19 March 2012

Catching Fire


Judul Buku: Catching Fire
Penulis: Suzanne Collins (2009)
Penerjemah: Hetih Rusli
Tebal: 424 hlm; 20 cm
Cetakan: 1, Juli 2010
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama



 


“Akulah mockingjay. Orang yang selamat dari rencana-rencana jahat Capitol. Lambang pemberontakan” (Katniss Everdeen, hlm. 415)
 

 







Di atas panggung, Katniss mendengar penonton menjerit. Api melahap gaun pengantin yang dipaksakan Presiden Snow untuk ia kenakan. Asap menebar membuatnya panik. Potongan-potongan sutra yang terbakar berputar di udara, dan mutiara yang bertaburan di gaun itu rontok satu demi satu. Katniss tetap berputar, mengangkat kedua tangan di atas kepala. Lalu api yang memerangkapnya lenyap, dan ia perlahan-lahan berhenti berputar. Awalnya ia mengira dirinya telanjang. Tapi ternyata ia mengenakan gaun yang sama persis dengan rancangan gaun pengantinnya, hanya saja berwarna batu bara dan terbuat dari bulu-bulu kecil. Dengan heran Katniss mengangkat lengan gaunnya yang berkibar membentuk sayap. Cinna, penata gayanya, telah mengubah Katniss menjadi mockingjay. 

Katniss Everdeen, si gadis terbakar, kembali  bertarung dalam Hunger Games. Lho, bukankah setiap orang cuma punya satu kesempatan menjadi peserta? Selama 74 tahun penyelenggaraan Hunger Games, aturannya memang seperti itu. Hanya saja, pada Hunger Games ke-75, dengan ketua juri yang baru, aturan pun berubah. Perubahan itu semata-mata disebabkan oleh kepentingan politik. Dan Katniss Everden-lah yang menjadi pemicu karena menantang juri dengan buah berry nightlock di Hunger Games ke-74. 

Nightlock
Insiden yang terjadi di bagian akhir Hunger Games ke-74, tanpa Katniss duga seperti sebelum-sebelumnya, menjadi tindakan pembangkangan terhadap Capitol. Presiden Snow merasa perlu mendatangi Katniss di Desa Pemenang di Seam dan memberi tahu konsekuensi dari tindakannya. Apa yang Katniss lakukan berpotensi menyulut pemberontakan distrik-distrik dan memunculkan revolusi, yang sebenarnya  sudah coba ditindas dalam Hunger Games. Presiden Snow menuntut Katniss meredam kemungkinan munculnya pemberontakan dalam Tur Kemenangan di seluruh distrik. Katniss harus meyakinkan warga Panem bahwa insiden buah berry hanyalah tindakan yang digerakkan cintanya pada Peeta Mellark.

Sayangnya, Tur Kemenangan berakhir sebagai malapetaka. Katniss pula yang menjadi pemicu hingga terjadi pembunuhan di Distrik 11, distrik asal Rue, anak laki-laki yang bersahabat dengannya dalam Hunger Games ke-74. Pemberontakan mulai mendesis, distrik 8 bergolak, dan pin mockingjay yang dipakai Katniss menjadi simbol pemberontakan. Dengan kata lain, Katniss gagal memenuhi tuntutan Presiden Snow.

Sebenarnya pada Hunger Games yang ke-75 yang adalah Quarter Quell ketiga untuk menyegarkan ingatan tentang mereka yang terbunuh akibat pemberontakan di distrik-distrik, Katniss akan menjadi mentor. Namun, Presiden Snow membatalkan dengan mengumumkan bahwa: “Pada perayaan  yang ketujuh puluh lima, sebagai pengingat bagi para pemberontak bahwa bahkan yang terkuat pun takkan bisa mengalahkan kekuatan Capitol, para peserta lelaki dan perempuan akan dipilih dari nama-nama pemenang yang masih hidup.” (hlm. 191). Pengumuman ini otomatis memastikan Katniss kembali ke arena pertarungan.

Tentu saja Peeta tidak akan membiarkan Katniss bertarung tanpa dia. Saat Haymitch terpilih, Peeta langsung menggantikan. Tidak heran Haymitch berkata kepada Katniss: “Kau tahu, kau bisa hidup menjalani ratusan kehidupan dan tetap tidak layak mendapatkan dia.” (hlm. 196).

Pada malam wawancara sesuatu yang mengejutkan terjadi. Untuk tampil di atas panggung, Presiden Snow menuntut Katniss memakai gaun pengantin. “Aku menduga karena aku penentangnya yang paling hebat, deritaku, kehilanganku, dan penistaan terhadapku harus mendapat sorotan paling terang. Dia pikir, ini akan menjadikannya jelas. Sepertinya sangat barbar, sang presiden ingin mengubah gaun pengantinku menjadi kain kafan, sehingga hantamannya akan terasa langsung, hanya menyisakan rasa hampa yang menyakitkan di dalam diriku.” (hlm. 268).  Sedangkan Peeta mengenakan tuksedo elegan dan sarung tangan putih seperti yang dipakai pengantin pria saat menikah di Capitol. Malam itu, ketika sedang diwawancara, gaun pengantin Katniss terbakar, dan televisi nasional menampilkan perubahannya yang dramatis menjadi mockingjay, simbol pemberontakan. Sebaliknya Peeta, sekali lagi, memanfaatkan manajemen gosip. Ia mengatakan bahwa ia dan Katniss telah menikah, dan Katniss sedang hamil. Lalu terjadilah hal mengejutkan. Untuk pertama kalinya selama penyelenggaraan Hunger Games, para peserta berpegangan tangan, dan panggung kontan mengalami kekacauan.

Arena pertarungan kali ini mencakup rimba belantara dan pantai, yang seiring dengan berbagai kejadian, terungkap merupakan jam analog. Meskipun sudah tidak berminat, Katniss dan Peeta mendapatkan sekutu. Mereka adalah Finnick Odair, pemuda luar biasa tampan dari distrik 4 dengan Mags, mentornya yang berumur 80 tahun. Bersama-sama, mereka menghadapi rupa-rupa tantangan di arena. Petir, hujan darah, kabut, gas beracun, ombak, suara jabberjay, dan medan gaya. Katniss merasa gelisah ketika memperhatikan para peserta seolah-olah ingin melindungi Peeta, bahkan sekalipun harus mengorbankan diri.

Adakah sesuatu yang sedang berkembang di arena pertarungan tanpa sepengetahuan Katniss? Benar. Memang ada, dan baru akan disingkap Suzanne Collins pada bab terakhir novel yang harus Anda baca sendiri.

Catching Fire (Tersulut) adalah sekuel dari The Hunger Games, yang sama-sama menjadi bagian trilogi The Hunger Games. Novel ini tetap sama menarik dengan novel pertama trilogi. Hanya saja,  novel ini menyimpan kejutan yang tidak kalah mencengangkan. Kejutan yang akan meretas konflik baru dalam buku ketiganya, Mockingjay.

Sama seperti pendahulunya, Catching Fire dihidangkan ke dalam tiga bagian. Bagian pertama, Percikan, berkisah tentang Katniss dan Peeta yang telah kembali ke Distrik 12, tinggal di Desa Pemenang, dan mengadakan Tur Kemenangan. Bagian kedua, Quell, merangkaikan keterlibatan kembali Katniss dan Peeta dalam Hunger Games. Bagian ketiga, Sang Musuh, menggiring pembaca pada pertarungan dalam Hunger Games ke-75. Konflik utama dalam novel ini terletak pada aksi dan respons yang terjadi antara Katniss dan Presiden Snow.

Catching Fire masih bertutur tentang perjuangan untuk bertahan hidup. Bagi Katniss dan Peeta, tentunya ada hasrat untuk memenangkan pertarungan sehingga harus tepat menetapkan strategi. Bagi sebagian peserta yang sudah bukan remaja lagi (baca: 12-18 tahun), memenangkan pertarungan tidak lagi menjadi target utama. Pengorbanan sudah menduduki prioritas utama hidup mereka. Mags, pasangan Finnick dari Distrik 4 misalnya, rela mati menghirup gas beracun. Bahkan, ia hanya sukarelawan yang menggantikan seorang perempuan histeris.

Berbeda dengan novel sebelumnya, novel distopia ini tidak cukup brutal. Tapi hal ini sama sekali tidak menurunkan intensitas penulisan Suzanne Collins, karena merupakan kesengajaan untuk membuka jalan cerita baru bagi novel ketiganya. Tidak ada kesengajaan memanjang-manjangkan cerita. Durasi novel ini kurang lebih sama dengan The Hunger Games.

Cinta tetap cuma mendapat porsi kecil dalam novel ini. Saat muncul untuk menggerakkan karakter, efeknya sangat membias dan mengharukan. Apalagi saat keluar dari ketulusan hati Peeta Mellark. Bagi orang lain mungkin cuma sandiwara. Bagi Peeta, sungguh sebuah cinta sejati. Dan sebagaimana  adanya cinta sejati, sangat tidak mudah diwujudkan.
 

0 comments:

Post a Comment

Recommended Post Slide Out For Blogger
 

Blog Template by Blogger.com

Author: Jody Setiawan