11 February 2012

Sons of Fortune



Judul Buku: Sons Of Fortune
Penulis: Jeffrey Archer
Penerjemah: Hidayat Saleh
 
Tebal: 576 hlm; 15 X 23 cm
Cetakan: 1, Juli, 2007
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama




Paling sedikit ada tiga hal yang membuat Sons of Fortune (Putra-putra Takdir), menurutku, layak dibaca hingga tuntas. Kembar, pengadilan, dan dunia politik. Ketiga elemen ini sangat potensial menghasilkan kisah berlapis yang riuh, ingar-bingar, penuh intrik dan dramatisasi. Ketika saling sengkarut, setidaknya sudah  bisa dibayangkan apa yang bakalan terjadi dalam rentangan alur kisah yang dijabarkan penulisnya. Selain itu, dengan seting Amerika Serikat, ketiga hal ini akan mengundang keingintahuan, mengingat di negara ini, segala hal seolah-olah bisa terjadi. 

Menariknya, novel berseting Amerika Serikat ini ditulis oleh seorang Inggris, kelahiran London 15 April 1940, yang pada usia 29 tahun terpilih sebagai anggota parlemen Inggris termuda dari Partai Konservatif. Dia adalah Jeffrey Howard Archer. Setelah keluar dari parlemen pada tahun 1974, Archer menulis novel pertamanya yang bertajuk Not a Penny More, Not a Penny Less. Karier Archer sebagai novelis ternyata mengembalikan kariernya di dunia politik yang kemudian benar-benar berakhir gara-gara sebuah skandal. Sebagai novelis, Archer juga telah menghasilkan novel seperti Kane and Abel, The Fourth Estates, As the Crow Flies, dan  First Among Equals.

Sebagai seting utama Sons of Fortune, Archer menggunakan Hartford, Connecticut, Amerika Serikat. Pada suatu hari di tahun 1949, Susan Illingworth Cartwright melahirkan sepasang anak kembar, Nathaniel dan Peter, dengan selisih waktu 6 menit. Pada hari yang sama, Ruth Davenport melahirkan seorang anak yang akhirnya ditemukan meninggal. Heather Nichol, seorang perawat, melakukan sebuah tindakan nekat, mengganti posisi bayi yang mati dengan Peter. Peter dibawa oleh keluarga Davenport, dan menyandang nama Fletcher Andrew Davenport; milik si bayi yang meninggal.

Nathaniel ( yang lebih suka disapa Nat) dan Fletcher meniti jalur hidup yang tidak pernah bertaut sejak saat itu. Mereka pergi ke sekolah yang berbeda dan memiliki karier yang berbeda pula. Nat sempat bertempur di Vietnam, memperoleh Purple Heart, menyelesaikan kuliah di Harvard Business School dan menapak karier sebagai pialang, kemudian bankir yang sukses. Jika Nat menikahi Su Ling, pakar komputer berdarah Korea; Fletcher menikahi Annie, adik teman baiknya, Jimmy Gates. Sebelum akhirnya menjadi senator negara bagian Connecticut meneruskan karier mertua lelakinya, Fletcher menjalani karier sebagai pengacara kriminal. Masing-masing keluarga diberikan seorang anak. Luke, untuk Nat dan Su Ling; Lucy, untuk Fletcher dan Annie.

Secara kebetulan, kehidupan kedua kembar ini bertumbukan dengan seorang laki-laki yang kemudian berdiri sebagai musuh mereka bersama, tanpa saling mengetahui. Ralph Elliot, masuk dalam kehidupan Nat lebih awal dari saat ia menyusup dalam kehidupan Fletcher. Nat mengenal Elliot sewaktu bersekolah di Taft, sedangkan Fletcher mengenal Elliot setelah lulus dari Yale dan bekerja di sebuah firma hukum di New York. Baik Nat, maupun Fletcher, memiliki kenangan buruk mengenai Ralph Elliot.

Kehidupan mereka baru benar-benar bertabrakan ketika Nat mencalonkan diri sebagai senator mewakili Partai Republik, dan Fletcher mewakili Partai Demokrat,  perbedaan yang rupanya sudah digariskan sejak Susan Illingworth mengenal suaminya, Michael Cartwright.

Dalam sebuah kiprah politik yang busuk, kehidupan keluarga Nat digiring ke tepi jurang kehancuran oleh pesaingnya, anaknya meninggal, masa lalu kelam istrinya diobral ke semua orang, dan seseorang ditemukan tewas dibunuh. Nat terjebak, didakwa sebagai pembunuh,  dan terancam hukuman berat. Hanya Fletcher lah pengacara kriminal yang bisa menolong Nat keluar dari cengkeraman masalah. Padahal sebagai kandidat favorit, keduanya berpotensi menjadi lawan politik.

Formula anak kembar merupakan formula cerita yang akrab bagi pembaca fiksi atau penonton film, dari Hollywood hingga Bollywood, karena sering digarap. Sepasang kembar lahir, terpisah, meniti perjalanan hidup yang panjang dan berliku, untuk kemudian dipertemukan. Sebuah plot yang tidak asing, lengkap dengan berbagai bumbu kebetulan yang merebak dari awal hingga akhir. Untunglah, dalam novel ini, plot sejenis bisa berkembang dan bekerja dengan baik di tangan Archer. Anak kembar dibawa berkubang dalam dunia hukum, ekonomi, dan terutama dunia politik, memberi wilayah eksplorasi yang memukau untuk dijabarkan dalam bentangan plot yang rancak. Perguliran kisah yang terarah membuat liukan plot bisa dititi pembaca dengan enak. Apalagi Archer memiliki energi yang adekuat untuk menghiasi kisahnya dengan taburan humor yang tetap terkendali, dari awal hingga akhir,  karena kecerdasan penyampaiannya.

Setelah adegan persidangan pembunuhan yang melibatkan Nat disajikan dengan sangat menarik, akan terasa tegangan cerita agak menurun. Kendati demikian, ini tidak berarti adegan selanjutnya langsung menjadi antiklimaks. Pertarungan politik antara kedua protagonis dengan karisma, kekuatan moral dan integritas yang setara ini masih dieksplorasi tanpa tergesa dan akan mengharukan, juga merekahkan senyuman di wajah pembaca.

Adegan penutup dibentangkan dengan kuat, menegangkan, tapi sekaligus juga menggelikan. Bagian ini sebaiknya jangan dibaca tergesa-gesa. Kalau tidak menyimak kebiasaan salah satu kandidat, mungkin kita akan sedikit bingung dengan hasil akhir pemilihan gubernur negara bagian. Tapi, posisi berdiri sang wali kota, akan memberikan penegasan.

Seluruh kisah secara unik dipaparkan dalam 54 bab yang dihimpun menjadi tujuh bagian yang diberi judul seperti nama kitab dalam Alkitab, dengan urutan acak.  Secara berurutan novel ini terdiri atas Kejadian, Keluaran, Tawarikh, Kisah Para Rasul, Hakim-Hakim, Wahyu, dan Bilangan. Pemberian judul ini jelas disengaja untuk menciptakan kesan berbeda dalam diri pembaca. Meski demikian, bukan tidak ada hubungannya. Setiap judul menyiratkan apa yang terjadi dalam kehidupan dua protagonis novel. 

Kelebihan Archer dalam menyajikan novelnya, sudah terbaca jelas sejak awal. Setelah membaca satu bab, kita akan dibuat penasaran untuk membuka bab selanjutnya. Hal itu berlangsung terus hingga novel berakhir. Sebuah gaya penceritaan yang kuat dan terjaga.  Archer terbilang memegang teguh keyakinan yang cenderung disukai pembaca, yaitu dalam pertarungan kebaikan dan kejahatan, kebaikan akan mendapatkan piala kemenangan. Selain itu, tampaknya bagi Archer, persaudaraan di atas segala-galanya. Kekuatan sebuah persaudaraan yang diikat dengan darah, akan sangat berhasil mengatasi segala perkara, bahkan untuk perkara yang sangat pelik dan seolah tidak memiliki solusi.

Inilah sebuah novel, yang bisa dikatakan lengkap, karena bermuatan berbagai sisi kehidupan manusia yang berkelindan penuh pesona: tragedi, cinta, pengkhianatan, ambisi, kasih sayang, persaudaraan,  dan persahabatan. Dengan dunia hukum, politik dan ekonomi yang menjadi latar, meski letupan yang akan terjadi sudah bisa dibayangkan, tetap sayang rasanya melewatkan buku ini.

0 comments:

Post a Comment

Recommended Post Slide Out For Blogger
 

Blog Template by Blogger.com

Author: Jody Setiawan