16 December 2012

The Crippled Lamb

 
Judul Buku: The Crippled Lamb
Penulis: Max, Jenna, Andrea & Sara Lucado (1994)
Penerjemah: Wim Salampessy
Penerbit: Interaksara (2000)

 

Max Lucado bergabung dengan anak-anak perempuannya -Jenna, Andrea, dan Sara- untuk menulis kisah Natal anak-anak yang diberi judul The Crippled Lamb.
 
The Crippled Lamb (Anak Domba yang Timpang) yang diterbitkan pertama kali pada tahun 1994 berkisah tentang Joshua, anak domba yang dilahirkan berbeda. Ia berkaki hitam dan berbulu putih dengan bercak-bercak hitam. Ia memiliki sepasang mata yang sedih, karena memang selalu dirundung kesedihan. Joshua bersedih karena tidak mempunyai bulu putih serupa salju seperti anak-anak domba yang lain. Tapi yang paling membuatnya sedih adalah ketidakbisaannya berlarian sambil melompat-lompat. Ia dilahirkan dengan satu kaki timpang yang membuatnya selalu berjalan pincang.
 
Untunglah ada Abigail. Yang satu ini adalah sapi betina, teman Joshua yang paling baik. Abigail yang berusaha membesarkan hati Joshua ketika kesedihan dan keterasingan menguasai si domba. "Jangan sedih, Joshua kecil. Allah punya tempat khusus bagi mereka yang merasa dikucilkan," kata Abigail.
 
Tidak mudah bagi Joshua untuk mengamini ucapan Abigail. Apalagi ketika ia ditinggalkan tatkala para gembala memutuskan membawa domba-domba ke lembah yang rumputnya lebih banyak. Anak-anak domba lain tidak ingin Joshua ikut karena kecacatannya bisa menyulitkan perjalanan. Sekali lagi, untunglah ada Abigail yang mau menemani Joshua. Mereka kembali ke dalam istal, makan jerami dari kotak pakan, lalu pergi tidur. Tapi  terdengar suara-suara di dalam istal membangunkan Joshua. Ada orang yang telah memasuki istal. Mereka datang dalam kegelapan malam yang dingin. Siapa mereka?
 
Oh, ternyata ada seorang bayi yang baru lahir. Ia diletakkan di dalam kotak pakan dan sedang menangis karena kedinginan. Tidak ada selimut di dalam istal karena telah dibawa para gembala untuk perjalanan melintasi lembah. Joshua teringat bulunya sendiri, wol yang hangat dan lembut. Sang bayi mungil membutuhkan wolnya untuk menghalau dinginnya malam.
 
Siapa bayi itu? Joshua tentunya akan tahu. Dan pada saat hampir bersamaan, ia akan memahami alasan dirinya dilahirkan dengan kaki timpang. "Kau benar," katanya kepada Abigail. "Allah memang punya tempat istimewa bagiku."
 
Karena ditujukan untuk anak-anak,The Crippled Lamb disajikan tanpa kerumitan. Kisah Joshua mengalir dengan bahasa yang sederhana dalam plot yang ringkas. Supaya lebih gampang diterima anak-anak, maka kisah ini dilengkapi gambar-gambar berwarna yang dikerjakan pelukis Liz Bonham. Alhasil, orangtua juga bisa membacakan kisah dalam buku ini kepada anak-anak yang belum bisa membaca.

Pesan indah yang menguatkan iman dari kisah Joshua ini adalah Allah mempunyai tempat khusus bagi orang-orang yang merasa dikucilkan. Pandangan merendahkan orang lain tidak akan menghalangi Allah untuk menyatakan kebaikan-Nya. Setiap orang hanya harus percaya saja.
 
The Crippled Lamb yang telah memenangkan Gold Medallion Book Award 1995 untuk kategori Gift Book dan menjadi kisah klasik untuk anak-anak adalah persembahan Natal yang sederhana tapi tidak gampang dilupakan. Saya kembali membaca buku ini dalam rangka menyambut Natal 2012.

 

0 comments:

Post a Comment

Recommended Post Slide Out For Blogger
 

Blog Template by Blogger.com

Author: Jody Setiawan