Judul Buku: The Remains od the Day
Penulis: Kazuo Ishiguro
Penerjemah: Femmy Syahrani
Cetakan: 1, Januari 2007
Penerbit: Hikmah (PT Mizan Publika)
Setelah sekitar 18 tahun diterbitkan untuk pertama kalinya di Inggris, akhirnya novel The Remains of the Day karya Kazuo Ishiguro yang menjadi pemenang Booker Prize tahun 1989 diterjemahkan dan diterbitkan dalam bahasa Indonesia. Femmy Syahrani yang pernah menerjemahkan Tsotsi (Bentang Pustaka, 2006) menyulih karya penulis berdarah Jepang ini ke dalam bahasa Indonesia dengan judul Puing-Puing Kehidupan.
Inilah
sebuah karya modern tentang kehidupan masa lalu yang terjadi di
Inggris mengambil lokasi utama sebuah rumah kuno bernama Darlington
Hall. Cerita digiring keluar dari rumah tersebut pada tahun 1956 dan
melalui Stevens sebagai narator digerakkan pulang-pergi ke sekitar
30-an tahun sebelumnya. Saat cerita dimulai, Darlington Hall telah
beralih kepemilikan dari keluarga bangsawan Darlington kepada John Farraday, seorang pria Amerika.
Atas
saran Farraday dan keingintahuan misteri kehidupan di balik surat dari
Kenton, bekas pengurus rumah tangga Darlington Hall, Stevens melakukan
perjalanan mengelilingi pedesaan Inggris dengan tujuan akhir bertemu
Kenton. Stevens mengira Kenton yang berpuluh tahun lalu meninggalkan
Darlington Hall untuk menikah tidak bahagia dan ingin kembali bekerja
di Darlington Hall. Kebetulan saat itu Stevens mulai menemukan
kesalahan-kesalahan dalam pekerjaanya. Dia berharap kehadiran Kenton
akan membantu memberikan solusi.
Dalam
perjalanan Stevens, kejadian-kejadian masa lalu yang berfokus pada
seputar aktivitas Lord Darlington yang merambah wilayah politik
disingkap. Diceritakan bahwa banyak keputusan politik dibicarakan dan
diputuskan di Darlington Hall. Sebagai kepala pelayan di Darlington
Hall, walau tidak terlibat, Stevens merasa bangga karena mengetahui
sepotong-sepotong pembicaraan para orang terpandang. Dari cerita
Stevens juga tersingkap bahwa hubungan Lord Darlington dengan
orang-orang Jerman yang terlibat Nazi akhirnya menjatuhkan martabat
Lord Darlington yang menurut Stevens sesungguhnya orang yang baik.
Kendati
Stevens cukup banyak memberikan porsi pada kehidupan politik Lord
Darlington dalam tuturannya, tetapi bukan itu sebenarnya yang menjadi
inti pembicaraan Stevens. Stevens menceritakan seputar kehidupan Lord
Darlington hanya untuk membeberkan kepada pembaca bahwa dengan menjadi
kepala pelayan di Darlington Hall dia telah masuk dalam sebuah kelas
terpandang Inggris (bahkan dunia) tempat martabatnya menjulang karena
pengabdian yang dilakukannya. Bahkan demi martabatnya sebagai seorang
kepala pelayan Inggris yang sebenarnya terkesan sangat kaku dan
menggelikan, Stevens mengabaikan ayahnya, yang adalah salah satu
stafnya, pada detik-detik terakhir kehidupan sang ayah.
Lebih
jauh lagi, Stevens bahkan tidak mengenal cinta seorang perempuan dalam
hidupnya gara-gara ambisi menjadi kepala pelayan bermartabat tinggi.
Stevens telah menjadi lelaki tumpul kendati diam-diam Kenton
mencintainya dan ingin membuatnya menjadi lebih manusiawi. Pada saat
Kenton harus membuat keputusan terpenting dalam hidupnya, dia berupaya
memberi tanda pada Stevens betapa dia mencintai laki-laki ini, tetapi
si pengejar martabat tidak memahaminya. Baru menjelang pertemuan
kembali dengan Kenton setelah berpisah puluhan tahun, Stevens menyadari
kalau Kenton sesungguhnya mencintainya. Saat itu tentu saja Kenton
bukan lagi seorang gadis pelayan, tetapi istri seorang laki-laki dan
calon nenek bagi cucu-cucunya. Stevens juga sudah tua. Terbersit harapan
di hati Stevens untuk membawa Kenton kembali ke Darlington Hall.
Tetapi apakah Kenton benar-benar tidak bahagia seperti kesan yang
ditangkap Stevens lewat surat
terakhir perempuan itu? Atau hanya pikiran seorang laki-laki tua yang
tidak berkembang karena tidak pernah mengenal cinta seorang perempuan
dalam hidupnya dan merasakan romantika sebuah pernikahan?
Pertanyaan yang tersisa setelah membaca novel ini mungkin berada pada pertanyaan yang dilontarkan Kenton pada halaman 323 : "Anda sendiri bagaimana, Mr. Stevens? Apa yang menanti Anda di Darlington Hall di masa depan?"
Pertanyaan telak yang dijawab Stevens dengan dangkal. Kerja, kerja,
dan kerja lagi. Jawaban Stevens mungkin akan membuat miris pembaca yang
berhati peka.
Keunikan
novel ini adalah pengarang bukan seorang Inggris yang menceritakan
kehidupan khas Inggris. Kazuo Ishiguro adalah penulis laki-laki
kelahiran Nagasaki, Jepang, yang pindah ke Inggris pada usia 5 tahun. Antara lain dia telah menulis novel-novel seperti A Pale View of Hills (1982), An Artist of the Floating World (1986), The Unconsoled (1995), When We Were Orphans (2000) dan Never Let Me Go (2005). The Remains of the Day
yang diterbitkan pertama kali tahun 1989 adalah salah satu buku laris
yang telah diterjemahkan dalam berbagai bahasa dan telah terjual sejuta
lebih eksemplar dalam bahasa Inggris saja. Novel ini telah
difilmkan dan dibintangi Anthony Hopkins sebagai Stevens dan Emma
Thompson sebagai Kenton. Untuk upaya Kazuo Ishiguro dalam bidang sastra
dia telah menerima lencana Order of the British Empire pada tahun 1995
dan tanda jasa Chevalier de L'Ordre des Arts et des Lettres pada tahun
1998.
Keunggulan edisi Indonesia
ini adalah terjemahan yang bagus, kemasan yang baik dengan jenis huruf
yang enak dibaca dan jelas. Mungkin ceritanya akan terkesan
membosankan bagi sebagian orang. Tetapi bagi pencinta sastra novel ini
adalah salah satu karya yang menawan dari dunia masa lalu Inggris yang
dijahit oleh penulis masa kini.
2 comments:
saya sedang mencari buku ini, dimana ya saya bisa dapatkan?
Salah satu novel terbaik yang pernah saya baca. Terjemahannya juga bagus.
Post a Comment