Judul Buku: The Wind in the Willows
Pengarang: Kenneth Grahame (1908)
Penerjemah: Rini Nurul Badariah
Tebal: 135 hlm, hardcover
Cetakan: 1, April 2010
Penerbit: Mahda Books
Pada tahun 1908, Kenneth Grahame, penulis berkebangsaan Inggris, berhenti dari pekerjaannya di Bank of England dan menetap di sebuah kota tua di tepi Sungai Thames. Kehidupannya di sana mengeriapkan ide sejumlah karakter yang kemudian dituangkannya dalam buku anak-anak berjudul The Wind in the Willow (Embusan Angin di Pohon Dedalu). Buku yang ditulis sebagai hadiah untuk putranya Alastair yang mengalami gangguan penglihatan ini meraih kesuksesan dan disukai banyak orang; tua maupun muda. Popularitasnya dikukuhkan dalam bentuk sandiwara, film layar lebar dan film TV, serta drama radio.
The Wind in the Willow berkisah tentang petualangan dan persahabatan empat karakter antropomorfis yaitu Tikus Tanah, Tikus Air, Luak,
dan Katak. Tikus Tanah yang agak pemalu meninggalkan rumah dan
pekerjaannya menuju Tepi Sungai. Di sana ia bertemu dan menjalin
persahabatan dengan Tikus Air yang ramah dan sangat mencintai sungai.
Berkat Tikus Air, Moly mengenal Luak yang pendiam, bijaksana, dan
senang menyendiri. Luak akan selalu mendatangi para sahabat jika mereka
terlibat masalah. Satu-satunya yang kerap bermasalah adalah Katak yang
berperangai sombong dan suka membual. Dengan kekayaannya, Katak bisa
mendapatkan apa saja yang ia inginkan. Tetapi karena tidak terlalu
cerdas, ia tidak pernah belajar dari pengalaman. Tidak heran, suatu
hari, ulahnya mengantarnya terperangkap dalam penjara. Untunglah ada
yang mau membantunya minggat sehingga tidak usah terkurung selama 20
tahun sesuai vonis. Saat pulang kampung, Katak mendapati purinya yang
ditinggalkannya selama bertualang telah diduduki rase, cerpelai, dan
musang. Katak memang tidak pernah mempan dinasihati, namun ketika ia
membutuhkan bantuan, para sahabat tidak mungkin hanya bergeming.
Mustahil
menahan tawa –atau minimal senyum, selama membaca buku ini. Bayangkan
saja: para hewan yang sejatinya berpenampilan tidak 'ramah mata' hidup,
bersikap dan bertingkah persis seperti manusia. Mereka menyandang
kekurangan dan kelebihan manusia yang bisa membuat pembaca malu hati.
Yang paling merebut perhatian –sekaligus menyebalkan- so pasti karakter
Katak yang hiperaktif, kekanak-kanakan, dan tinggi hati. Setelah
ditolong merebut kembali purinya, alih-alih berterima kasih atas
kebaikan para sahabat, ia menganggap dirinya pahlawan. Untunglah
belakangan, ia mau mengubah sikapnya yang tidak terpuji.
Sebagai bacaan yang ditujukan kepada pembaca anak-anak, The Wind in the Willows
sudah pasti berlumur elemen didaktis. Karenanya, dengan membaca buku
ini, pembaca anak-anak berpotensi terdorong untuk bersosialisasi,
solider jika ada yang tertimpa masalah, saling menghargai, dan tentu
saja, tidak bersikap tinggi hati.
Kenneth
Grahame tidak menulis sekuel buku yang disebut-sebut terjual lebih
dari 100 juta kopi dan telah dicetak lebih dari 250 edisi berbagai
versi ini. Namun pesona kisahnya tidak terkikis waktu (salah satu bukti
adalah terbitan Mahda Books ini). William Horwood telah melanjutkan
kisah empat sekawan antropomorfis ini dalam sekuel: The Willows in Winter, Toad Triumphant, The Willows and Beyond, dan The Willows at Christmas.
Edisi
Indonesia ini merupakan versi yang lebih ramping dari edisi asli
berbahasa Inggris. Meskipun demikian, dari cerita tidak ada masalah dan
penerjemah tetap konsisten dengan penokohan yang dikemas secara
gemilang oleh pengarang. Barangkali, karena target utamanya pembaca
anak-anak, penerjemah tidak terlalu setia dalam penerjemahan
judul-judul bagian dalam buku. Tidak masalah sebenarnya, namun
berkemungkinan menghalang maksud pengarang. Pada bagian penutup yang
berjudul "The Return of Ulysses" diterjemahkan sebagai "Kepulangan
Katak". Saya percaya melalui judulnya, Grahame sedang berolok-olok,
membandingkan petualangan si katak dengan Ulysses (Odysseus).
Walaupun
sudah tua lontok, kisah dalam buku ini tidak melapuk, masih bernilai
untuk ditambang. Nasibnya memang sudah lama ditentukan: menjadi bacaan
klasik yang akan tetap dibaca sepanjang masa. Sudahkah Anda membacanya?
1 comments:
Salam kenal pak/bu.. saya sedang mencari buku ini. Apakah berkenan menjualnya ke saya? Terima kasih sebelumnya..
Post a Comment