Judul Buku: Maximum Ride #1: Eksperimen Malaikat (The Angel Experiment)
Penulis: James Patterson (2005)
Penerjemah: Poppy Damayanti
Tebal : 536 hlm; 13,5 X 20 cm
Cetakan: 1, April 2008
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Bayangkanlah diri Anda diambil dari kehangatan keluarga dan kehidupan normal, dikurung dalam kandang seperti tikus percobaan di laboratorium, dijejali DNA unggas, dan hadir sebagai produk rekayasa genetika, 98 persen manusia dan 2 persen burung. Anda manusia, tetapi memiliki sayap sehingga bisa terbang. Anda mungkin merasa girang karena bisa terbang, satu hal yang mungkin Anda angankan. Tetapi Anda tetap tampil aneh, manusia bersayap! Di dunia ramai, sebagai mutan, Anda mungkin dijebloskan ke dalam kebun binatang.
Jika
Anda bisa membayangkan, maka Anda dengan mulus akan masuk dalam kisah
kehidupan enam manusia burung kreasi penulis terkenal, James Patterson.
Para manusia burung ini merupakan hasil eksperimen malaikat, proyek
sinting para ilmuwan gila, di sebuah laboratorium yang oleh mereka disebut sebagai Sekolah.
Keenam
manusia burung -Max, Fang, Iggy, Nudge, Gasman dan Angel- tumbuh di
laboratorium berbarengan dengan hasil eksperimen yang disebut Pemusnah,
setengah manusia dan setengah serigala. Para pemusnah tampak seperti
manusia, tetapi pada saat tertentu malihrupa menjadi manusia serigala,
lengkap dengan bulu, taring, dan cakar. Para pemusnah ini menjadikan
keenam manusia burung sebagai target mangsa dan mencegah eksistensi
mereka diketahui dunia.
Empat
tahun yang silam –dari waktu yang menjadi seting cerita, Jeb
Batchelder, seorang ilmuwan (yang disebut Jas Putih) menculik keenam
manusia burung ini dari Sekolah. Ia membawa mereka ke pegunungan, ke
sebuah rumah berbentuk huruf E yang terkapar dan mengajari mereka
berbagai hal untuk mempertahankan diri; terbang, membaca, bertarung.
Namun, dua tahun lalu, Jeb menghilang dan mereka menyangka ia sudah mati.
Sampai
suatu hari, kediaman keluarga Max diserbu para pemusnah. Si bungsu
Angel lenyap, dibawa kembali ke Sekolah. Max dkk tidak tinggal diam.
Mereka berupaya mengambil Angel dari Sekolah, bahkan kemudian menyingkap
misteri kehidupan mereka, dari mana mereka berasal. Semua tidak mudah
dilakukan, karena entah bagaimana, para pemusnah selalu bisa menemukan
mereka. Seiring dengan itu, produk eksperimen malaikat ini mendapati
jika mereka memiliki berbagai kemampuan super, termasuk Max, yang bisa
mendengar dan berkomunikasi dengan Suara dari dalam dirinya.
Sebagai sebuah novel, The Angel Experiment
adalah sebuah bacaan yang menarik dan menghibur. Ceritanya mengalir
lancar dan enak diikuti. Terpecah lebih dari 100 bagian, novel ditulis
dalam bab-bab ringkas dan ringan sehingga per bab tidak terasa
melelahkan dibaca. Bahkan dengan gaya penulisan seperti ini saya
seperti diajak untuk terus melembari halaman novel berikutnya. Selain
itu, ukuran huruf yang lebih ramah mata (dibanding Trilogi Bartimaeus,
misalnya) mendukung kenikmatan membaca. Dan karena saya membaca edisi
Indonesia, perlu ditambahkan, juga: hasil penerjemahan yang asyik.
Kemungkinan
dengan membaca novel fantasi produk imajinasi James Patterson ini
pembaca akan merasa terlibat dalam kehidupan para manusia burung yang menimbulkan simpati. Seperti pembukaan sang narator utama novel, Max, "Jika kau berani membaca kisah ini, kau akan menjadi bagian Eksperimen" (hlm. 9). Dan itulah yang saya rasakan ketika menyelami perjalanan kehidupan mereka.
Tetapi, meski menghibur, kisah dalam The Angel Experiment (Eksperimen Malaikat) belum terlalu mencekam. Liuk kisahnya masih terbilang sederhana, baru
berkisar pada pertarungan Max dkk melawan Ari si Pemusnah dkk. Juga
masih tersisa misteri yang menanti disingkapkan yang mungkin membuat
pembaca penasaran untuk terus mengikuti kelanjutan kisahnya. Apalagi
seperti kata Jeb, ada alasan Max diciptakan dan dipertahankan hidup
yaitu untuk sebuah tujuan istimewa: menyelamatkan dunia (hlm. 246). Dan hal ini belum kita temukan dalam The Angel Experiment. Kenyataannya, The Angel Experiment memang merupakan judul pertama dari serial fantasi tentang manusia burung karya James Patterson, Maximum Ride. Tiga judul selanjutnya berturut-turut: School's Out-Forever (2006), Saving the World and Other Extreme Sports (2007) dan The Final Warning (2008).
Menurut James Patterson dalam pengantar singkatnya (hlm. 7), ide menulis Maximum Ride muncul dari karya sebelumnya yang berjudul When the Wind Blows (1998) dan sekuelnya, The Lake House (2003). Dalam kedua novel ini terdapat karakter bernama Max yang melarikan dari sekolah yang mengerikan. Tetapi, dijelaskan Patterson, sebagian besar persamaannya hanya sampai pada masalah nama dan sekolah.
Menurut James Patterson dalam pengantar singkatnya (hlm. 7), ide menulis Maximum Ride muncul dari karya sebelumnya yang berjudul When the Wind Blows (1998) dan sekuelnya, The Lake House (2003). Dalam kedua novel ini terdapat karakter bernama Max yang melarikan dari sekolah yang mengerikan. Tetapi, dijelaskan Patterson, sebagian besar persamaannya hanya sampai pada masalah nama dan sekolah.
Mengenai James Patterson, ia dikenal sebagai pengarang serial detektif Alex Cross dan The Women's Murder Club. Lelaki kelahiran Newburgh (New York) 22 Maret 1947 ini menulis novel pertamanya pada usia 27 tahun, berjudul The Thomas Berryman Number dan berhasil meraih penghargaan Edgar Award untuk kategori Best First Novel (1977).
Meski berhasil menghasilkan novel yang lain, ketenarannya sebagai
penulis fiksi baru melangit setelah menulis novel pertama serial Alex
Cross, Along Came a Spider. Selain menulis serial thriller, ia juga menulis novel romantis yang indah (seperti Suzanne's Diary for Nicholas dan Sam's Letters to Jennifer) dan kali ini novel fantasi untuk pembaca remaja.
Maximum Ride #1: Eksperimen Malaikat
merupakan novel kesepuluh James Paterson yang diterbitkan Gramedia
Pustaka Utama. Filmnya direncanakan beredar tahun 2010 dan telah dibuat
versi manga-nya (bersama NaRae Lee) yang akan terbit Januari 2009.
0 comments:
Post a Comment