Judul Buku: The Postmistress
Pengarang: Sarah Blake (2010)
Penerjemah: Meggy Soejatmiko
Tebal: 588 halaman
Cetakan: 1, 2012
Penerbit: Elex Media Komputindo
"Setiap kisah -baik mengenai cinta ataupun perang- merupakan kisah mengenai menoleh ke sebelah kiri ketika kita justru seharusnya menoleh ke kanan," kata Frances Bard alias Frankie, mantan gadis penyiar radio, pada hari tuanya. Lalu, ia memulai kisahnya dari Franklin, sebuah kota pesisir pantai di Massachussetts pada tahun 1940-an.
Saat bom-bom mulai berjatuhan di London dan sekitarnya ketika Jerman berusaha menginvasi Inggris pada Perang Dunia Kedua, Will Fitch adalah seorang dokter yang baru saja menikah. Dalam tugasnya sebagai dokter, ia membantu persalinan seorang perempuan yang kemudian meninggal dunia setelah melahirkan anaknya. Kematian perempuan itu membuat Will hancur dan bersikeras pergi ke London untuk membantu korban perang. Tanpa sepengetahuannya, ia meninggalkan Emma, istrinya, dalam keadaan hamil.
Sebelum berangkat ke London dalam penugasan yang tidak resmi dan semata-mata hanya karena keinginan pribadi, Will menitipkan sepucuk surat kepada Iris James, kepala kantor pos Franklin. Will berharap Iris akan memberikan surat itu kepada Emma seandainya ia tewas.
Di London, saat Jerman melancarkan serangan bom malam hari, Will bertemu Frankie Bard di sebuah lubang perlindungan. Sebelumnya, di Franklin, Will telah mendengarkan suara gadis itu menyiarkan berita mengenai pengeboman Nazi Jerman di Inggris. Bahkan suara Frankielah yang meneguhkan tekadnya datang ke London.
Perjumpaan mereka meninggalkan sepucuk surat yang dialamatkan kepada istrinya di Franklin. Sehingga seperti Iris James, Frankie pun terbeban untuk meneruskan surat Will Fitch.
Frankie kembali ke New York setelah melakukan perjalanan menyeberang Eropa dari Inggris dimana ia menyaksikan pengungsian kaum Yahudi yang dipicu oleh tindakan antisemitisme Nazi Jerman. Dalam berbagai kesempatan, umumnya di atas kereta api, Frankie merekam wawancaranya dengan para pengungsi itu. Namun, sekembalinya ke London, ia tidak mampu menyiarkan informasi yang dikumpulnya. Frankie memilih pulang ke Amerika dan pergi ke Franklin untuk bertemu Emma Fitch.
Selain Emma Fitch, di Franklin, kehidupan Frankie akan bersengkarut dengan kehidupan Iris James, si kepala kantor pos. Juga kehidupan Otto Schelling, Yahudi Austria yang berhasil meninggalkan Eropa dan Harry Vale, pria idaman Iris James, yang sangat yakin akan kedatangan Jerman di Franklin.
Sebenarnya, apa yang telah terjadi pada Will Fitch? Akankah Will pulang sehingga Iris James atau Frankie Bard tidak usah resah akan menyerahkan surat Will pada istrinya yang tengah hamil? Jauh sebelum The Postmistress ditamatkan, Sarah Blake, sang pengarang novel, telah memberikan kunci jawaban atas pertanyaan ini. Keputusan yang sungguh tidak bijak (dan mengagetkan) mengingat dua pucuk surat Will yang belum tiba di tangan Emma sesungguhnya telah mengiming-imingi pembaca pengungkapan tak terduga di bagian pamungkas novel.
Memang, membaca The Postmistress kita bisa langsung bisa menyimpulkan bahwa efek buruk dari peranglah yang lebih ingin Sarah tonjolkan ketimbang pengembangan alur dan konflik yang sebenarnya akan membuat ceritanya jauh lebih menarik. Padahal, dari bagian "Cerita di Balik Cerita" kita bisa mengetahui jika perang bukanlah titik berangkat novel ini. Tapi untunglah, cara Sarah menggulirkan kisah masih menyimpan daya tarik sampai novel dikhatamkan. Selain itu, ia juga terbilang berhasil menciptakan berbagai karakter yang di dalam kelemahan mereka, tetap mengundang simpati.
Sewaktu menetap di sebuah kota kecil di ujung Cape Cod, Sarah Blake pernah membayangkan perempuan pengantar pos di kota itu berdiri di depan kotak-kotak penyortiran di ruang belakang kantor pos dengan sepucuk surat di tangannya. Perempuan itu menunduk, memandang surat di tangannya, kemudian memutuskan untuk memasukkan surat itu ke dalam sakunya. Bayangan inilah yang melahirkan karakter Iris James, sang kepala kantor pos (postmistress). Bahkan profesi perempuan itu ditetapkan sebagai judul novel. Padahal novel ini bukan semata-mata mengenai Iris James dan pekerjaannya sebagai kepala kantor pos. Boleh dibilang, judul novel tidak mewakili dengan tepat kisah yang terkandung dalam novel.
Semua karakter utama dalam The Postmistress adalah karakter fiktif. Kecuali Edward R. Morrow (1908-1965), penyiar radio yang terkenal dengan siaran langsung mengenai pengeboman Jerman di Inggris pada Perang Dunia Kedua. Dalam novel ini, Edward R. Morrow menjadi rekan kerja Frankie Bard di London.
Edward R. Morrow
Seperti yang dikatakan Frankie Bard di bagian awal novel saya bersepakat bahwa The Postmistress adalah 'sebuah kisah mengenai menoleh ke sebelah kiri ketika kita justru seharusnya menoleh ke kanan'. Gambaran yang paling nyata dari kesimpulan ini adalah apa yang terjadi pada Will Fitch setelah pertemuannya dengan Frankie Bard di sebuah lubang perlindungan di London.
0 comments:
Post a Comment