21 March 2012

Mistress of the Game



Judul Buku: Mistress of the Game
Pengarang: Tilly Bagshawe (2009)
Penerjemah: Hidayat Saleh & Rully Larasati
Tebal: 600 halaman, 18 cm 

Cetakan: 1, Februari 2012
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
 
 



Sidney Sheldon telah meninggal dunia. Tapi novel-novel yang pernah dilahirkannya meninggalkan bekas dalam benak para pembacanya. Tilly Bagshawe mungkin dulunya pembaca novel-novel Sidney Sheldon, dan tidak bisa melupakan kesan yang ia dapatkan ketika membaca Master of The Game (1982). Dalam novel ini, Sidney Sheldon mengangsurkan kepada pembaca karakter paling sentral bernama Kate Blackwell, seorang perempuan ambisius dan manipulatif.  Kate Blackwell menggerataki kehidupan orang lain, termasuk putra semata wayangnya, Tony Blackwell, demi menuntaskan ambisinya. Ambisi terbesar dan terakhir Kate Blackwell adalah menemukan pengganti untuk duduk di tampuk kekuasaan perusahaannya, Kruger-Brent Limited. 

Di penghujung novel Master of The Game, Kate Blackwell harus meredam ambisinya ketika Alexandra Blackwell, cucunya, dan Peter Templeton, suami Alexandra, menolak untuk mengambil kendali konglomerasinya. Pasutri itu juga menghempaskan harapan Kate yang ia taruh pada Robert Templeton, anak mereka. Jauh sebelumnya, Kate pernah menggantungkan harapannya pada Eve Blackwell, saudari kembar Alexandra. Tapi, kejahatan Eve membuat Kate jera, dan melepaskan harapannya. Eve Blackwell adalah seorang pembunuh dengan riwayat petualangan seks yang panjang. Petualangan seks Eve baru berakhir manakala Keith Webster, dokter bedah plastik yang menjadi suaminya, merusakkan kecantikan wajahnya, dan membuatnya menjadi tawanan di rumah sendiri. 

Tilly Bagshawe
Dua tahun sepeninggal Sidney Sheldon, Tilly Bagshawe 'mengenakan sepatu' Sidney Sheldon, dan melanjutkan kisah dalam Master of The Game. Masih dalam tradisi Sheldon, Tilly Bagshawe menciptakan karakter perempuan bernama Lexi Templeton. Cantik, pintar, ambisius, dan tuli! Ia diculik pada umur delapan tahun, mengalami pelecehan seksual dan kehilangan pendengaran. Menginjak masa remaja, Lexi melibatkan dirinya dalam petualangan seks untuk menunjukkan pada dunia kalau penculikannya tidak membuatnya kalah. Ketika diculik dan dilecehkan, Lexi tidak melawan, tetapi mengingat baik-baik para penculiknya dan menetapkan pembalasan dendam dalam hatinya.

Lexi lahir dua tahun setelah Kate Blackwell meninggal dan akhirnya dengan terpaksa Peter Templeton meninggalkan praktek psikiaternya untuk memegang kendali Kruger-Brent. Kelahiran Lexi –nama panjangnya Alexandra seperti nama ibunya- membuat Peter kehilangan istri, dan Robert kehilangan ibu. Peter mencintai Lexi dan cemburu pada kedekatan Lexi dengan abangnya, Robert. Bagi Peter, Robert telah mencuri istri dan anak perempuannya. Psikiater yang biasanya menangani pasien gangguan kejiwaan, mulai kehilangan kewarasannya, dan hampir membunuh kedua anaknya. Hubungannya dengan Robert memburuk, Robert menyerahkan haknya atas Kruger-Brent kepada Lexi dan meninggalkan rumahnya. Dalam petualangannya, Robert menemukan cinta sejatinya dalam diri seorang konduktor terkenal di Paris: Paolo Cozmici. Pria ini membantu memuluskan karier Robert sebagai pianis terkenal dunia. Meskipun terpisah jauh dengan adiknya, Robert tetap mencintai Lexi. Demikian pula sebaliknya.

Tanpa Robert di Kruger-Brent, Lexi harus menghadapi pesaing beratnya, sesama buyut Kate Blackwell. Max Webster, adalah putra dari Eve Blackwell dan Keith Webster yang lahir pada tahun yang sama dengan Lexi. Kelahiran Max direncanakan Eve untuk mendapatkan: “Seseorang yang bisa ia cetak sesuai citranya sendiri, ia beri makan dengan kebenciannya sendiri, dan ia kirim ke dunia untuk melakukan segala yang ia, seorang tawanan di rumah sendiri, tidak lagi bisa laksanakan.” (hlm. 56). Max tidak hanya membunuh Keith Webster untuk Eve, tapi juga akan membawa Kruger-Brent kepada ibunya. Ia hanya harus menjalankan semua strategi busuk yang dirancang Eve.

Celakanya, Max adalah pria menarik yang tidak sanggup ditolak Lexi. Tanpa peduli lagi jika hubungan mereka sebenarnya inses, Lexi terlibat percintaan dan hubungan seks dengan Max. Celakanya lagi, dalam hubungan seks dengan Max, Lexi menemukan gelora seks yang ia dambakan, seks yang seharusnya: brutal dan menyimpang. Lexi terlambat menyadari rencana busuk yang dijalankan Max, yang diskenariokan Eve Blackwell. Ia harus menanggung malu dan didepak dari Kruger-Brent.

Kate Blackwell, si Ratu Berlian, adalah Master of The Game -penguasa permainan, tapi yang diinginkan Lexi adalah menjadi Mistress of The Game. Mistress of The Game. Inilah yang sesungguhnya ingin aku capai, apa pun yang kau atau Max atau orang brengsek lainnya di sini (Kruger Brent) pikirkan,” kata Lexi kepada Peter Templeton (hlm. 305). Itulah Lexi. Maka, setelah ia dicampak keluar dari konglomerasi yang diidam-idamkannya, ia menyusun rencana untuk kembali. Bersamaan dengan usaha Lexi untuk merebut kembali Kruger-Brent, kehidupannya akan diwarnai cinta Gabriel McGregor, pengkhianatan, kematian, kasih sayang Robert Templeton, kecurangan, dan di ujungnya, terdapat sebuah pernikahan. Tapi Eve Blackwell tidak akan tinggal diam. Perempuan tua itu akan terus menjadi Nemesis, yang akan membuntuti kehidupan Lexi hingga yang tampak seolah-olah tidak ada jalan kembali.

Mistress of The Game yang diedisiindonesikan sebagai Penguasa Berlian masih sama ambisiusnya dengan pendahulunya kendati dengan takaran yang lebih encer. Jika Master of The Game membentangkan, terutama, lima generasi McGregor-Blackwell, fokus utama novel ini adalah generasi keenam: Lexi Templeton dan Max Webster. Kendati merupakan sekuel, pembaca yang belum pernah membaca Master of The Game, dapat juga menikmati novel ini. Pengarang tidak membiarkan pembaca baru dililit kebingungan, karena sebelum cerita semakin jauh dari bagian Prolog, ia akan menyajikan secara garis besar isi Master of The Game.

Sebelum mencapai akhir novel, mungkin akan timbul pertanyaan dalam benak pembaca. Cerita dimulai tahun 1984 ketika Kate Blackwell meninggal dalam usia 92 tahun diikuti kelahiran dua buyutnya, Lexi Templeton dan Max Webster. Menjelang novel berakhir, Lexi, si Penguasa Berlian, melewati usia 40 tahun. Dalam bagian prolog yang merupakan fragmen dari bagian akhir novel disebutkan Lexi berusia 41 tahun. Kalkulasi otomatis di kepala akan menginformasikan kalau usaha Lexi untuk merebut Kruger-Brent terjadi di masa depan dari sekarang (novel terbit pertama kali tahun 2009). Pembaca mungkin akan mengira dari segi latar tahunnya, Mistress of The Game retak dan mengalami cacat. Tapi saat pembaca tiba di halaman 594, baru akan mengetahui, novel ini memang berakhir tahun 2025.

Satu pertanyaan yang belum terjawab setelah novel benar-benar habis adalah: bagaimana caranya Eve Blackwell dari ranjang di griya tawangnya di Manhattan bisa mengetahui kejahatan yang dilakukan Lexi Templeton? Pertanyaan ini akan membiakkan pertanyaan baru. Mungkinkah Mistress of The Game masih akan memiliki sekuel?

Tilly Bagshawe, jurnalis dan novelis asal Inggris, mampu berjalan dalam sepatu Sidney Sheldon dengan baik, sehingga jika tidak membaca namanya sebelumnya, pembaca akan mengira novel ini masih keluar dari kepala Sidney Sheldon. Mistress of The Game masih merupakan novel thriller yang sanggup merebut perhatian pembaca. Novel ini dibentangkan dalam plot yang bergulir cepat dan dramatis dengan kekuatan ekonomi kata-kata khas Sidney Sheldon, direntangkan di antara berbagai negara: Amerika Serikat, Inggris, Afrika Selatan, dan beberapa Negara Eropa. Kita tidak membutuhkan banyak waktu untuk menandaskan novel ini dengan mudah.

Masih dalam tradisi Sidney Sheldon, Tilly Bagshawe telah menerbitkan After the Darkness (2010) dan akan menerbitkan Angel of The Dark (2012) untuk melengkapi serial Sidney Sheldon-nya. Jika saat membaca Master of The Game, dengan mudahnya pembaca akan menetapkan sebenarnya Sidney Sheldon-lah si penguasa permainan, demikian juga saat membaca Mistress of The Game. Tilly Bagshawel-ah si Mistress of The Game yang sesungguhnya.

Mistress of The Game sungguh sebuah novel yang tidak bisa ditolak kehadirannya. 

0 comments:

Post a Comment

Recommended Post Slide Out For Blogger
 

Blog Template by Blogger.com

Author: Jody Setiawan