tindakan, Charlotte tewas dalam sebuah kecelakaan setelah mengetahui kalau Humbert tidak mencintai dirinya dan menginginkan tubuh putrinya. 

Peluang terbuka bagi Humbert. Dia meninggalkan Ramsdale, menjemput Lolita di perkemahan musim panas. Dia mengatakan pada Lolita jika Charlotte sedang sakit. Kebohongannya tidak sempat menua. Ketika Lolita tahu, tak ada pilihan lain, dara kecil ini terpaksa mengikuti Humbert menjelajahi berbagai negara bagian. Dalam perjalanan yang memakan waktu ini Humbert akhirnya bisa mereguk kenikmatan dari tubuh molek si peri asmara. Kendati menemukan dirinya bukan lelaki pertama yang menjelajahi tubuh Lolita (Lolita telah melakukan hubungan seks dengan teman sekolahnya), Humbert tidak berniat melepaskan Lolita dan meninggalkan dirinya sendiri. Bahkan pada saat-saat Lolita menghilang dalam waktu-waktu tertentu, Humbert menjadi lelaki tua pencemburu. 

Humbert tidak pernah menduga cinta dan kemanjaan yang ia limpahkan pada putri tirinya hanya bertepuk sebelah tangan. Lolita tidak mencintainya. Lolita jatuh cinta kepada seorang lelaki yang diam-diam membayang-bayangi perjalanan mereka, seorang lelaki pedofil yang berniat mendapuk Lolita sebagai bintang film pornonya. Hingga suatu hari, Lolita meninggalkan Humbert tanpa pamit. 

Pertanyaannya, apakah Humbert masih akan bertemu lagi dengan Lolita sebelum dia meninggal? Tindakan kejahatan apa lagi yang dilakukan Humbert hingga dia dijebloskan dalam tahanan, tempat dia menuliskan memoarnya ini? Bagian-bagian terakhir novel akan mengungkap segalanya dengan tuntas dan tidak terduga. Humbert tidak pernah tahu, harapannya yang berhubungan dengan penerbitan memoarnya sebagai buku (hlm. 524) telah bisa dilakukan hanya sebulah setelah dia meninggal. Hal itu berhubungan dengan meninggalnya Nyonya "Richard F. Schiller" saat melahirkan seorang bayi perempuan Natal 1952 (hlm. 8,9). 

Novel Lolita merupakan sukses monumental yang mengubah kehidupan Vladimir Nabokov. Kesuksesan Lolita membuat Vladimir meninggalkan pekerjaannya sebagai dosen di beberapa universitas Amerika dan hidup sepenuhnya sebagai penulis yang mengantarnya menjadi empu novel dunia, baik dalam sastra berbahasa Rusia maupun Inggris. Sejumlah karyanya yang ditulis dalam bahasa Inggris dialihkannya ke dalam bahasa Rusia, termasuk Lolita yang oleh majalah internasional Time dinobatkan sebagai salah satu karya sastra dunia paling berpengaruh di abad ke-20. Sampai saat ini, Lolita telah dua kali difilmkan; tahun 1962 oleh Stanley Kubrick dan tahun 1997 oleh Adrian Lyne.
Lolita adalah 'novel indah yang abadi', demikian pernyataan di sampul belakang novel edisi Indonesia terbitan Serambi. Cap abadi memang pantas melekati novel ini. Hingga kini Lolita masih terus menjadi bahan perbincangan dan menjadi buku laris di berbagai negara. Julukan novel yang indah sangat layak ditempelkan ke novel ini. Lolita memang ditulis dengan indah menggunakan kalimat-kalimat dengan pilihan kata yang memikat yang di banyak tempat terasa lezat nuansa puitisnya. Kalimat-kalimat berbahasa Prancis tampaknya memang disengaja. Humbert Humbert lahir dan besar di Prancis sehingga tidak aneh jika sesekali ia menginsersi bahasa yang ia kuasai dalam memoarnya. 

Pada masanya, tema yang diusung Nabokov memang tergolong kontroversial. Tetapi tema seorang laki-laki dewasa yang terobsesi dengan seorang gadis remaja bukanlah tema baru baginya. Dia pernah menuliskan tema ini dalam karyanya yang lain. Sebelum novel ini terbit, seperti disinggung Nabokov dalam novel, pernah terjadi kasus yang mirip pada tahun 1948 (hlm. 494). Sally Horner, gadis 11 tahun, diculik oleh seorang montir berusia 50 tahun bernama Frank La Salle. Sally Horner dibawa berkelana selama 21 bulan dan diyakini melakukan hubungan seks dengan La Salle. Jadi, sejatinya novel ini bukanlah novel fantasi untuk mendorong hawa hafsu lelaki setengah baya terhadap gadis-gadis usia 9-14 tahun. Selain tidak ada penggambaran hubungan seks yang intensif dan blak-blakan yang tidak senonoh, Nabokov hanya membeberkan kenyataan yang bisa terjadi dalam kehidupan manusia. Sekarang penerimaan terhadap novel ini tentu saja menjadi hal yang biasa. Bukankah berita lelaki setengah baya yang terpikat gadis-gadis remaja terdengar familier di telinga kita? Kasus yang melibatkan lelaki setengah baya dengan gadis-gadis usia peri asmata bukan kasus baru di Indonesia. Dalam kehidupan kita saat ini, bukan hal yang sukar untuk menemukan manusia jenis Humbert Humbert dan Lolita.

Dilihat dari isinya, Lolita bisa disebut sebagai novel komedi tragis. Meski kisah birahi seorang lelaki setengah baya yang meledak-ledak kepada seorang gadis puber terkesan menggelikan, novel ini hadir kuat sebagai novel kelam. Jalan hidup yang ditempuh Lolita sebelum dan setelah lepas dari Humbert Humbert adalah jalan hidup yang kelabu, dan tindakan keras yang diambil Humbert Humber dengan pistol di tangannya adalah pilihan mengundang petaka. Tidak ada yang berbahagia di penghujung novel yang rawan. Meski harus diakui, tindakan Humbert mengindikasikan jenis kekuatan cinta yang bisa sangat menyentuh dalam hidup manusia kendati itu cinta terlarang. 

Setelah usai membaca novel ini, karakter Humbert Humbert dan Lolita masih terasa hidup dalam jiwa saya. Begitu indah dan begitu intensnya sang novelis menganyam kata dan kisah sehingga kehidupan mereka masih membekas bahkan setelah kisah berakhir. 

Pengalaman membaca yang mengesankan, untuk edisi Indonesia, sudah pasti sangat ditentukan oleh kepiawaian penerjemahnya. Saya kira, Anton Kurnia bisa dikatakan sangat berhasil dengan karya terjemahannya ini. Ia sukses membawa novel berusia 50 tahun lebih ini dalam bahasa Indonesia yang hidup, cantik, dan terasa baru. Penerjemah yang juga seorang cerpenis, esais, dan editor ini antara lain telah menghasilkan novel terjemahan seperti Harun dan Lautan Dongeng (Salman Rushdie, 2002), Les Miserables (Victor Hugo, 2006), dan Seorang Sultan di Palermo (Tariq Ali, 2007; bersama istriya Atta Verin).

Tentu saja tidak ada orang tua yang menginginkan pengalaman Lolita dialami salah satu anggota keluarganya. Apa yang terjadi antara Lolita dan Humbert Humbert bukanlah teladan yang baik. Tetapi, kenapa kisah ini mesti dituliskan? '"Lolita" seharusnya membuat kita semua –para orangtua, pekerja sosial, pendidik- meningkatkan wawasan dan kewaspadaan dalam menunaikan tugas membesarkan generasi yang lebih baik dalam sebuah dunia yang lebih aman', demikian penjelasan John Ray, si penyunting memoar Humbert Humbert (hlm. 11). Karena, "Bocah pembangkang, ibu yang egois, maniak yang penuh nafsu –semua ini bukan hanya tokoh-tokoh yang kuat dalam sebuah kisah yang unik: mereka memperingatkan kita terhadap kecenderungan-kecenderungan yang berbahaya, mereka menunjukkan kejahatan-kejahatan yang mungkin terjadi." (hlm. 11).

Lima puluh tahun lebih telah berlalu sejak Lolita pertama kali diterbitkan, tetapi ternyata waktu telah kekal mengawetkan keindahan novel ini. Bacalah, saya merekomendasikan novel ini bagi yang belum pernah membacanya!

0 comments:

Post a Comment

Recommended Post Slide Out For Blogger
 

Blog Template by Blogger.com

Author: Jody Setiawan