Judul Buku: Skipping Christmas (Absen Natal)
Penulis: John Grisham (2001)
Penerjemah: Budiyanto T. Pramono
Tebal: 240 hlm; 18 cm
Cetakan: 1, Januari 2003
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Penulis: John Grisham (2001)
Penerjemah: Budiyanto T. Pramono
Tebal: 240 hlm; 18 cm
Cetakan: 1, Januari 2003
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Pulang dari mengantarkan putrinya, Blair, yang hendak pergi ke Peru untuk menjadi sukarelawan Peace Corps, pada hari Minggu setelah Thanksgiving, Luther Krank segera merasakan dimulainya kerepotan musim Natal. "Alangkah enaknya kalau bisa menghindar dari Natal," Luther mulai berpikir. "Jentrikkan dua jari dan- "tak" -langsung sudah 2 Januari." (hlm. 27).
Tidak lama setelah mulai berpikir, Natal pun menjadi kasus yang semakin menguat di benak Luther. Apalagi setelah ia mengumpulkan bukti-bukti bahwa Natal sekadar pemborosan yang merugikan dan tidak menyisakan apa-apa. Tahun sebelumnya, enam ribu seratus dolar -nilai yang sama dengan sembilan persen gaji kotornya setahun- terbuang percuma. Luther pun yakin, Natal harus diboikot.
Bagaimana caranya memboikot Natal? Bisakah Luther menghilangkan 25 Desember dari kalender? Oh, tentu saja, tidak. Bagi Luther yang berprofesi sebagai akuntan pajak, memboikot Natal adalah tidak melibatkan diri dalam kerepotan Natal. Tidak mengeluarkan uang untuk memestakan Natal.
Maka, Natal kali ini tidak ada pembelian kartu Natal di toko Pumpkin Seeds. Tidak ada pembelian Canadian blue spruce dari dari pramuka untuk dijadikan pohon Natal. Tidak ada pembelian kalender dari kepolisian. Tidak ada pesta Natal legendaris yang dilangsungkan setiap Malam Menjelang Natal di rumah keluarga Krank. Tidak ada pemasangan Frosty di atas atap rumah. Tidak ada lampu Natal di pohon-pohon boxwood. Tidak ada fruitcake ataupun Christmas dinner.
Pada tengah hari di hari Natal, Luther akan pergi bersama istrinya, Nora, meninggalkan tempat tinggal mereka di Hemlock Street. Mereka akan berlayar dengan kapal pesiar mewah, mengelilingi Kepulauan Karibia selama sepuluh hari. Biayanya di bawah biaya Natal yang mereka keluarkan tahun sebelumnya. Cuma tiga ribu dolar. Bagi mereka, ini berarti penghematan. Kepada semua orang mereka mengatakan bahwa perjalanan ini mereka lakukan karena Blair telah pergi dan mereka butuh relaks sedikit.
Luther dan Nora mengira mereka bisa melewati hari-hari sebelum keberangkatan dengan mudah. Tapi, setelah keputusan memboikot Natal diketahui publik, ketenangan terhalau dari kediaman mereka. Secara terang-terangan mereka dicemooh. Kelompok-kelompok Pelantun Lagu Natal bergantian menyanyikan lagu-lagu Natal di jalan masuk rumah. Ketidakmunculan Frosty di atap rumah dipertanyakan. Seorang reporter melaporkan niat mereka absen Natal di sebuah koran. Puncaknya terjadi pada tanggal 24 Desember. Sebuah telpon datang dari Miami mengobrak-abrik rencana yang telah mereka susun.
Pada akhirnya, keluarga Krank menyadari, betapa memboikot Natal adalah sebuah gagasan yang konyol. Luther Krank bukan Scrooge dalam A Christmas Carol yang membutuhkan tiga hantu untuk mendapatkan kesadaran dari kekonyolannya. Tapi apa yang dialaminya akan sangat menyakitkan dan tidak akan pernah ia lupakan seumur hidup. Apalagi ketika musim Natal tiba.
Skipping Christmas adalah salah satu novel karya John Grisham yang melenceng dari genre yang membesarkan namanya, legal thriller. Selain Skipping Christmas, Grisham juga menulis novel-novel bukan legal thriller seperti A Painted House (2001), Bleachers (2003), Playing for Pizza (2007), dan Calico Joe (2012). Skipping Christmas merupakan novel komedi berlatar Natal yang ditulis penuh semangat. Luther Krank akan mengingatkan pada Scrooge, tapi kisah yang dialami tetap orisinil, tidak terbayangkan. Di tempat-tempat di mana Natal dirayakan, mungkin akan tercipta kesibukan yang kerap menjadi sangat merepotkan seperti yang dialami Krank. Hanya saja tidak ada yang menggunakan alasan kerepotan untuk memboikot Natal. Dampak dari keputusan Luther adalah kemunculan serangkaian pertanyaan, gugatan, dan keberatan yang dilontarkan secara berkesinambungan ke arahnya. Maka tak pelak lagi, kisahnya berbiak menciptakan kelucuan demi kelucuan yang akan membuat kita tersenyum bahkan tertawa selama membaca.
Selain kisah yang unik, Skipping Christmas juga memiliki karakter-karakter yang tidak terlupakan di luar Luther Krank. Sebut saja Vic Frohmeyer, periset di universitas yang menggagas pemasangan Frosty di atas atap. Putranya, Spike, yang memata-matai Luther. Wes Trogdon, pialang asuransi yang merangkai lampu paling banyak di Hemlock Street. Walt Scheel, yang pekerjaannya tidak jelas serta Bev, istrinya yang sedang berjuang melawan kanker payudara. Luther kerap merasa kesal kepada mereka, tapi menjelang novel berakhir, ia akan merasa beruntung memiliki mereka. Tanpa mereka, Luther tidak akan mengambil keputusan menyentuh hati di bab terakhir. Tanpa mereka, Skipping Christmas tidak akan ditamatkan dengan indah.
Satu hal yang saya tangkap dari novel ini melalui karakter Luther Frank adalah adanya pemaknaan yang keliru mengenai Natal. Perayaan kelahiran Kristus dipandang sebagai momen untuk menghambur-hamburkan uang sehingga akhirnya kehilangan esensinya. Oleh sebab itu, Luther tidak ingin merayakan Natal, dan penyebab utamanya adalah ia tidak mau kehilangan uangnya.
Skipping Christmas telah diadaptasi ke dalam film layar lebar berjudul Christmas with the Kranks pada tahun 2004. Film yang disutradarai oleh Joe Roth ini mendapuk komedian Amerika terkenal, Tim Allen sebagai Luther Kranks dan Jamie Lee Curtis sebagai Nora Krank.
*Novel ini dibaca dalam rangka menyambut Natal 2012.
2 comments:
Aku baru tahu kalo Josh Grishan nulis novel di luar genre thriller... dan kayaknya seru yah, memboikot natal LOL
Memang John Grisham lebih dikenal sbg penulis thriller. Tapi ternyata dia berbakat juga menulis cerita komedi spt Skipping Christmas ini.
Post a Comment