Judul Buku: Beauty Sleep
Pengarang: Amanda Inez
Poernama
Penyunting: Jia Effendie
Tebal: viii + 224 hlm; 13 x
19 cm
Cetakan: 1, Juni 2013
Penerbit: GagasMedia
Disengaja atau tidak, Amanda
Inez dalam novel debutnya, Beauty Sleep,
menggunakan gagasan yang sama dengan dongeng Sleeping Beauty. Kisah di dalam novelnya mengenai perempuan yang
terlelap dalam keadaan koma serta judul yang dipakai akan segera menghubungkan
kita dengan dongeng Putri Tidur itu. Apalagi dengan rancangan sampul yang
menampakkan ilustrasi berupa sesemakan (Putri Tidur terlelap dalam istana yang dikerumuni semak belukar).
Selain Sleeping Beauty, novel ini juga langsung mengingatkan pada cerpen Peri Menara dan Naga Baik Bersisik Biru karya
Stefanny Irawan (bisa dibaca dalam kumcer Tidak
Ada Kelinci di Bulan, Gramedia Pustaka Utama, 2006). Di dalam cerpen ini, ada
seorang perempuan yang tertidur dalam kondisi koma dan seorang laki-laki yang
mencintainya. Kisah dalam cerpen ini dituturkan oleh si laki-laki dengan gaya
persis sama dengan yang digunakan Amanda Inez. Perempuan yang terlelap itu dijuluki
Naga Baik Bersisik Biru, sedangkan si laki-laki dipanggil Peri Menara. Penjulukan
juga terdapat dalam Beauty Sleep, si
gadis dipanggil Tuan Putri dan laki-lakinya dinamakan si Bodoh. Jika Amanda Inez belum
pernah membaca cerpen Stefanny Irawan, kemiripan yang ada tentunya terjadi
secara kebetulan.
Laki-laki dalam Beauty Sleep yang sekaligus berperan
sebagai narator masih muda dan datang dari sebuah kota kecil di Amerika Utara
(tepatnya di mana, tidak disebutkan). Dibesarkan di sebuah panti asuhan, ia tidak
mempunyai banyak teman. Satu-satunya temannya adalah Zack, anak laki-laki
sebaya yang orangtuanya merupakan donatur panti asuhan. Begitu lulus SMA, Zack
berniat mengubah hidup, pergi ke Indonesia untuk menggeluti bisnis yang ditekuni
pamannya, perdagangan narkoba. Atas permintaan ibu Zack, si Bodoh ikut ke
Indonesia, tapi lalu ditinggalkan begitu saja di bandara untuk kemudian
terlunta-lunta di Jakarta.
Akhirnya, si Bodoh menetap sebagai orang asing di Jakarta. Dalam kondisi masa depan yang tidak pasti, ia mendapatkan pekerjaan
sebagai anggota pemadam kebakaran. Suatu hari, ia terlibat dalam pemadaman
kebakaran di gedung pos tua di pinggir Jakarta dan berhasil menyelamatkan satu
paket berupa kaleng berisi surat-surat dan kartu pos. Surat-surat dan semua
kartu pos itu dikirimkan seorang ibu kepada anak perempuannya. Penemuan ini membawa si Bodoh kepada anak perempuan yang dijulukinya Tuan Putri.
Tuan Putri adalah seorang
gadis buta yang sangat menyukai bunga matahari. Ia kehilangan penglihatan
setelah sebuah kecelakaan mobil yang juga merenggut nyawa ayahnya. Sepeninggal
ayahnya, ia tinggal bersama bibi dan kakak sepupunya, Daniel. Si Bodoh mengenal
Tuan Putri sebagai gadis yang tangguh, yang mampu menerima kondisinya, bahkan
mengatakan:
Bahagia
adalah pilihan. Tak peduli di mana pun aku berada, aku bisa saja merasa sedih
dan tertekan. Namun, setelah itu, aku belajar bagaimana untuk menerima segala
sesuatu apa adanya. Aku tidak lagi ingi menyiksa diriku sendiri. Bahagia adalah
saat kau membuat segala yang (kau) punya menjadi yang terbaik.
(hlm, 31).
Apakah
kau tahu, bahwa hal-hal terindah di dunia ini tidak bisa dilihat dengan mata?
Apa kau tahu, bahwa hatimu bisa melihat hal yang jauh lebih indah dari apa pun
di dunia ini? (hlm. 34).
Tuan Putri meminta si Bodoh membacakan semua surat yang ditulis ibunya, perempuan asal Belanda yang lebih
memilih karier ketimbang keluarganya. Dan sementara itu, si Bodoh menyaksikan jika sejatinya,
Tuan Putri tidak setangguh yang dikatakannya. Kebutaan membuatnya melakukan hal
yang berdampak pada terjebaknya ke dalam kondisi koma. Dan Tuan Putri yang
menyukai bunga matahari berubah menjadi seperti bunga matahari yang layu.
Aku
tidak bisa melukiskan betapa sedih aku melihatmu seperti itu. Kau terbaring
seakan sedang bersiap-siap untuk pergi selamanya. Kau membuatku takut. Beberapa
kali aku begitu ingin tinggal di sini, menemanimu, karena aku begitu takut kau
pergi begitu saja. Tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Bahkan, tanpa membuka
matamu. (hlm. 36).
Setiap kali si Bodoh
menengoknya, terbersit harapan untuk menemukan Tuan Putri terbangun dari
komanya. Tapi harapannya selalu kandas.
Tuan
Putri, kau mengubah hidupku. Kau membuatku ingin menjadi seseorang yang lebih
baik, agar aku cukup berharga bagi orang-orang yang kusayangi. Kurasa itu
adalah definisi perasaanku kepadamu. Aku menyayangimu sebagai sahabat, karena
saat ini, aku hanya bisa menjadi sahabatmu. Mungkin suatu saat nanti, setelah
aku berubah, barulah aku ingin mengambil satu langkah lebih maju.
(hlm. 192).
Sampai saatnya surat
terakhir selesai dibacakan dan si Bodoh mesti mengucapkan selamat tinggal, Tuan
Putri belum mengangkat pelupuk matanya. Apa yang akan dilakukan si Bodoh untuk
Tuan Putri pada kali penghabisan? Apa yang pernah dikatakan Tuan Putri, pada
masa-masa ketangguhannya, menggema dalam benaknya.
Doa
yang tulus dan dengan cinta, adalah kekuatan besar yang bisa menyelamatkan
siapa pun, termasuk orang yang mendoakannya. (hlm. 193).
Untuk ukuran novel, Beauty Sleep memang tergolong tipis.
Tapi meskipun berdurasi singkat, kita akan merasakan keharuan yang
terus bertahan sampai novel ini ditamatkan. Itulah salah satu kelebihan novel ini.
Amanda Inez menjabarkan
kisahnya dalam novel ini dengan bahasa yang sederhana. Sekalipun si Bodoh
berasal dari negara di Amerika Utara, Amanda tidak terjebak
untuk memperagakan kemampuan bahasa asingnya (Inggris) secara semena-mena. Ia memang
sempat memunculkan sedikit kosakata bahasa Inggris, tapi terutama ia
mengandalkan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Hasilnya, memang
sangat berbeda dengan novel-novel populer terbitan GagasMedia lainnya, dan saya
sangat menyukainya. Sederhana, tapi unik.
Selama membaca, Si Bodoh
yang menjadi narator (aku-kamu) memosisikan kita pembaca sebagai Tuan Putri
yang berada dalam kondisi koma. Kita seakan-akan sedang mendengar curhatan
hatinya yang penuh perasaan untuk membangkitkan perasaan dan kehendak terbaik
kita. Cinta, kebaikan hati, ketabahan, pengampunan, iman, dan semangat untuk hidup
mengalir dalam alunan indah kata-kata.
Pertanyaan yang terus muncul
selama membaca adalah apakah Tuan Putri akan bangkit dari keadaan koma ataukah
ia akan terlelap selama mungkin? Bagian epilog, yang dikisahkan menggunakan
perspektif orang ketiga, akan memberikan jawaban untuk pertanyaan ini. Seperti
yang dilakukan Winna Effendi dalam Unforgettable,
Amanda Inez pun baru akan mengungkapkan nama asli Tuan Putri dan si Bodoh, kedua karakter utama novel,
secara lengkap pada bagian epilog.
4 comments:
Dear Jody,
Terima kasih atas review-nya :) Saya baru tahu bahwa pernah ada cerpen yang ternyata mirip dengan novel ini. Tapi, itu akan menjadi sesuatu yang memacu saya untuk datang dengan ide yang lebih authentic.
Thanks!
Amanda Inez.
udah jadi wishlist kapan lalu, gara-gara ada dongeng putri tidurnya :)
@Amanda Inez Poernama:
Hai Amanda, trims telah berkunjung.
Aku suka novel perdana kamu.
Aku menunggu karya2mu yang lain :)
@Peri Hutan:
Novelnya keren, terutama bagi yg suka fiksi yang ditulis dengan bahasa Indonesia yang baik :)
Post a Comment