13 March 2012

The Invention of Hugo Cabret


Judul Buku: The Invention of Hugo Cabret
Pengarang: Brian Selznick (2007)
Penerjemah:Marcalais Fransisca
Tebal: 543 halaman

Cetakan: 1, Januari 2012
Penerbit: Mizan Fantasi






The Invention of Hugo Cabret (2007) karya Brian Selznick, ilustrator dan penulis, adalah sebuah buku unik kolaborasi antara novel dan buku bergambar. Terdapat 158 gambar yang berpadu dengan tulisan di dalamnya, menjalin sebuah kisah yang tak terlupakan. Gambar-gambar yang ada tidak bisa diungsikan dari buku ini, karena memang bukan sekadar ilustrasi belaka.

Buku yang telah diganjar berbagai penghargaan termasuk Caldecott Medal dan Quil Award ini lahir dari keinginan Selznick menulis kisah tentang George Méliѐs. Méliѐs adalah pembuat film Prancis yang terkenal dengan film berjudul A Trip to The Moon (Le Voyage dans la lune), sebuah film science fiction pertama di dunia (1920). Menurut pengakuannya, kisah Hugo baru terbentuk setelah ia membaca buku karya Gaby Wood berjudul Edison’s Eve: A Magical History of the Quest for Mechanical Life. Salah satu bab dalam buku ini membahas koleksi automaton milik George Méliѐs. Disebutkan bahwa ia menyumbangkan koleksi automatonnya kepada sebuah museum, yang hanya menelantarkan automatonnya di loteng dan akhirnya membuangnya. Selznick membayangkan, ada seorang bocah yang menemukan automaton yang dibuang itu di tempat sampah. Saat itulah, Hugo dan cerita di dalam buku ini lahir.

Cerita berseting tahun 1931 ini digarap dari sudut pandang Hugo Cabret, bocah laki-laki berumur dua belas tahun. Hugo tinggal di sebuah apartemen rahasia di atas ruang tunggu utama stasiun kereta api kota Paris. Ia merawat jam-jam yang dulunya merupakan pekerjaan pamannya. Paman Claude menghilang, dan tinggal Hugo sendiri yang merawat jam-jam di stasiun kereta api itu. Hugo masih mengambil cek gaji pamannya, tapi tidak tahu cara menguangkannya, sehingga untuk makan, Hugo mencuri makanan yang dijual di stasiun kereta api. Sementara merawat jam-jam di stasiun kereta api, Hugo juga sedang memperbaiki automaton yang ditemukannya dari reruntuhan museum yang terbakar. Ayahnya meninggal dalam kebakaran tersebut dan karena itulah Hugo dibawa Paman Claude ke stasiun kereta api. 


Automaton yang sedang diperbaiki Hugo adalah boneka manusia yang seluruhnya terbuat dari mesin jam dan mesin-mesin lain yang rumit. Untuk memperbaiki automaton itu, Hugo mengandalkan buku catatan ayahnya. Sayangnya, buku catatannya diambil oleh pria tua yang membuka kios mainan di stasiun kereta api saat Hugo mencuri di kiosnya. Karena susah untuk mendapatkannya kembali, Hugo bekerja tanpa buku catatan itu. Tapi agar automaton itu bisa bekerja, ia membutuhkan kunci, dan kunci itu ada pada Isabelle, anak angkat pria tua pemilik kios mainan. Hugo mencuri kunci itu dari Isabelle, dan menemukan rahasia yang tersimpan dalam automaton. Ternyata automaton itu milik George Méliѐs dan ia menyimpan sebuah gambar yang diambil dari film kesayangan ayahnya di masa kecilnya. Belakangan Hugo mengetahui jika George Méliѐs adalah pembuat film yang sebelumnya bekerja sebagai pesulap dan pernah memiliki teater sulap di Paris. Sayang sekali George Méliѐs dikabarkan telah meninggal setelah perang dan semua filmnya hilang. Benarkah pembuat film itu sudah meninggal?

Dari penjelasan ayahnya sebelum meninggal, Hugo mengetahui bahwa automaton dipakai oleh pesulap dalam pertunjukan. Sebagian pesulap ternyata awalnya pembuat jam atau horologis. Untuk membuat penonton terpikat, para pesulap menggunakan pengetahuan akan mesin untuk membuat automaton. Seolah-olah para pesulap menciptakan kehidupan buatan, karena automaton bisa menulis, menggambar, menari dan menyanyi. Padahal rahasia automaton berada pada mesin jam (hlm. 125).


Setelah penemuan automaton, Hugo mulai berpikir untuk menjadi pesulap ketimbang horologis. Kontan automaton menjadi pusat kehidupan Hugo, dan dalam keadaan sebatang kara ia berharap automaton itu akan menyelamatkan hidupnya. 

Perjalanan hidup Hugo selanjutnya memang dipengaruhi oleh automaton itu, dan ketika ia melihat ke belakang, ia menyadari bahwa automaton benar-benar telah menyelamatkan hidupnya.

Dikemas dalam dua bagian, kita akan menikmati sebuah karya kreatif yang dikemas dengan indah, dengan gambar-gambar yang dibuat mengikuti pengambilan gambar dalam film. Pengarang memang ingin para pembaca membayangkan dirinya sedang duduk dalam gelap seperti di awal sebuah film. Di layar, matahari terbit, dari ukuran besar berubah mengecil dan tampak menggantung di atas kota Paris, dan seperti gerakan kamera dalam film, adegan berpindah ke sebuah stasiun kereta api. Di tengah-tengah keriuhan yang menyesakkan dalam stasiun, tampak Hugo, diambil close-up, lalu ia menyusuri stasiun kereta api dan kita akan mengikuti dia, menyaksikan apa yang akan ia lakukan dan apa yang akan terjadi dalam hidupnya. Sungguh sangat menarik, karena ketika gambar-gambar itu tersaji di mata kita, kita akan merangkai sendiri apa yang sedang terjadi dalam benak kita, seperti sedang menonton sebuah film, dan sedang tidak ada dialognya. Peragaan semacam ini akan berlangsung terus hingga novel berakhir. Matahari muncul dalam ukuran besar, lalu perlahan-lahan menghilang sampai muncul kata TAMAT dalam kegelapan.


Penyajian yang unik dan berkelas seperti itu didukung juga oleh cerita yang sangat menarik yang dialirkan dalam plot yang bergerak cepat. Kisah Hugo menyimpan kejutan demi kejutan seiring ayunan plot, dan membuat kita tercengang, dan mungkin nyaris bertepuk tangan, seperti ketika menyaksikan sebuah film yang luar biasa memukau. Kita akan diberi tahu apa yang terjadi pada Paman Hugo dan apa yang sebenarnya terjadi pada George Méliѐs. Kita juga akan mendapat kejutan, siapa sebenarnya Profesor Alcofrisbas, yang sesungguhnya merupakan narator kisah Hugo. Tapi kita juga akan dikejutkan dengan pengungkapan di akhir cerita, siapa sesungguhnya yang pandai bercerita dan membuat atau meniru gambar-gambar di sini.

Dalam bentuk tulisan, karakter dalam novel ini sudah sangat jelas dan menarik, gambar-gambar akan lebih memperjelas mengenai gambaran pengarang buku ini. Memang sih, ada yang lebih suka membayangkan sendiri seperti apa karakter dalam sebuah cerita, tapi karena ini buku yang merupakan gabungan teks dan gambar, maka hal seperti itu tidak ditemukan di sini. Untuk menghasilkan gambar-gambar para karakter, ternyata Selznick menggunakan model. Hugo menggunakan model seorang bocah bernama Garret, sedangkan Isabelle menggunakan anak perempuan bernama Hannah. Untuk menghidupkan karakter George Méliѐs, Selznick ‘meng-casting’ Remy Charlip, seorang pengarang.

Buku ini telah difilmkan oleh sutradara Martin Scorsese, dirilis November 2011, dan berbicara banyak dalam perhelatan Academy Award. Sementara itu, Brian Selznick telah menulis lagi satu buku semacam ini, Wonderstruck (2011). Pengarang yang dikenal telah membuat ilustrasi buku-buku sejumlah pengarang lain, ternyata juga seorang penjual buku. 
 
The Invention of Hugo Cabret adalah sebuah buku istimewa. Tidak usahlah dibanding-bandingkan dengan novel-novel J.K. Rowling. Kisah Hugo, akan memiliki penggemarnya sendiri. 



Brian Selznick

0 comments:

Post a Comment

Recommended Post Slide Out For Blogger
 

Blog Template by Blogger.com

Author: Jody Setiawan