08 February 2012

The Highest Tide

 
Judul asli : The Highest Tide
Penulis : Jim Lynch
Alih bahasa : Arif Subiyanto
Tebal : 328 hlm; 20 cm

Cetakan: 1, Desember 2006
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama






Suatu malam musim panas, Miles O'Malley -13 tahun, 146 cm, 39 kg, bersuara melengking dan berpenampilan mirip bocah 9 tahun- yang sedang liburan, keluar dari rumahnya di ujung Teluk Puget Sound. Ia mendayung kayak ke utara Teluk Skookumchuck menuju Teluk Chatham Cove. Malam itu, sesuai dengan pekerjaan musim panasnya yang baru, Miles mengumpulkan hewan laut yang terbawa air pasang seperti bintang laut, siput laut, kepiting dan makhluk-makhluk eksotis lain yang akan dijual untuk koleksi akuarium di Tacoma, Seattle dan Port Townsend. Selain itu, Mile juga mencari remis seperti butterclam,  untuk dijual ke restoran seafood setempat. 

Miles yang mulai khawatir ukuran tubuhnya akan membuatnya tersisih dari dunia percintaan -seperti katak yang tak bisa berteriak lantang untuk memikat betina- tidak menyangka malam tanpa angin, tanpa bebunyian, hanya sesekali diisi desing sayap serangga, suara remis yang mengatup, dan desir air surut merembes di sela bebatuan  akan memicu perubahan hidupnya.

Malam itu, Miles menemukan seekor cumi-cumi raksasa yang membuat perhatian publik terarah padanya. Cumi-cumi raksasa tersebut merupakan makhluk penghuni laut dalam. Umumnya ditemukan sudah menjadi bangkai dalam perut ikan paus spermaseti atau terdampar di pantai-pantai Selandia Baru, Norwegia, atau Newfoundland. Miles menduga penemuan cumi-cumi raksasa ini sebagai cara bumi mengatakan sesuatu. 


Setelah penemuan cumi-cumi raksasa itu, Miles menemukan lagi seekor ikan ragfish yang juga termasuk penghuni laut dalam. Ketika merespons pertanyaan seorang reporter televisi mengenai penemuan makhluk penghuni laut dalam adalah kemungkinan cara bumi mengatakan sesuatu, Miles mengatakan bahwa bumi mungkin sedang minta tolong untuk diperhatikan. Miles juga menceritakan observasinya yang luput dari para ahli bahwa saat itu sedang terjadi invasi kepiting Cina di Whiskey Point dan rumput laut Caleurpa di Teluk Flapjack. Kedua invasi tersebut sangat berbahaya. Selain mengancam kepiting-kepiting asli, kepiting Cina memiliki kebiasaan menggali terowongan yang menyebabkan tanah menjadi labil, erosi, dan longsor sehingga membahayakan penduduk yang tinggal di sekitar pantai. Sedangkan rumput laut Caleurpa berpotensi  merusak ekosistem yang ada. Tentu saja apa yang disampaikan Miles sangat mengejutkan banyak orang.

"Ini musim panasmu, Miles. Musim panas ini akan menentukan jati dirimu", demikian kata Florence Dalessandro -perempuan tua, paranormal penggemar buku yang menjadi sahabat Miles. Persis seperti kata Florence, musim panas itu menempatkan Miles pada posisi seperti selebritas gara-gara penemuan dan komentarnya. Dalam sebuah acara yang dilaksanakan Sekolah Eleusinia, Miles mencetuskan ramalan Florence yang menyatakan bahwa gelombang pasang tertinggi akan terjadi pada tanggal 8 September tahun itu; pasang tertinggi dalam waktu 50 tahun terakhir. Walaupun Florence gagal ketika membuka praktik paranormal, terbukti beberapa ramalannya tidak meleset. Gempa merontokkan Capitale Apartments dan Hakim Stegner kalah dalam pemilihan hakim negara bagian. Apakah ramalan pasang tertinggi benar-benar menjadi nyata?

Seketika perairan Puget Sound menjadi ramai karena orang berduyun-duyun ke tempat itu. Apalagi saat tersebar rumor bahwa mukjizat penyembuhan terjadi di sana.Seiring dengan itu, Miles juga harus melewatkan waktu bersama tokoh-tokoh selain Florence seperti Profesor Kramer, Kenny Phelps, Angie Stegner, reporter bermata hiu martil, ayahnya yang terobsesi pada tinggi badan dan ibu yang tidak bahagia.

Pada akhirnya semua yang Miles alami benar-benar membuat ia menemukan jati dirinya seperti ramalan Florence. Ramalan Florence memang harus memenuhi takdirnya.

Laut yang menjadi pesona utama cerita memang penuh misteri. Lewat pengalaman musim panas Miles yang menjadi narator novel, kita seperti diajak memaknai kembali peranan laut dalam kehidupan manusia. Betapa sering manusia melakukan kesalahan tanpa memikirkan akibat buruk yang mengancam. Seperti pemicu kerusakan ekosistem yang digambarkan dalam novel ini, terjadi karena ulah manusia. Mungkin kita perlu memahami laut sebagaimana yang disitir Miles dari buku The Sea Around Us karya penulis favoritnya, Rachel Carson (*): "Sejak fajar purbakala yang tersaput kabut misteri, lautan adalah asal mula segenap kehidupan, dan akhirnya segala wujud kehidupan yang mungkin telah berkembang, bermutasi lalu mati itu akan berpulang kepadanya. Segalanya akan kembali ke lautan –Oceanus, sang sungai mahaluas, bagaikan hikayat pengembaraan sang waktu, dari awal hingga akhirnya."

The Highest Tide (Pasang Laut) adalah novel debut Jim Lynch, seorang jurnalis dan penulis cerpen yang telah memenangkan National Journalism Awards. The Highest Tide juga telah memenangkan Pacific Northwest Booksellers Award tahun 2006. Jim Lynch yang berdomisili di Olympia, Washington, menulis novel ini sebagai realisasi dari harapannya untuk menciptakan novel dengan Puget Sound sebagai latar. Sewaktu kecil Jim memang sering menjelajahi perairan Puget Sound menggunakan perahu layar orangtuanya. Untuk menulis novel ini, Jim membaca buku-buku biologi kelautan dan penuntun seks, mewawancara cenayang serta mempelajari fenomena air pasang. Hasilnya, sebuah novel cemerlang yang mengalir lancar dan penuh humor. Sulit untuk tidak tertawa membaca luapan imajinasi Miles dan perbincangannya mengenai seks dengan Kenny Phelps, karakter sidekick ciptaan Jim Lynch.

The Highest Tide
tidak sekadar indah, tapi juga kaya dengan informasi beragam spesies makhluk hidup laut yang disampaikan secara menarik. Pembaca akan menemukan ikan gepeng merak yang mudah berkamuflase memanfaatkan matanya yang ajaib, gurita yang berubah warna saat sedang kawin, timun laut yang memuntahkan organ dalamnya saat ketakutan, nudibranch yang cantik, kerang kalung pembantai remis, keritip kawin, ikan midshipmen yang memiliki kehidupan unik, ubur-ubur sebesar kunyahan permen yang bisa melar selebar payung atau semburat cahaya di musim plankton. Juga bangau yang marah, burung elang pesolek, itik liar yang tertawa riuh, camar seperti badut sirkus, atau kolibri yang mengejek gravitasi.

Jim berhasil menciptakan karakter utama yang cerdas dengan tingkat kuriositas dan kepekaan  yang tinggi terhadap lingkungan, lancar bertutur, tapi terperangkap keterbatasan fisik. Miles yang mengingatkan pada karakter Simon Birch dalam film Simon Birch (diperankan oleh Ian Michael Smith, 1998) seolah-olah memberikan pencerahan bagi kita bahwa siapapun kita, dengan segala kekurangan yang ada, diciptakan Tuhan dengan maksud tertentu di dunia ini. Sesungguhnya, tidak ada kehidupan manusia yang tidak berarti, kecuali manusia itu tidak menemukan sendiri artinya.

Novel yang dipersembahkan Jim Lynch untuk Denise, istrinya, diterbitkan pada September 2005 di Amerika Serikat, telah diterjemahkan ke dalam lebih dari delapan bahasa, dan dipublikasikan di lebih dari 20 negara. Di Inggris novel ini terpilih sebagai bacaan musim panas 2006 oleh London's Richard and Judy TV Book Club. Hak ekranisasi novel ini telah dibeli oleh Fisher Stevens, seorang aktor, sutradara, dan produser. Jadi, sebelum nonton filmnya kelak, nikmati saja terlebih dahulu novel indah yang sangat menyenangkan ini.


*) Rachel Louise Carson, seorang penulis, ilmuwan, dan ekolog kelahiran Springdale, Pennsylvania 27 Mei 1907 yang telah menulis buku Under the Sea-wind (1941), The Sea Around Us (1952), The Edge of the Sea (1955) dan Silent Spring (1962). Ia meninggal karena kanker payudara pada tanggal 14 April 1964 di Silver Spring, Maryland.
 

0 comments:

Post a Comment

Recommended Post Slide Out For Blogger
 

Blog Template by Blogger.com

Author: Jody Setiawan