Judul Buku: The Golem's Eye
Penulis: Jonathan Stroud
Penerjemah: Poppy Damayanti Chusfani
Tebal: 624 hlm; 20 cm
Cetakan: 1, Juli 2007
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Penulis: Jonathan Stroud
Penerjemah: Poppy Damayanti Chusfani
Tebal: 624 hlm; 20 cm
Cetakan: 1, Juli 2007
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Setelah The Amulet of Samarkand (Mei, 2007), Gramedia Pustaka Utama menerbitkan bagian kedua dari Trilogi Bartimaeus karya Jonathan Stroud, The Golem's Eye (Juli 2007). Bagian ketiga, Ptolemy's Gate, akan terbit September 2007. Mengingat trilogi ini mengisahkan tentang hubungan penyihir dan jin, Nathaniel (Nat) dan Bartimaeus (Bart), maka sekali lagi, Bart, jin sombong dan berlidah tajam akan dipanggil dari Dunia Lain (dunia asal demon). Membaca ocehan-ocehan pedas Bartimaeus di buku pertama, jelaslah pemanggilan dirinya merupakan hal yang sangat tidak ia harapkan. Jika ia dipanggil, mau tak mau ia kembali lagi menjadi budak yang mesti menjalankan semua perintah sang master –penyihir yang memanggilnya.
The Golem's Eye (Mata Golem)
menggunakan latar waktu hampir tiga tahun setelah pertemuan pertama
Bart dan Nat. Saat cerita digulirkan sang penulis, Nat, telah berusia
14 tahun, berada di bawah pengawasan Jessica Whitwell (masternya) dan
bekerja sebagai asisten Kepala Urusan Dalam Negeri, Julius Tallow.
Tugas Nat antara lain mengatasi semua aksi yang dilancarkan kelompok commoner
yang dikenal sebagai Resistance. Resistance beranggotakan orang-orang
dengan kemampuan istimewa yang mencoba melawan pemerintahan sihir.
Trilogi Bartimaeus ini memang berlatar Inggris ketika manusia biasa (commoner)
telah kehilangan kekuasaan dan pemerintahan berada di tangan para
penyihir. Para penyihir berkuasa dan memiliki kecenderungan hidup
mewah, haus kekuasaan dan kehormatan, serta memperlakukan commoner
secara opresif. Rahasia kekuasaan para penyihir terletak pada
kemampuan mereka berkomunikasi dengan para demon, memanggil dari Dunia
Lain, dan memaksa melaksanakan apa yang mereka inginkan. Kekuasaan para
penyihir yang kerap bertindak congkak membuat sebagian commoner
menjadi oposan. Mereka melakukan penyerangan terhadap pihak penyihir
dengan memanfaatkan artefak-artefak magis milik penyihir yang mereka
curi. Bahkan mereka pernah mencoba membunuh Perdana Menteri Sihir,
Rupert Devereaux.
Menjelang berlangsungnya Founder's Day (hari lahir Gladstone, penyihir yang menggulingkan kekuasaan commoner),
terjadi perusakan yang hebat di Piccadilly. Karena sebelumnya telah
terjadi aksi Resistance, maka, tak ayal lagi, mereka menjadi tertuduh
utama. Tapi Nat tidak sepakat. Kondisi kerusakan yang ada menurut Nat
tidak menunjukkan hasil perbuatan Resistance. Menjadi tugasnya sebagai
pekerja bagian Urusan Dalam Negeri untuk mencari wajah sebenarnya si
perusak. Nat menduga perusakan oleh oknum yang sama akan terulang,
untuk itu, sekali lagi, dalam rangka membantu tugasnya, ia memanggil
Bartimaeus.
Seperti
yang telah diduga, tindakan Nat menimbulkan kemarahan Bart yang
spontan menyemburkan emosi tanpa tertahankan. Setelah saling adu
argumen, kesepakatan diperoleh: Bart akan melayani Nat selama 6 minggu.
Dugaan
Nat memang terbukti. Perusakan kembali terjadi di British Museum.
Bart yang melakukan penelitian dan nyaris tewas menemukan jika penyebab
kerusakan itu adalah golem. Golem, raksasa yang terbuat dari tanah
liat, sekeras batu granit, tidak mempan serangan, dan memiliki kekuatan
yang luar biasa. Ia terselubung kegelapan dan menebarkan bau tanah di
sekitarnya. Bagi demon, sentuhan golem akan menimbulkan kematian
dengan menghancurkan roh menjadi debu. Untuk membuat golem, penyihir
memerlukan secarik perkamen bertuliskan mantra yang dapat menghidupkan
golem. Setelah golem dibentuk dari tanah liat, perkamen itu dimasukkan
ke dalam mulut golem. Sebongkah tanah liat khusus yang dibentuk dengan
mantra lain diletakkan di dahi golem dan berfungsi sebagai mata. Mata
golem akan menjadi pengintai bagi penyihir pemilik golem. Berdasarkan
hasil pengintaian, si penyihir akan mengendalikan golem menggunakan
bola kristal. Satu-satunya cara mengakhiri hidup golem adalah dengan
mengeluarkan perkamen dari mulutnya. Setelah perkamen dikeluarkan,
pemiliknya akan diketahui karena tubuh golem akan kembali kepada
masternya dan menjadi tanah liat.
Pengungkapan
golem sebagai dalang perusakan mendapatkan tantangan keras dari
penyihir lain, terutama Kepala Polisi Henry Duvall. Menurut catatan
sejarah, berbarengan dengan runtuhnya Kekaisaran Ceko, penggunaan golem
telah berakhir. Selain itu pembuatan golem tergolong rumit dan nyaris
mustahil. Tapi ketika mata golem koleksi Simon Lovelace (The Amulet of Samarkand)
hilang dari tempat penyimpanan artefak Departemen Pertahanan,
investigasi terpaksa harus dilakukan, yang pada gilirannya membawa Nat
dan Bart ke Praha.
Simultan
dengan kepergian Nat ke Praha, kelompok Resistance di bawah
kepemimpinan Mr. Pennyfeather merampok makam Gladstone, sang Pendiri
Negara di Westminster Abbey. Usaha perampokan gagal dan nyaris
menewaskan semua anggota Resistance. Salah satu yang selamat adalah
seorang gadis bernama Kitty. Ia meninggalkan Westmisnter Abbey dengan
membawa tongkat Gladstone. Ia tidak tahu artefak yang dibawanya adalah
benda yang sangat berharga bagi pemerintahan sihir.
Aksi
perampokan di Westminster Abbey menambah beban pekerjaan Nathaniel
sekaligus mengancam kariernya. Harus ada yang dilakukan untuk mengambil
tongkat Gladstone. Tapi hal ini tetap tidak mudah bagi Nat karena
keberadaannya tidak luput dari usikan pihak yang mencemburuinya. Ketika
akhirnya Nat bisa bertemu dengan Kitty, nyawanya justru terpental di
ujung tanduk. Celakanya, kali ini Bart tidak bisa menolong karena
menolong Nat berarti mengorbankan nyawanya.
Lalu, apa yang akan terjadi pada Nat? Mengingat masih ada bagian ketiga, Ptolemy's Gate (Gerbang Ptolemy)
jelas sudah jika hidup Nat tidak akan berakhir sampai di sini.
Demikian juga hidup Bart. Sangat menarik ketika Nat, yang notabene
adalah penyihir, pada situasi genting, tidak bisa mengandalkan
kemampuan sihirnya dan bergantung pada hati nurani seorang commoner. Bart tahu benar siapa dia, dan tahu benar juga, commoner
ini tidak akan tega membiarkan Nat meregang nyawa percuma. Dalam
situasi ini sekaligus akan terungkap misteri di balik golem, dan siapa
yang telah menggunakan mata golem untuk memantau serta mengendalikan
aksi perusakan yang dituduhkan pada Resistance. Apa yang pernah
dikatakan Simon Lovelace dalam The Amulet of Samarkand (hlm. 329), bahwa di dunia sihir, "Tak
ada kehormatan, tak ada kemuliaan, tak ada keadilan. Setiap penyihir
bertindak hanya untuk kepentingan diri sendiri, merenggut setiap
kesempatan yang dapat diraihnya. Saat dia lemah, dia menghindari
bahaya. Tapi saat dia kuat, dia akan menyerang", tetap akan berlaku. Seperti bagian pertama, The Amulet of Samarkand, konflik utama tetap bersumber dari kalangan penyihir sendiri. Siapa pencetus konflik dalam The Golem's Eye,
akan Anda temukan setelah membaca buku setebal 624 halaman ini. Yang
jelas, ia (ternyata) memiliki hubungan dengan karakter antagonis dalam The Amulet of Samarkand, Simon Lovelace.
The Golem's Eye
terdiri atas 4 bagian besar yang dijabarkan dalam 48 bab. Kisah dibuka
dengan sebuah prolog yang menceritakan serangan Gladstone atas Praha
pada tahun 1868, saat Bartimaeus bermasterkan seorang penyihir Ceko.
Tentu saja prolog ini memiliki pertalian dengan konflik yang akan
dijabarkan pada bagian novel selanjutnya. Seandainya The Golem's Eye ini sebuah film (dan memang akan difilmkan), prolognya menjadi semacam teaser yang mengasyikkan.
Jika
dalam buku pertama penulis mengalirkan plot melalui dua perspektif,
yakni orang pertama dengan Bart sebagai narator dan orang ketiga untuk
mengisahkan sepak terjang Nat, kali ini Jonathan Stroud menambah porsi
penceritaan untuk mengalirkan kisah hidup dan petualangan Kitty yang
tak kalah menarik.
Seperti
buku pertama, ketika membaca cerita yang dielaborasi Bart, kita tetap
akan menemukan eskpresi yang sinis, sok tahu, dan egomaniak yang tidak
cukup hanya menggunakan narasi biasa, tapi juga catatan kaki yang
menggelikan. Tak dapat dibantah, hal inilah sesungguhnya yang menjadi
salah satu kekuatan dan daya tarik Trilogi Bartimaeus. Tapi dengan
kehadiran Kitty, Bart mendapatkan lawan yang cukup setara untuk
mengatasi lidah tajamnya. Kitty memang tidak ceriwis seperti Bart, tapi
tidak juga kehilangan kata untuk meremehkan Bart. Karakter Kitty
sudah muncul di The Amulet of Samarkand tapi dengan porsi yang
tidak banyak. Keberadaannya di alam imajinasi Jonathan Stroud telah
menjadi salah satu pendorong dirangkainya kisah Nat dan Bart dalam
bentuk trilogi.
Masih
menggunakan latar dunia sihir yang berbeda dengan kisah-kisah dunia
sihir lainnya (dunia sihir tempat penyihir berkuasa, ritual pemanggilan
demon dengan menggambar pentacle dan tujuh tingkat keberadaan (plane)),
karakter-karakter yang menarik, plot terjaga yang kian meruncing
mencapai bagian akhir, sekali lagi Jonathan Stroud membuktikan dirinya
sebagai penulis kisah fantasi yang tangguh. Ia memiliki kemampuan
meramu kisah dengan sangat mengasyikkan, yang akan terus menghasut
pembaca untuk menuntaskan seluruh buku begitu membaca dan menemukan
daya tariknya. Menurut Jonathan Stroud ide kisah Bartimaeus muncul
pertama kali Oktober 2001 dan membutuhkan dua tahun penggarapan dalam
bentuk novel yang siap diterbitkan. Ketiga buku dari Trilogi Bartimaeus
ini diterbitkan pertama kali berturut-turut tahun 2003, 2004, daan
2005. Pada tahun 2006, Trilogi Bartimaeus memenangkan Mythopoeic Award untuk kategori literatur anak dan Grand Prix de l'imaginaire, untuk kategori fantasi dan fiksi sains (Prancis).
Edisi Indonesia diterjemahkan dengan asyik sehingga kita dapat menikmati The Golem's Eye
dengan nyaman. Membaca buku kedua Trilogi Bartimaeus ini, tak pelak
lagi, akan membuat pembaca yang telah menikmati petualangan Bartimaeus
dan Nathaniel sejak buku pertama, akan tidak sabar untuk menanti jilid
pamungkas kisah berlatar dunia sihir Inggris ini.
Mengutip School Library Journal
(sampul belakang novel), secara keseluruhan, saya mesti bersetuju
bahwa inilah, "karya fantasi yang harus dimiliki", terutama oleh
penggemar novel fantasi dengan latar dunia sihir.
0 comments:
Post a Comment