Judul Buku : Kekasih Gelap
Penulis : Sanie B. Kuncoro
Penyunting : Imam Risdiyanto
Cetakan: 1, Desember 2006
Penerbit : C| Publishing
Cinta adalah ladang tema yang sering dibajak dan digarap oleh banyak penulis di seluruh dunia. Pengaruhnya terhadap kehidupan manusia memang dahsyat. Cinta bisa membuat dunia lebih berwarna karena cinta bukan saja menawarkan kebahagiaan, tapi juga menawarkan torehan luka di hati manusia. Sekalipun bisa menyebabkan luka, manusia tetap tidak kapok-kapok untuk bercinta, dengan berbagai cara, terang-terangan, atau gelap-gelapan. Karena itu lahirlah buku dengan judul menantang Kekasih Gelap.
Namun,
jangan dulu buru-buru berpikir yang tidak-tidak. Jangan berharap akan
menemukan eksplorasi seksual yang intens dalam buku ini seperti
novel-novel Sandra Brown. Jangan juga menuduhnya sebagai chicklit yang cenderung memanfaatkan gaya tutur dan ide cerita yang senada seirama.
Kekasih
Gelap karya Sanie B. Kuncoro adalah satu dari 2 novelet yang ada
dalam buku ini. Novelet lain diberi judul Jalan Sunyi. Kekasih
Gelap mungkin ditonjolkan sebagai judul karena memenangkan Juara II
Lomba Cerber Femina tahun 2003. Meskipun demikian, 2 novelet ini
sesungguhnya memiliki kekuatan yang sama.
Apa
pun yang Sanie tawarkan dalam ceritanya, ada benang merah yang
menyejajarkan 2 novelet ini pada wilayah yang sama. Bahwa cinta,
bagaimanapun rumitnya, bisa tercipta secara mendadak. Dan juga bisa
terbelah kepada lebih dari satu orang.Itu lah yang dialami tokoh-tokoh
Sanie dalam karyanya ini.
Dalam Jalan Sunyi Sanie menghadirkan karakter perempuan bernama Puan. Di
tengah-tengah persiapan acara pernikahannya, mendadak Puan dihadapkan
dengan pertanyaan ciptaannya sendiri. "Apakah aku siap?" (hal. 13).
Puan mengalami depresi. Menjadi waswas dan takut dengan apa yang akan
terjadi setelah menikah. Ketakutan yang menurut Jingga, sahabatnya
(hal. 17) hanya terjadi pada pasangan yang dijodohkan. Padahal sebelum
memutuskan menikah Puan dan calon suaminya, Limar, telah menjalin
hubungan bertahun-tahun.
Jingga
menyarankan Puan untuk berlibur. Sebagai tujuan liburan ditetapkan
desa nenek Jingga, Tanah Bumi, yang secara geografis, tidak jelas ada
di belahan mana di Indonesia.
Puan menginap di rumah nenek Jingga, Umi. Tidak dijelaskan rinci, tapi
rupanya nenek Umi bukan sembarangan nenek. Walau berdomisili di desa yang
stasiun kereta apinya kecil, kusam, dan sunyi serta listrik menyala
hanya sampai pukul 9 malam, nenek Umi membaca novel seperti Va' dove ti porta il cuore
(Pergilah Ke mana Hati Membawamu) karya Susana Tamaro. Cara bicara
nenek Umi juga cerdas menggunakan kata-kata seperti "menolerir",
"filosofi air" dan "pengaruh hormon". Rupanya nenek Umi bukan
nenek-nenek desa stereotipikal novel-novel kebanyakan.
Di
Tanah Bumi, Puan bertemu Darga, seorang arsitek muda yang sedang
menangani proyek resort di desa antah-berantah nan sepi itu. Cinta
menyelip secara mendadak dalam hati masing-masing. Puan menampik gelora
cintanya karena dia sudah menjadi calon pengantin. Meskipun berprinsip
cinta masih bisa diperebutkan selama janur belum melengkung dan rumah
belum berhias bunga pengantin, Darga mencoba mengalah. Justru Puan yang
tidak bisa melupakan Darga bahkan setelah terpisah jauh dengan
laki-laki itu. Kegelisahan Puan membuat Limar mengetahui ada orang lain
selain dia dalam benak Puan. Limar menyerahkan keputusan masa depan
hubungan mereka kepada Puan.
Sanie
mengolah Jalan Sunyi dengan nada-nada manis dan sendu. Dia
menunjukkan bahwa ada kalanya perempuan nekat mempertaruhkan
kehidupannya untuk sesuatu yang sesungguhnya nihil. Cikal bakal
kebahagiaan dirusakkan untuk pesona mendadak yang semu. Sekalipun
menyadari cinta yang dimiliki Limar, tunangannya, begitu besar, Puan
tidak cukup memiliki sikap untuk menghargainya. Akibatnya kelak, dia
tidak punya pengampunan yang cukup untuk memaafkan dirinya sendiri.
Justru
cinta Limar yang membebaskan mengetuk kesadaran Darga. Darga
memutuskan untuk mengkhianati dirinya sendiri karena sadar tidak
sanggup memberikan cinta sebesar cinta yang diberikan Limar pada Puan.
Keputusan yang kemudian diambil Puan tidak hanya menyakitkan hati satu orang saja, tapi sekaligus hati 3 orang.
Sanie
menutup kisah Jalan Sunyi yang melodramatis dengan indah melalui
proses batin tiga karakter utamanya yang sangsi dan kehilangan keyakinan
diri.
Dalam Kekasih Gelap Sanie menghadirkan perempuan bernama Senja yang mau
menjadi kekasih gelap Ruben. Ruben mengajak Senja ikut kapal pesiar
karena Aline, istrinya yang tengah hamil ngidam naik kapal pesiar.
Maksud Ruben, walaupun dia menemani istrinya, dia juga tetap bisa
menikmati saat-saat indah di atas kapal pesiar bersama selingkuhannya.
Keikutsertaan
Senja yang bak kerbau dicocok hidung diatur sedemikian rupa dengan
memanfaatkan Benteng, laki-laki yang berutang judi pada Ruben. Benteng
berperan sebagai pasangan Senja. Walaupun sempat bersitegang, mereka
akhirnya bisa memahami diri masing-masing. Ketika kapal singgah di
Bandar Melaka, keduanya mengunjungi gereja tua St. Paul dan benteng A Famosa. Di sana mereka bertemu Khalila yang mengubah paradigma dan visi mereka dan menciptakan impian untuk diwujudkan.
Sebenarnya
ketika Senja bertemu Benteng pertama kali, arah cerita sudah bisa
ditebak. Yang tidak bisa ditebak adalah peristiwa yang bakal
mempersatukan mereka.
Sekali
lagi Sanie menganyam sebuah kisah yang manis-sendu. Tapi dibandingkan
dengan Jalan Sunyi, Kekasih Gelap disampul dengan akhir yang
memberikan harapan.
Baca
keindahan bertutur Sanie manakala Senja menyadari apa yang telah ia
lakukan selama ini adalah kesia-siaan belaka (hal. 136).
Senja mengatakan pada Ruben, "Yang kaupunya adalah cinta yang terbelah. Dan itu tidak cukup untukku." (hal. 146).
Ketika Ruben ngotot mempertahankan hubungan yang keliru, Senja menambahkan mantap, "….sesungguhnya
aku hanyalah sekedar tamu di teras hatimu. Sebagai tamu, tentulah kau
perlakukan aku dengan istimewa. Dan sebagai tamu kubawa sesuatu yang
indah bagimu, sebagai variasi penyegar kehidupanmu. Tapi tamu tetaplah
tamu. Waktuku hanya sesaat, hakku sangat terbatas. Begitu kuambil lebih
dari yang sepatutnya, maka jadilah aku sebagai duri dalam daging
dalam hidupmu." (hal. 147).
Secara
keseluruhan, isi buku Kekasih Gelap dituturkan secara ringan tanpa
menimbulkan kerinyut di wajah pembaca. Apalagi Sanie mengalirkan cerita
tanpa bertele-tele, menderas pada lautan akhir yang menyentuh. Keduanya
terasa indah dan bening. Dengan penuturan yang lebih intens, mengingat
pengalaman menulis Sanie yang banyak, Sanie bisa hadir menjadi satu
penulis yang meramaikan belantika sastra Indonesia. Sanie bisa mengembangkan wilayah ceritanya untuk tidak sekedar berkutat pada masalah cinta semata-mata.
Tapi untuk penggemar kisah cinta yang diracik manis dan indah, Kekasih Gelap bisa dijadikan alternatif bacaan.
0 comments:
Post a Comment