05 June 2012

Eon


Judul Buku: Eon (Lahirnya Sang Punggawa Naga)
Pengarang: Alison Goodman
Penerjemah: Putra Nugroho
Penyunting: Nuraini Mastura
Tebal: 577 halaman
Cetakan: 1, Februari 2012
Penerbit: Mizan Fantasi






Eksistensi Kerajaan Naga Kayangan ditentukan oleh keberadaan dua belas naga yang merupakan penjaga dari kedua belas arah semesta. Setiap Tahun Baru -tahun berakhirnya siklus kekuasaan naga yang lama dan dimulainya siklus kekuasaan naga berikutnya- naga yang akan berkuasa bangkit ke langit dengan kekuatan berlipat ganda. Naga itu akan menyatu dengan seorang murid baru untuk dilatih dalam sihir naga. Saat si murid memasuki dunia Punggawa Naga, murid sebelumnya diangkat menjadi Punggawa Naga dan berkuasa penuh. Punggawa naga tersebut menggantikan Punggawa Naga sebelumnya setelah persekutuan yang melelahkan selama dua puluh empat tahun dengan si naga. Persekutuan dengan naga memberikan seorang Punggawa Naga kesaktian yang bisa menggerakkan badai, mengalihkan aliran sungai, dan menghentikan gempa bumi. Namun, sebagai kompensasi dari kekuatan tersebut, Punggawa Naga akan menyerahkan Hua atau energi kehidupan miliknya kepada si naga.

Hanya mereka yang mampu melihat naga yang memiliki kesempatan menjadi kandidat Punggawa Naga. Kemampuan melihat naga ini adalah sebuah bakat langka. Semakin langka lagi bila si kandidat bisa melihat naga lainnya. Setiap Tahun Baru dua belas anak laki-laki akan berkompetisi untuk mendapatkan kesempatan menyatu dengan naga yang bangkit.

Eon adalah seorang kandidat Punggawa Naga yang memiliki bakat langka bisa melihat semua naga, kecuali Naga Kembar (Naga Naga) yang memang telah menghilang lebih dari lima ratus tahun sebelumnya. Dimasukkannya Eon sebagai kandidat oleh gurunya merupakan sebuah tindakan penuh risiko. Bukan hanya karena Eon memiliki pinggul yang cacat, tapi juga karena Eon sebenarnya seorang perempuan. Di dunia sihir naga, perempuan tidak memiliki tempat karena dianggap bisa menyebabkan kerusakan. Untuk menekan keperempuanan Eon, gurunya memberikannya teh yang dapat mencegah menstruasi. Seterusnya, Eon harus berusaha untuk tetap dikenal sebagai kasim Rembulan -bocah yang dikebiri sebelum masa pubertas demi keberuntungan dan kejayaan keluarga.

Eon diikutsertakan sebagai kandidat Punggawa Naga pada siklus kekuasaan Naga Tikus. Saat itu yang menjadi Punggawa Naga Tikus adalah Lord Ido. Ia menggantikan Punggawa Naga Tikus sebelumnya yang meninggal secara misterius. Jika dipilih oleh Naga Tikus, Eon akan menjadi murid Lord Ido, dan kelak, tatkala Lord Ido mengundurkan diri, Eon akan menjadi Punggawa Naga Tikus. Namun, pada hari kebangkitan Naga Tikus, ambisi Eon tidak mendapatkan tanggapan si naga. Hanya saja, sesuatu yang mengejutkan terjadi lantaran secara tiba-tiba Naga Kembar yang telah menghilang muncul bukan pada tahun kekuasaannya dan memilih Eon. Dengan dipilihnya Eon oleh Naga Kembar, otomatis ia menjadi Punggawa Naga Kembar, karena saat itu tidak ada Punggawa Naga Kembar. Sebagai Punggawa Naga Kembar, Eon berhak menjadi anggota Dewan Punggawa Naga.

Kebangkitan Naga Kembar meyakinkan kaisar Kerajaan Naga Kayangan kalau Eon dipilih untuk mempersiapkan dinasti putranya, Pangeran Kygo. Apalagi situasi yang sedang berkembang mengindikasikan adanya upaya untuk merebut tahkta kaisar. 
 
Hanya beberapa orang yang tahu bahwa dipilihnya Eon sebagai Punggawa Naga sesungguhnya mendatangkan kecemasan dalam dirinya. Suatu saat, sebagai Punggawa Naga, Eon mesti menunjukkan kemampuannya memanggil Naga Kembar untuk mengatasi permasalahan yang terjadi. Padahal hanya dengan namanya si Naga Kembar bisa dipanggil, dan Eon tidak mengetahui namanya. Mau tidak mau, Eon terpaksa berpacu dengan waktu untuk menyelidiki nama Naga Kembar. Keberadaan sebuah manuskrip merah yang diikat mutiara hitam sebagai bagian dari harta Naga Kembar yang hilang memberikan titik terang. Namun, setelah menemukan manuskrip itu, Eon tidak memahami isinya sama sekali. Malangnya, sebuah tugas telah menghampiri. Bersama dengan para Punggawa Naga lainnya, Eon harus menaklukkan Badai Raja pada sebuah Festival Monsun.

Sudah dibayangkan apa yang akan terjadi. Eon gagal, dan untuk menutup kegagalannya, ia melakukan tindakan berisiko yang menempatkannya dalam posisi sulit. Sementara Lord Ido, si tokoh antagonis, bertekad memanfaatkan Eon untuk mendapatkan kekuatan yang sangat berbahaya, hanya Naga Kembar yang mampu memberikan bantuan untuk mengatasinya. Sebelum itu, tentu saja, Eon harus memanggil Naga Kembar menggunakan nama si naga.

Membaca kisah yang terdapat dalam novel berjudul Eon: Lahirnya Sang Punggawa Naga ini sungguh pengalaman yang mengasyikkan. Alison Goodman, pengarang asal Australia, benar-benar berhasil memintal sebuah novel dahsyat yang mampu mencuri perhatian di tengah-tengah maraknya peredaran novel-novel fantasi saat ini. Diantar oleh Eon sebagai narator, kita akan mengikuti kisah fantasi mencengangkan tentang naga-naga dan para Punggawa Naga yang dikemas dengan bungkusan misteri dan intrik dalam plot yang sangat berpilin. Meskipun terdiri dari lima ratusan halaman, buku ini sama sekali tidak melelahkan dibaca. Malah semakin ke belakang semakin memikat dengan unsur suspens yang kental. 

Jujur saja, sebelumnya saya kurang berminat membaca novel penggondol Aurealis Award untuk kategori novel fantasi (2008) ini. Terutama lantaran naga -satu-satunya makhluk mitologi yang menjadi simbol dalam zodiak Cina- pada gambar sampul. Di dunia Barat, naga dikenal sebagai kadal raksasa bersayap yang memiliki sepasang tangan dan kaki. Dalam karya fiksi, naga versi Barat yang bisa menyemburkan lidah api ini dihadirkan sebagai karakter antagonis. Sedangkan di dunia Timur, khususnya Cina, naga adalah makhluk sakti mandraguna berwujud ular raksasa lengkap dengan tanduk, sungut, dan cakar. Dalam karya fiksi, naga versi Cina ini ditampilkan sebagai karakter bijaksana dan agung bagaikan dewa.

Naga versi apapun tetaplah naga dan sudah terlalu sering dimunculkan dalam kisah-kisah fantasi sehingga saya agak jemu dengan binatang satu ini. Namun ternyata, konsep naga yang ditawarkan Alison terasa berbeda dan bahkan terkesan orisinil kendati ia menambang gagasan tentang naga dari kebudayaan Cina dan Jepang. Ada dua belas naga yang diberi nama seperti binatang-binatang dalam zodiak Cina. Masing-masing naga memiliki warna khusus, menjaga satu atau dua arah semesta dan salah satu Kebajikan Agung. Misalnya, Naga Tikus yang berwarna biru menjaga arah utara-barat laut dan bertugas sebagai penjaga ambisi, sedangkan Naga Kembar yang berwarna merah menjaga arah timur dan bertugas sebagai penjaga kebenaran. Khususnya untuk Naga Kembar yang bangkit, tugasnya sebagai penjaga kebenaran menjadi elemen yang paling menentukan keberhasilan Eon sebagai Punggawa Naga.

Berbicara tentang Naga Kembar, ada satu hal yang masih tetap misterius sampai novel dikhatamkan. Apa yang sebenarnya terjadi lebih dari 500 tahun silam sehingga Naga Kembar menghilang bersamaan dengan terbakarnya Aula Naga Kembar? Saya sudah bisa menduga, tapi tidak ingin menyampaikann di sini. Saya hanya berharap Alison membeberkannya dalam pendamping novel ini, Eona: Sang Punggawa Naga Terakhir.  

Dengan menghadirkan Eon sebagai karakter perempuan di tengah-tengah dominasi kaum laki-laki, Alison melakukan hal yang mengingatkan pada Suzanne Collins dengan trilogi Hunger Games-nya. Tidak bisa disangkal, meskipun keperempuanan Eon mesti dibekap mengingat ia hidup dalam dunia yang menganut sistem patriarkal, Alison menunjukkan bahwa perempuan juga tidak kalah dengan laki-laki, dan perempuan mampu melakukan hal yang sama bahkan lebih dari laki-laki.

Jarang sekali saya menemukan buku yang membuat saya enggan menutupnya begitu memasuki bagian pamungkas. Eon sudah memberikan pengalaman baca tidak terlupakan semacam itu. Semoga hal yang sama dapat juga dialami dengan Eona.


 Pengunjung

1 comments:

Jody said... Reply Comment
This comment has been removed by the author.

Post a Comment

Recommended Post Slide Out For Blogger
 

Blog Template by Blogger.com

Author: Jody Setiawan