11 February 2012

Century



Judul Buku: Century
Penulis: Sarah Singleton
Penerjemah: Poppy Damayanti Chusfani
Tebal: 248 hlm; 20 cm

Cetakan: 1, Juli 2007
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama



 


Century adalah novel anak-anak pertama yang ditulis Sarah Singleton, seorang jurnalis dan penulis fiksi berdarah Inggris, yang sebelumnya dikenal sebagai penulis novel dewasa, The Crow Maiden (2001) dan novella, In The Mirror (2001). Selain Century, penulis kelahiran tahun 1966 ini telah menulis dua buku anak-anak lain, yaitu Heretic (2006) dan Sacrifice( 2007). Century yang diterjemahkan Poppy Damayanti Chusfani dan diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama ini telah memenangkan Booktrust Teenage Prize tahun 2005. 

Novel Century dibuka dengan adegan penemuan sebuah buku bersampul kulit merah dalam sebuah peti di sebuah rumah yang telah ditinggalkan penghuninya selama beberapa dekade dan saat itu sedang direnovasi. Tidak jelas siapa narator yang menceritakan penemuan buku itu. Mungkin, Sarah Singleton sendiri, mengingat penemuan buku yang terdapat pada bagian prolog ini diceritakan menggunakan perspektif orang pertama. Setelah prolog, tidak ada lagi bagian novel yang menyinggung si "aku" ini.

Buku yang ditemukan itu berisi sebuah novel yang ditulis seorang bernama Mercy Galliena Verga pada tahun 1890. Menurut tulisan dalam buku tersebut, Mercy adalah seorang gadis kurus berwajah murung yang tinggal di sebuah rumah bernama Century (abad). Mercy tinggal di Century bersama Trajan Quintus Verga -ayahnya, dan adiknya, Charity, serta Aurelia -pengurus rumah dan perawat, dan Galatea -seorang pengasuh. Keluarga ini berasal dari Italia yang pindah ke Inggris untuk sebuah alasan yang tidak diketahui kedua anak perempuan Keluarga Verga. Penghuni Century memiliki kehidupan yang berbeda dengan kehidupan manusia di luar Century. Mereka bangun setelah matahari terbenam dan tidur saat matahari terbit. Century dan penghuninya senantiasa berada di hari-hari musim dingin yang sama yang tak berkeputusan. 
 
Mercy tidak pernah mempertanyakan jenis kehidupan yang mereka jalani saat itu, hingga suatu hari ia terbangun dan menemukan sekuntum bunga snowdrop di bantalnya, bunga yang menandai datangnya musim semi. Karena setahunya bunga ini biasanya tumbuh di kolam di Padang Penyulingan, maka ia pergi ke sana dan menemukan hantu wanita di bawah es yang menyelimuti kolam. Mercy memang memiliki kemampuan melihat hantu. Setelah melihat hantu wanita itu, selanjutnya, di sebuah kapel dekat Century, Mercy bertemu Claudius yang mengaku masih Keluarga Verga. Claudius berjanji akan membantu Mercy. Ia mengatakan Mercy masih bisa melihat Thecla -ibu Mercy, yang setahu Mercy telah meninggal sejak ia masih kecil. 
 
Keingintahuan Mercy membuatnya bertekad melakukan petualangan dalam rumahnya sendiri. Ia ingin menyingkap misteri yang membalut Century, hantu kolam bernama Marietta, dan kematian ibunya. Seperti ayahnya yang berbakat menggunakan kata-kata dan telah menulis buku berjudul Century pada tahun 1790, Mercy juga memiliki bakat menggunakan kata-kata untuk membangun kembali kenyataan. Sebagai dukungan, Claudius memberikan kepada Mercy sebuah buku merah dengan tulisan Century yang diembos di sampulnya. Bakat Mercy yang lain, yaitu bisa melihat menembus dinding hari-hari, akan membantunya menuntaskan bukunya sendiri. Buku inilah yang ditemukan si "aku" pada bagian prolog, dan berisi kisah yang dijabarkan pada halaman-halaman selanjutnya hingga mencapai epilog. 
 
Century adalah sebuah novel enigmatis yang sangat memikat. Sejak awal pembaca sudah disuguhi teka-teki yang mengundang untuk terus digali jawabannya. Perkenalan Mercy dengan hantu pada awal cerita mungkin akan membuat pembaca mengira novel ini novel horor dengan adegan-adegan yang mencekam. Jangan salah, novel ini sama sekali bukan novel horor meski mengandung adegan-adegan yang juga mencekam. Gramedia Pustaka Utama melabeli novel ini sebagai novel fantasi. Ketika mengikuti sepak terjang Mercy dan semua yang ditulisnya, memang akan terkesan jika novel ini sebagai novel fantasi biasa, dengan hal-hal fantastis yang menjadi elemen novel jenis ini. Tapi begitu menamatkannya, pembaca juga akan tahu bahwa Century bukan jenis novel fantasi seperti itu. 

"Jangan segera percaya yang Anda baca", mungkin bisa dijadikan peringatan ketika Anda berniat membaca buku ini. Dan, bagi pembaca yang memiliki kebiasaan menengok ending sebelum menuntaskan bacaannya –mungkin saking penasarannya, percuma. Ending yang disuguhkan sama sekali bukan merupakan kunci untuk mendapatkan pesona novel ini. Kunci utama novel ini berada pada bab sebelum Mercy Galliena Verga mengelaborasi ending seperti yang ia inginkan. Meskipun begitu, ending yang akan ditemui pembaca sama sekali tidak akan mengurangi kenikmatan membaca novel ini. 
 
Novel Century ini sedikit mengingatkan saya pada novel Pintu Terlarang karya Sekar Ayu Asmara. Tentu saja bukan pada ceritanya, atau karakter-karakter yang ada, tapi dari sudut pandang karakter mana cerita digulirkan. Memang, Sarah Singleton tidak menguraikan secara panjang lebar apa yang sesungguhnya terjadi, tapi dari percakapan Trajan dan Galatea (hlm. 214 -216), pembaca akan menyadari kepiawaian Sarah Singleton mempermainkan pikiran. Bagian ini pasti akan membuat pembaca terperangah -dengan catatan bagian ini dicapai setelah mengikuti kisah dari awal. Sebuah pemutarbalikan  cantik yang membuat novel ini terasa sayang untuk dilewatkan. 
 
Dengan pengungkapan Sarah Singleton ihwal 'apa' sesungguhnya cerita yang diuraikan Mercy, rasanya selain Mercy sendiri, karakter lainnya menjadi tidak terlalu penting untuk dibahas, meski awalnya telah menggugah rasa penasaran. Yang paling menarik, tentu saja, plot yang dirancang Sarah Singleton. Sungguh tak terduga, sehingga percuma untuk menebak-nebak. 
 
Jika Anda penasaran, sebaiknya Anda membaca buku satu ini.

0 comments:

Post a Comment

Recommended Post Slide Out For Blogger
 

Blog Template by Blogger.com

Author: Jody Setiawan