Judul Buku : The Messenger
Penulis : JaF – Tuteh – Sa – Uyet
Tebal: 192 hlm; 18 cm
Cetakan I, Maret 2007
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Apa pun bisa terjadi di dunia maya. Sandiwara, kebohongan, bahkan jatuh cinta. Di dunia maya, Rana, menggunakan ID Mpus_imut70, berhubungan melalui Yahoo! Messenger dengan pemilik ID Lelakikelam. Rana, bernama lengkap Merana Patricia Sidabutar, adalah lelaki berdarah campuran Batak-Amerika. Dalam hubungannya dengan Lelakikelam, ia dikenal sebagai perempuan. Dengan dikenal sebagai perempuan, Rana berpikir, ia telah berhasil menjiwai perasaan perempuan. Sampai saat ini, Rana belum mendapatkan pengganti kekasihnya, Turi, yang meninggalkannya dan menikah dengan seorang pria Belanda. Alasan perpisahan yang dikemukakan Turi adalah Rana tidak bisa menjiwai perasaan perempuan.
Lelakikelam
sendiri ID dari seorang perempuan bernama Sofia. Perempuan ini terlibat
hubungan tidak jelas dengan seorang lelaki bernama Pram, yang mau
mengikatkan diri dengannya tapi tetap berhubungan dengan perempuan lain,
bahkan dengan sepengetahuan Sofia.
Rana dan Sofia memutuskan bertemu langsung. Tapi ketika pertemuan direalisasikan, kebohongan tetap menjadi tema utama.
Tanpa
mereka tahu, mereka berdua berhubungan dengan Turi. Jauh dari Belanda,
Turi memberi saran kepada mereka untuk melakukan kencan buta. Sayangnya,
ketika mereka kebetulan berada di satu tempat yang sama sebelumnya,
Sofia melihat Rana berciuman dengan seorang laki-laki. Bagi Sofia, meski
laki-laki menarik, Rana adalah seorang gay.
The Messenger adalah novela yang dibuat secara estafet oleh 4 anggota komunitas maya Blogfam (Blogger Family). Ke-4 penulisnya adalah La
Rane Hafied Gany (JaF), Tuteh Pharmantara (Tuteh), Elsa van deer Veer
(Sa), dan Eliana Noor (Uyet). Dalam Blogfam ada Galeri Kreasi yang
menyediakan ruang bagi yang ingin menampilkan karya. Salah satu karya
yang ditampilkan di sini adalah cerita estafet yang ditulis lebih dari 1
orang secara bersambung.
Fiksi yang ditulis oleh 4 orang mengingatkan pada buku Traveler's Tale. Traveler's Tale
ditulis secara bersambung oleh Adhitya Mulya, Alaya Setya, Iman
Hidayat, dan Ninit Yunita dengan plot dan karakter yang memang sudah
dirancang terlebih dahulu. Hanya, The Messenger ditulis tanpa ada pembicaraan ihwal karakter dan plot novel sebelumnya. Selain itu, jika Traveler's Tale memiliki 4 karakter utama yang dikisahkan masing-masing oleh 1 penulis, The Messenger hanya memiliki 2 karakter utama yang kisah hidup mereka diolah oleh 4 orang. Oleh sebab itu, sesungguhnya The Messenger lebih rentan masalah, misalnya, jika salah 1 penulis tanpa sengaja keluar jalur.
The Messenger
yang ditulis di bulan Februari–Juni 2005 ini sesungguhnya mengusung
kisah yang tidak baru lagi. Sudah banyak kisah berlatar dunia maya yang
ditulis. Selain itu, The Messenger juga terkesan tidak
'menggedor'. Jalinan ceritanya sudah bisa ditebak. Pada bagian-bagian
awal, identitas asli 2 tokoh utama yang berbohong di dunia maya telah
disingkap. Sayang sekali. Akibatnya, untuk selanjutnya, kita mengikuti
kisah 'tanpa gigi' yang sekadar menggunakan 'keajaiban' internet sebagai
basis. Alangkah menariknya setelah tokoh Rana tersingkap, jati diri
Lelakikelam disembunyikan terlebih dahulu supaya pembaca tetap mengira
ia memang seorang lelaki. Apa yang saya ungkapkan ini tidak bisa
dikatakan spoiler mengingat 4 penulis jelas-jelas tidak
mengindikasikan niat menyimpan identitas salah satu dari mereka sebagai
bahan kejutan. Sejak awal, identitas asli Rana dan Sofia telah
disingkap. Makanya, tak dapat diungkiri, kekuatan novela ini akhirnya
memang hanya terletak pada kemampuan para penulis menggunakan teknik
penuturan yang tidak bertele-tele sehingga mengalir lancar dan tetap
enak dibaca hingga akhir.
Ada
beberapa hal yang menggelitik untuk dibahas. Di luar dunia maya, kedua
tokoh ini dipertautkan oleh Turi yang mereka kenal baik. Jika mereka
berteman baik, aneh juga kalau Rana tidak mengenal Sofia (karena tidak
dikenalkan Turi sebelumnya), dan sebaliknya. Juga tokoh pelengkap lain
bernama Dena. Walau hal ini bisa saja terjadi, tetap terasa mengganjal.
Apakah dalam hubungan dengan Rana, Turi terlalu banyak menyimpan
rahasia?
Perkenalan
Rana dan Sofia menggunakan Yahoo! Messenger juga tidak berawal. Pada
saat cerita bergulir, mereka diceritakan sudah berhubungan.Tidak
diungkap bagaimana sampai mereka bisa berhubungan, meski dalam dunia
maya semua bisa terjadi. Mengingat ini karya fiksi yang cukup panjang
(apalagi penulisnya 4 orang!), mestinya awal kontak mereka mendapatkan
porsi penceritaan walau hanya seuprit.
Justru
ada yang ditambahkan tapi tidak menambah bobot cerita. Coba baca hlm
185, kalimat penutup. Secara pribadi saya menilai bagian akhir akan
terasa lebih bagus jika hanya sampai pada, "Men, they're so easy... Sofia tersenyum menatap layar komputer. "
Kalimat " ... and action! Sang Maha Sutradara kembali beraksi. Entah film apa lagi yang dibuatnya kali ini...."
tidak memiliki kontribusi bagi keseluruhan cerita. Apalagi sebelumnya,
Sang Maha Sutradara tidak pernah diungkit-ungkit. Selain itu, apakah
kebohongan yang dilakukan Rana dan Sofia dibuat oleh Sang Maha Sutradara
(Tuhan?)? Bukannya oleh kedua tokoh ini sendiri? Kalimat ini seolah
hendak menyatakan bahwa semua yang terjadi di dunia (dan di dalam novel)
adalah kehendak Tuhan belaka. Termasuk kebohongan para tokoh yang
menciptakan konflik.
Demikian
juga halaman 181. Menurut saya, pembaca cukup cerdas untuk dibiarkan
sendiri membayangkan efek yang ditimbulkan oleh pengakuan Rana. Dalam
bagian ini lebih menarik jika pembaca berimajinasi sendiri tanpa perlu
dituntun. Tanpa halaman 181, akhir bab Honesty, Such a Lonely Word sudah memadai. Lelakikelam is now offline, adalah pamungkas yang kuat untuk bab ke-16 ini.
Terlepas dari itu, secara keseluruhan, The Messenger
terbilang cukup enak dinikmati. Selain mengalir lancar, ke-4 penulis
cukup baik mengasimilasikan ide dalam jalinan kisah dengan keutuhan
perwatakan yang tetap terjaga. Mengagumkan, jika mempertimbangkan proses
kreatif buku ini sendiri. Bolehlah dijadikan bacaan untuk mengisi waktu
senggang bagi yang ingin menikmati bacaan ringan dan renyah. Inilah
kesan yang tertangkap begitu habis membaca novela ini. Ya, The Messenger dibuat secara estafet, tapi begitu hadir sebagai buku tetap ia adalah sebuah novela.
0 comments:
Post a Comment