Judul : Lolita
Penulis: Vladimir Nabokov (1955)
Penerjemah: Anton Kurnia
Tebal: 529 halaman
Cetakan: 1, Maret 2008
Penerbit: PT Serambi Ilmu Semesta
Manis Getirnya Cinta Terlarang
Pernah mendengar istilah Lolita atau Lolita Syndrome? Istilah Lolita menggambarkan tentang perempuan muda yang dewasa/matang secara seksual sebelum waktunya Sedangkan Lolita Syndrome adalah keadaan di mana seorang dewasa, umumnya lelaki, tertarik secara seksual kepada anak-anak pada masa pubernya; kondisi ini juga disebut efebofilia. Kedua istilah ini muncul dari dua karakter utama novel Lolita, novel kontroversial yang ditulis oleh penulis berdarah Rusia, Vladimir Nabokov (1899-1977). Novel ini pertama kali diterbitkan di Paris pada tahun 1955 karena tidak ada penerbit Amerika yang mau menerbitkannya. Ketika akhirnya diterbitkan di Amerika (1958), Lolita masuk daftar bestseller, menjadi novel pertama sejak Gone with the Wind yang terjual 100 ribu kopi dalam 3 minggu pertama diterbitkan.
Kisah
dalam novel ini merupakan pengakuan seorang laki-laki efebofil yang
namanya disembunyikan di balik pseudonim Humbert Humbert. Ia menulis
dalam bentuk memoar yang mengungkapkan latar belakang kejahatan yang
dia lakukan dan sempat menghiasi koran-koran pada bulan September 1952.
Tulisan Humbert Humbert ini awalnya berjudul Lolita, atau Pengakuan Seorang Duda (Lolita, or The Confessions of a White Widowed Male).
Setelah Humbert meninggal, pengacaranya membawa memoarnya kepada
seorang editor peraih penghargaan kemudian diterbitkan sebagai buku
dengan judul Lolita.
Humbert
Humbert lahir di Paris dan tumbuh di Riviera. Di sana dia bertemu
Annabel Leigh, bocah perempuan cantik yang lebih muda beberapa bulan
darinya. Cinta monyet mereka kandas karena Annabel meninggal dunia
akibat tifus 4 bulan setelah pertemuan mereka. Menurut Humbert,
pengalaman cinta yang gagal dengan Annabel telah menciptakan
ketertarikannya pada gadis-gadis muda berusia antara 9 sampai 14 tahun
yang disebutnya sebagai nymphet (peri asmara).
Dua puluh empat tahun setelah pertemuannya dengan Annabel dia berjumpa dengan peri asmara berusia 12 tahun, Dolores.
Pernikahan
Humbert Humbert dengan perempuan bernama Valeria yang mengalami
kegagalan ternyata tidak bisa menepis selera ganjilnya pada gadis-gadis
kecil. Ketika dia pindah ke Amerika untuk bekerja, penyakit yang
menyerangnya secara tak terduga meretas jalan ke rumah seorang janda
bernama Charlotte Haze. Dalam sebuah rumah di Ramsdale, New England,
ini Humbert menemukan peri asmara yang membuat dirinya mabuk kepayang.
"Dia
adalah Lo yang biasa-biasa saja di pagi hari, setinggi seratus lima
puluh senti, mengenakan sebelah kaus kaki. Dia adalah Lola saat
mengenakan celana panjang longgar. Dia adalah Dolly di sekolah. Dia
adalah Dolores pada data isian bertitik-titik. Namun, dalam pelukanku
dia adalah Lolita," demikian ungkap Humbert (hlm.15) mengenai kekasih kecilnya.
Bagi
Humbert, Lolita adalah titisan Annabel, tak bakal ada Lolita jika ia
tidak pernah jatuh cinta pada Annabel di masa kecilnya. Pesona Lolita
berhasil menahan Humbert di Ramsdale ketika lelaki setengah baya ini
berniat meninggalkan kota kecil itu. Tetapi, untuk meraih si gadis
kenes pembangkang ke dalam pelukannya, ternyata tidak gampang. Untuk
itu Humbert terpaksa menikahi ibu si peri asmara yang sangat egois.
Karena jika tidak, Humbert harus meninggalkan keluarga Haze.
Ada
keinginan yang menggoda Humbert untuk mencelakakan Charlotte demi
meraih putrinya. Tetapi sebelum niat itu menjadi tindakan, Charlotte
tewas dalam sebuah kecelakaan setelah mengetahui kalau Humbert tidak
mencintai dirinya dan menginginkan tubuh putrinya.
Peluang
terbuka bagi Humbert. Dia meninggalkan Ramsdale, menjemput Lolita di
perkemahan musim panas. Dia mengatakan pada Lolita jika Charlotte
sedang sakit. Kebohongannya tidak sempat menua. Ketika Lolita tahu, tak
ada pilihan lain, dara kecil ini terpaksa mengikuti Humbert
menjelajahi berbagai negara bagian. Dalam perjalanan yang memakan waktu
ini Humbert akhirnya bisa mereguk kenikmatan dari tubuh molek si peri
asmara. Kendati menemukan dirinya bukan lelaki pertama yang menjelajahi
tubuh Lolita (Lolita telah melakukan hubungan seks dengan teman
sekolahnya), Humbert tidak berniat melepaskan Lolita dan meninggalkan
dirinya sendiri. Bahkan pada saat-saat Lolita menghilang dalam
waktu-waktu tertentu, Humbert menjadi lelaki tua pencemburu.
Humbert
tidak pernah menduga cinta dan kemanjaan yang ia limpahkan pada putri
tirinya hanya bertepuk sebelah tangan. Lolita tidak mencintainya.
Lolita jatuh cinta kepada seorang lelaki yang diam-diam
membayang-bayangi perjalanan mereka, seorang lelaki pedofil yang
berniat mendapuk Lolita sebagai bintang film pornonya. Hingga suatu
hari, Lolita meninggalkan Humbert tanpa pamit.
Pertanyaannya,
apakah Humbert masih akan bertemu lagi dengan Lolita sebelum dia
meninggal? Tindakan kejahatan apa lagi yang dilakukan Humbert hingga
dia dijebloskan dalam tahanan, tempat dia menuliskan memoarnya ini?
Bagian-bagian terakhir novel akan mengungkap segalanya dengan tuntas
dan tidak terduga. Humbert tidak pernah tahu, harapannya yang
berhubungan dengan penerbitan memoarnya sebagai buku (hlm. 524) telah
bisa dilakukan hanya sebulah setelah dia meninggal. Hal itu berhubungan
dengan meninggalnya Nyonya "Richard F. Schiller" saat melahirkan
seorang bayi perempuan Natal 1952 (hlm. 8,9).
Novel Lolita merupakan sukses monumental yang mengubah kehidupan Vladimir Nabokov. Kesuksesan Lolita
membuat Vladimir meninggalkan pekerjaannya sebagai dosen di beberapa
universitas Amerika dan hidup sepenuhnya sebagai penulis yang
mengantarnya menjadi empu novel dunia, baik dalam sastra berbahasa Rusia
maupun Inggris. Sejumlah karyanya yang ditulis dalam bahasa Inggris
dialihkannya ke dalam bahasa Rusia, termasuk Lolita yang oleh majalah internasional Time
dinobatkan sebagai salah satu karya sastra dunia paling berpengaruh di
abad ke-20. Sampai saat ini, Lolita telah dua kali difilmkan; tahun
1962 oleh Stanley Kubrick dan tahun 1997 oleh Adrian Lyne.
Lolita
adalah 'novel indah yang abadi', demikian pernyataan di sampul
belakang novel edisi Indonesia terbitan Serambi. Cap abadi memang
pantas melekati novel ini. Hingga kini Lolita masih terus
menjadi bahan perbincangan dan menjadi buku laris di berbagai negara.
Julukan novel yang indah sangat layak ditempelkan ke novel ini. Lolita
memang ditulis dengan indah menggunakan kalimat-kalimat dengan pilihan
kata yang memikat yang di banyak tempat terasa lezat nuansa puitisnya.
Kalimat-kalimat berbahasa Prancis tampaknya memang disengaja. Humbert
Humbert lahir dan besar di Prancis sehingga tidak aneh jika sesekali ia
menginsersi bahasa yang ia kuasai dalam memoarnya.
Pada
masanya, tema yang diusung Nabokov memang tergolong kontroversial.
Tetapi tema seorang laki-laki dewasa yang terobsesi dengan seorang
gadis remaja bukanlah tema baru baginya. Dia pernah menuliskan tema ini
dalam karyanya yang lain. Sebelum novel ini terbit, seperti disinggung
Nabokov dalam novel, pernah terjadi kasus yang mirip pada tahun 1948
(hlm. 494). Sally Horner, gadis 11 tahun, diculik oleh seorang montir
berusia 50 tahun bernama Frank La Salle. Sally Horner dibawa berkelana
selama 21 bulan dan diyakini melakukan hubungan seks dengan La Salle.
Jadi, sejatinya novel ini bukanlah novel fantasi untuk mendorong hawa
hafsu lelaki setengah baya terhadap gadis-gadis usia 9-14 tahun. Selain
tidak ada penggambaran hubungan seks yang intensif dan blak-blakan
yang tidak senonoh, Nabokov hanya membeberkan kenyataan yang bisa
terjadi dalam kehidupan manusia. Sekarang penerimaan terhadap novel ini
tentu saja menjadi hal yang biasa. Bukankah berita lelaki setengah
baya yang terpikat gadis-gadis remaja terdengar familier di telinga
kita? Kasus yang melibatkan lelaki setengah baya dengan gadis-gadis
usia peri asmata bukan kasus baru di Indonesia. Dalam kehidupan kita
saat ini, bukan hal yang sukar untuk menemukan manusia jenis Humbert
Humbert dan Lolita.
Dilihat dari isinya, Lolita
bisa disebut sebagai novel komedi tragis. Meski kisah birahi seorang
lelaki setengah baya yang meledak-ledak kepada seorang gadis puber
terkesan menggelikan, novel ini hadir kuat sebagai novel kelam. Jalan
hidup yang ditempuh Lolita sebelum dan setelah lepas dari Humbert
Humbert adalah jalan hidup yang kelabu, dan tindakan keras yang diambil
Humbert Humber dengan pistol di tangannya adalah pilihan mengundang
petaka. Tidak ada yang berbahagia di penghujung novel yang rawan. Meski
harus diakui, tindakan Humbert mengindikasikan jenis kekuatan cinta
yang bisa sangat menyentuh dalam hidup manusia kendati itu cinta
terlarang.
Setelah
usai membaca novel ini, karakter Humbert Humbert dan Lolita masih
terasa hidup dalam jiwa saya. Begitu indah dan begitu intensnya sang
novelis menganyam kata dan kisah sehingga kehidupan mereka masih
membekas bahkan setelah kisah berakhir.
Pengalaman
membaca yang mengesankan, untuk edisi Indonesia, sudah pasti sangat
ditentukan oleh kepiawaian penerjemahnya. Saya kira, Anton Kurnia bisa
dikatakan sangat berhasil dengan karya terjemahannya ini. Ia sukses
membawa novel berusia 50 tahun lebih ini dalam bahasa Indonesia yang
hidup, cantik, dan terasa baru. Penerjemah yang juga seorang cerpenis,
esais, dan editor ini antara lain telah menghasilkan novel terjemahan
seperti Harun dan Lautan Dongeng (Salman Rushdie, 2002), Les Miserables (Victor Hugo, 2006), dan Seorang Sultan di Palermo (Tariq Ali, 2007; bersama istriya Atta Verin).
Tentu saja tidak ada orang tua yang menginginkan pengalaman Lolita dialami salah satu anggota keluarganya. Apa yang terjadi antara Lolita dan Humbert Humbert bukanlah teladan yang baik. Tetapi, kenapa kisah ini mesti dituliskan? '"Lolita"
seharusnya membuat kita semua –para orangtua, pekerja sosial,
pendidik- meningkatkan wawasan dan kewaspadaan dalam menunaikan tugas
membesarkan generasi yang lebih baik dalam sebuah dunia yang lebih aman', demikian penjelasan John Ray, si penyunting memoar Humbert Humbert (hlm. 11). Karena, "Bocah
pembangkang, ibu yang egois, maniak yang penuh nafsu –semua ini bukan
hanya tokoh-tokoh yang kuat dalam sebuah kisah yang unik: mereka
memperingatkan kita terhadap kecenderungan-kecenderungan yang
berbahaya, mereka menunjukkan kejahatan-kejahatan yang mungkin terjadi." (hlm. 11).
Lima
puluh tahun lebih telah berlalu sejak Lolita pertama kali diterbitkan,
tetapi ternyata waktu telah kekal mengawetkan keindahan novel ini.
Bacalah, saya merekomendasikan novel ini bagi yang belum pernah
membacanya!
0 comments:
Post a Comment