06 February 2012

Michelangelo's Secret


Judul : Michelangelo's Secret
Judul Asli : Michelangelo's Notebook
Penulis : Paul Christopher
Penerjemah : Ahmad Muhajir & Nadiah Alwi

Cetakan: 1, November 2006
Penerbit : Dastan Books






Membaca Michelangelo's Secret (MS), bagi saya, seperti tengah menghadapi jigsaw puzzle. Cerita dibuka dengan prolog yang sudah pasti merupakan benang merah antara masa lalu dan masa kini dalam novel ini. 

22 Juli 1942. Eugenio, seorang bocah laki-laki berusia sekitar 3 tahun, mendapatkan nama baru Frederico Botte, dan dibawa pergi dari Biara San Giovanni All' Orfenio, Italia Utara. Eugenio adalah anak Eugenio Pacelli, cikal bakal Paus Pius XII, lahir sebagai produk inses dengan keponakannya sendiri, Katherine Maria Teresa Annunzio yang kemudian bunuh diri.

Berdasarkan spekulasi rumor seputar anak yang tak jelas nasibnya ini, Paul Christopher (pseudonim penulis dan aktor Christopher Hyde) menggeber cerita, membaurkannya dalam adonan pembalasan dendam, kegilaan, dan bau darah.

Meloncat ke masa kini, kita diperkenalkan dengan mahasiswa New York University merangkap model telanjang dan kurator sebuah museum bernama Fiona Katherine Ryan alias Finn, 24 tahun, cantik, berambut merah, prototipe Julia Roberts muda. Gambaran itu mungkin yang menyebabkan Narayan Radhakrishnan (sampul belakang novel), teringat pada Darby Shaw, karakter perempuan dalam The Pelican Brief (John Grisham), yang menurut pengakuan Grisham terinspirasi oleh Julia Roberts. Cantik dan berambut merah.

Tanpa sengaja, Finn menemukan lukisan vivisection dari zaman Renaisans, yang diyakininya sebagai bagian dari buku Michelangelo Bounarroti. Penemuan ini menyeret Finn pada 2 pembunuhan sadis menggunakan koummya yang dicuri dari sekolah Greyfriars. Demi mempertahankan hidup, Finn bertemu Michael Valentine yang masa lalunya terkait dengan orang tua Finn. Cerita kemudian merambat pada pembunuhan lain, Vincent Delaney, pastur gadungan, yayasan Grange, Carduss Club di bawah kendali masa lalu dan sosok di balik Archivo Secreto Vaticano

Paralel dengan pencarian Finn, penulis menghadirkan karakter laki-laki tua berambut abu-abu, yang punya kebiasaan telanjang ketika menyusun kitab suci versinya. Seorang laki-laki gila, sehingga tak heran, dia memberi motif sampul kitabnya berupa salib dengan Bunda Maria tergantung di atas salib dan bukan Yesus. Dari sudut pandang laki-laki inilah, tabir masa lalu disingkapkan, memperlihatkan adegan-adegan di balik perampokan karya seni hasil rampokan yang melibatkan orang Jerman sendiri dan militer Amerika yang sedang berada di sana. Mungkin, sebagian di antara mereka tidak sadar, seorang anak laki-laki pendiam di antara mereka sedang mengamati dan tidak akan membiarkan masa lalu itu terkubur begitu saja.

Dengan cerdas, mengejutkan, penulis menguak misteri, yang mengantar pada pemahaman bahwa Yayasan Grange sesungguhnya adalah titik terakhir dari jalur yang membentang antara 2 benua, antara 2 masa. Paul Christopher rupanya bukan penulis yang murah hati. Walaupun novelnya akan mengingatkan pada novel-novel genre sejenis yang meramaikan literatur Amerika, Paul punya gaya sendiri. Paul seolah-olah memaksa pembaca untuk mengaduk otak sehingga membaca MS benar-benar menjadi sebuah page-turning adventure dan kita tidak akan segera dipuaskan oleh deskripsi dan narasi.

Saya menduga Paul "terpeleset" ketika mengungkapkan tentang seorang satpam museum berambut abu-abu yang pada akhir novel dikenal oleh Finn. Di awal novel namanya Willie, di akhir novel namanya Fred. Mestinya keduanya sama, apalagi Paul terus-menerus menyebutkan laki-laki berambut abu-abu dan tentunya ingin pembaca menyimpulkan sendiri.

Dalam novel menggedor benak yang konon judul aslinya The Last Judgement kita tidak akan mengenal tokoh Frederico Botte jika tidak membaca dengan teliti. Dialah yang digambarkan telanjang ketika menyusun kitab sucinya, dialah Eugenio atau di Amerika menjadi Fred Thorpe. Saya yakin, dalam novel ini, sebetulnya Amerika bukan tujuan semula ke mana Eugenio hendak dibawa. Peristiwa di perbatasan Swisslah yang sangat menentukan keberadaannya di Amerika. Dan saya pikir karena ada campur tangan CINTA.

Fred dibawa ke Amerika oleh Ilse (Annalise) Kurovsky, yang saya yakin merupakan nama baru dari Suster Filomena yang didapatnya pada prolog cerita. Di perbatasan Swiss itulah hidup Suster Filomena berubah. Kenapa? Dia bertemu Brian Thorpe, yang akhirnya jadi suaminya, sang SERSAN yang diceritakan di masa lalu.

Kalau kita lebih teliti lagi, ketika melakukan kejahatan, Fred Thorpe menggunakan seragam militer bekas ayah angkatnya.
 
MS adalah novel populer, sehingga sah-sah saja novelnya dihiasi dengan hal-hal seperti nama-nama selebritas, film atau tayangan TV, apalagi latar belakang Paul adalah dunia perfilman.

Ketidakjelasan saya temukan antara lain di hal. 276: "Pada tahun 1956, setelah kematian anak laki-laki itu pada umur enam belas tahun, dst...." Apa maksud kalimat itu? Siapa anak laki-laki itu?

Saya baru kenal Paul pada novel ini, tetapi rupanya dia sangat populer di Amerika. Pernah mengamati begitu banyaknya merek (brand) dalam buku ini? Levi's. Gap. Brooks Brothers. Turnbull & Asser. Bally. Bvlgari. Lagerfeld. Timex. Kevlar. Spandex. Tic Tac. Rolex. Hugo Boss. Dan masih banyak lagi. Rupanya Michelangelo's Secret juga menjadi media placement berbagai merek. Luar biasa! 

Satu hal yang mengganjal, baik judul asli maupun judul edisi Indonesia, tidak mencerminkan isi novel.

0 comments:

Post a Comment

Recommended Post Slide Out For Blogger
 

Blog Template by Blogger.com

Author: Jody Setiawan