Penulis: Teguh Winarsho AS
Cetakan : 1, Februari 2007
Penerbit; PUstaka puJangga
Teguh Winarsho AS adalah seorang penulis Indonesia yang cukup produktif. Selain telah menghasilkan kumpulan cerpen seperti Bidadari Bersayap Belati, Perempuan Semua Orang, Kabar dari Langit, dan Tato Naga, Teguh juga telah menulis novel-novel seperti Tunggu Aku di Ulegle, Jadikan Aku Pacar Gelapmu, dan beberapa novel yang dipublikasikan lewat koran seperti Suara Pembaruan, Sinar Harapan, dan Republika.
Kantring Genjer-genjer adalah novel Teguh yang diterbitkan oleh PUstaka puJAngga (tulisannya memang demikian) yang berlokasi di Lamongan dengan embel-embel dari kitab kuning sampai komunis. Embel-embel
ini sama sekali tidak berpengaruh signifikan pada isi cerita. Yang
jelas, sampulnya, terutama sampul belakang, tidak akan ditemukan
hubungannya dengan cerita yang ada.
Judul novel mungkin akan menyebabkan kebingungan seperti judulnya
pada sebagian pembaca. Apa maksud judul ini? Kantring dan
Genjer-genjer. Apakah karena pembaca bisa dibuat bingung oleh novel
ini? Ataukah lagu genjer-genjer itu memang membingungkan? Semoga saja
semua pembaca, apalagi yang tidak berlatar belakang Jawa mengerti arti
judul yang sama sekali tidak ada penjelasan dari pengarang (bandingkan
dengan Kalatidha
karya Seno Gumira Ajidarma). Ataukah novel ini memang ditargetkan
untuk pembaca dari suku Jawa? Karena selanjutnya, pembaca akan
disuguhkan banyak kata dalam bahasa Jawa. Semoga saja, dengan tidak ada
padanan kata bahasa Indonesia yang diberikan, pembaca bisa dhong (=mengerti) apa yang diinginkan pengarang.
Lepas dari itu, Kantring Genjer-genjer adalah sebuah novel yang cukup menarik. Temanya mungkin sudah biasa. Ada mistik, ada sejarah, sehingga ada ontran-ontran (=geger,
kekacauan). Soal mistik mungkin sudah sejak dahulu kita kenal. Tapi
sejarah, apalagi yang berbicara masalah seputar peristiwa Lubang Buaya
sepertinya baru mengemuka secara bebas pasca reformasi. Sekarang kedua
tema ini sudah terasa sangat biasa. Bahkan mungkin ada yang sudah bosan.
Untuk itu kepiawaian penulis diperlukan untuk menciptakan karya yang
menarik sangat dibutuhkan. Salah satunya tentu saja adalah gaya bercerita. Dan itulah yang rupanya diandalkan oleh Teguh.
Kantring Genjer-genjer dipintal menjadi novel dari tujuh bab yang dijalin berdasarkan pengalaman tokoh aku dan cerita yang didengarnya dari seorang laki-laki tua yang dijumpainya sewaktu kembali ke dusun Panjen.
Adalah
Sadikin, seorang pengangkut batu di kali Krasak, selamat dari godaan
iblis perempuan penghuni kali (?) tetapi berulang kali mencoba
mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri. Ternyata Sadikin tetap tidak
mati-mati. Orang-orang Panjen menganggapnya sakti dan ingin berguru
padanya. Maka Sadikin mendirikan padepokan dengan mengangkat Ki Sangir
sebagai kepala dengan tujuan untuk mendapatkan kekayaan. Padepokan
tersebut berkembang dengan pesat dan menyedot ratusan cantrik (=murid
atau santri) dengan jualan utama ilmu pati sukma. Ki Sangir meyakinkan
pada orang-orang bahwa semua ilmu yang ia ajarkan adalah atas izin
Gusti Allah. Padahal arah kiblat saja dia tidak tahu.
Kyai
Barnawi, pemilik pesantren tua yang nyaris ambruk murka karena 15
santrinya beralih ke padepokan Sadikin. Kemurkaannya membuat Ki Sangir
menganggapnya sebagai ancaman besar bagi padepokan. Untuk melawan
Barnawi, Sangir memutuskan memperistri perempuan iblis penunggu kali
Krasak yang dinamainya sebagai Nyi Ratu Krasak. Padahal anak Sangir
dari istri tuanya (yang ternyata bernama Kantring) menjadi santri
pesantren Barnawi. Untuk mencegah hal yang dikhawatirkan Sadikin bahwa
anak Sangir akan bersatu dengan Barnawi untuk melawan ayahnya, Sangir
memutuskan mengirim anaknya menjadi tentara. Dalam hati, Sadikin ingin
menyingkirkan Sangir agar tetap menjadi orang nomor satu di padepokan
dan bisa mendapatkan tubuh molek Suni, istri muda Sangir.
Padepokan
Sadikin dibangun menjadi lebih megah dengan batu-batu kali Krasak
tanpa gangguan Nyi Ratu Krasak, kemudian dirayakan dengan pesta
mabuk-mabukan dan seks. Tidak mau kalah pamor di mata orang-orang
Panjen, Barnawi menyuruh santri-santrinya untuk menjarah orang-orang
Panjen dengan alasan semua yang ada di muka bumi dan langit adalah
milik Gusti Allah, jadi itu juga adalah rizki Gusti Allah bagi mereka.
Bersamaan dengan penjarahan yang dilakukan santri-santrinya, Kyai
Barnawi mendoakan keselamatan mereka. Kemudian dengan hasil penjarahan,
pesantren direnovasi dan Barnawi menambah koleksi istri.
Sementara
itu, Sadikin menjalankan rencana untuk membunuh Sangir. Setelah 3
rencana yang disusunnya gagal diterapkan, Sadikin mencoba rencana
keempat. Namun, pada saat menjalankan rencana keempat, Sangir menyantet
Sadikin sampai akhirnya laki-laki itu mati.
Permusuhan
Sangir dan Barnawi terus merebak sampai pasca peristiwa Lubang Buaya.
Barnawi memanfaatkan situasi yang panas dengan menuduh Sangir sebagai
antek PKI. Barnawi terbunuh. Kodim turun tangan. Para tentara melancarkan aksi pembunuhan masal. Tapi Sangir menghilang.
Selain kisah permusuhan di atas, diceritakan juga tentang si aku yang baru pulang ke dusunnya dan berkali-kali diperkosa oleh Nyi Ratu Krasak. Tokoh aku inilah yang menjadi anak
Sangir dari istri tuanya, Kantring. Dia jadi santri di pesantren
Barnawi, kemudian dikirim Sangir untuk menjadi tentara. Pada saat tokoh
aku bercerita, dia baru kembali dari Jakarta
setelah peristiwa yang dikenal sebagai G30SPKI. Tokoh aku ini terlibat
penculikan para jenderal dan ikut membunuh mereka di Lubang Buaya.
Pada saat para tentara yang ditugaskan menculik dan membunuh para
jenderal digaruk untuk dibunuh, si aku melarikan diri hingga kembali ke
dusunnya.
Tapi
tepat saat si aku merasa dusunnya sudah tidak aman baginya dan
memutuskan pergi, dia dihadapkan dengan pilihan berat yang harus
diambilnya di bawah todongan pistol.
* * *
Seluruh
cerita yang kita baca adalah laporan si aku pada Kantring, ibunya yang
telah meninggal. Kantring, seperti namanya, memiliki rahasia yang
membuatnya kebingungan sebenarnya anaknya itu hasil hubungan dengan
Sangir atau Barnawi yang diam-diam kawin siri dengannya. Siapa ayah
kandung si aku, tidak ada jawaban hingga cerita berakhir.
Seperti
disebut sebelumnya cerita dijalin dari pengalaman si aku dan cerita
yang didengarnya dari seorang laki-laki tua pengangkut batu yang
kemudian mati dibunuh. Mengingat sebagian besar cerita didasarkan pada
penuturan si laki-laki tua, pada banyak tempat terasa janggal membaca
detail yang disampaikan, apalagi mencakup hal-hal pribadi yang hanya
diketahui oleh Ki Sangir, Kyai Barnawi, dan Sadikin. Misalnya, dari
mana si tua tahu eksperimen seksual yang dilakukan Sadikin dengan
seekor angsa? (Hal. 22). Bagaimana si tua tahu isi hati dan kepala para
tokoh yang kemudian disampaikan kembali si aku?
Selain
beberapa kesalahan cetak, kita juga akan menjumpai kata yang terkesan
tidak tepat disampaikan pada saat cerita yang kita baca berlangsung.
Contohnya kata doktrin pada hal. 21 atau orgasme pada hal. 39. Benarkah kata-kata ini lazim diucapkan oleh orang dusun waktu itu?
Tapi coba simak nakal-nya
Teguh. Terlepas dari benar-tidaknya peran Soeharto di balik peristiwa
Lubang Buaya, coba baca teliti, siapa sesungguhnya sosok Lasmi yang
mengajak si aku bercinta dan menceritakan rahasia di balik peristiwa
Lubang Buaya tersebut. Bacalah hal. 108 untuk menegaskan jawabannya.
Satu
hal lagi. Siapakah nama tokoh aku yang sesungguhnya? Hanya bisa
ditemukan di kalimat terakhir novel. Untuk yang pernah belajar sejarah
mungkin bisa menghubung-hubungkan sendiri.
Secara keseluruhan, Kantring Genjer-genjer adalah novel yang cerdas, jenaka, dan berani.
0 comments:
Post a Comment