Judul Buku: Keluarga Flood Sekolah Sihir
Judul Asli: The Floods Playschool
Penulis: Colin Thompson
Penerjemah: Shinta Harini
Tebal: 234 hlm, 13 X 20 cm
Cetakan: 1, Juli 2007
Penerbit: Atria
Judul Asli: The Floods Playschool
Penulis: Colin Thompson
Penerjemah: Shinta Harini
Tebal: 234 hlm, 13 X 20 cm
Cetakan: 1, Juli 2007
Penerbit: Atria
Setelah sukses menaklukkan Keluarga Dent dalam buku pertama Keluarga Flood Tetangga Menyebalkan, Keluarga Flood yang sangat akrab dan bahagia, secara diam-diam mendapatkan musuh baru. Musuh baru mereka kali ini adalah Orkward Warlock, teman sekolah beberapa anak Keluarga Flood di Quicklime College, sebuah sekolah yang terletak di sebuah lembah yang sangat jauh dan tinggi di atas Pegunungan Patagonia.
Orkward
Warlock membenci semua orang, termasuk orang tua dan saudara yang
belum pernah ia temui; guru-guru ; setiap orang yang ia kenal dan
dengar maupun yang ia lihat di TV; kadang-kadang, malah, ia berlatih
membenci dirinya sendiri. Tak heran, Orkward tidak disukai setiap
orang. Tapi di atas segala kebencian Orkward Warlock, ada satu
kebencian yang paling dalam, yang begitu besar, lebih besar
dibandingkan semua kebencian Orkward digabung menjadi satu dan
dikalikan dua belas kemudian ditambah tujuh. Kebencian ini adalah
kebenciannya terhadap -sudah bisa ditebak- Keluarga Flood.
Sejak
berusia tiga hari (hlm. 40), pada hlm. 118 usia 3 tahun (?), Orkward
telah tinggal di Quicklime College, karena keluarganya tidak tahan
menyaksikannya berada di dekat mereka. Di sekolah ini ia mendapatkan
sebuah kamar; sebuah kamar yang gelap –yang bahkan dijauhi oleh
laba-laba, tempat ia mengasah kebencian kepada siapa saja di dunia ini
(dunia sihir maksudnya). Di tempat ini Orkward juga sering berkhayal
akan dijemput oleh ayahnya, penyihir terhebat yang pernah ada. Padahal,
ayahnya hanyalah seorang tukang susu muggle yang
dinikahi seorang perempuan penyihir gara-gara perempuan ini ketagihan
susu sementara ia tidak mampu membeli susu setiap hari untuk minum dan
mandi.
Orkward
yang bernasib apes ini hanya memiliki dua teman –kalau bisa disebut
teman. Anak laki-laki polos bernama si Katak yang gemar sembunyi di
bawah tempat tidur Orkward sambil memeluk kaus kaki kotor Orkward dan
sebuah cermin ajaib yang sesungguhnya tidak begitu menyukai Orkward dan
selalu mengatakan hal-hal yang tidak ingin didengar Orkward.
Setiap
tahun, di Quicklime College diadakan perayaan Hari Olahraga Tahunan.
Kebetulan tahun ini, saat cerita digulirkan oleh si gendeng Colin
Thompson, Hari Olahraga jatuh bertepatan dengan peringatan 705 tahun
sekolah didirikan oleh Merlin Flood. Merlin Flood adalah nenek moyang
Nerlin, kepala keluarga Flood yang diklaim sebagai pemilik kutil paling
berambut di tempat yang paling memalukan, di dunia sihir, tentu saja.
Atas usul si Katak, Orkward memutuskan untuk menghabisi keluarga Flood pada Hari Olahraga Tahunan. Saat itu, orang-orang di luar komunitas Quicklime College memang diundang hadir; orang tua, saudara-saudara, alumni yang masih hidup dan mati, dan tamu-tamu lain dari berbagai dunia dan dimensi. Rencana lain yang kemudian berkembang dalam pikiran Orkward, setelah menghabisi keluarga Flood, ia akan meninggalkan Quicklime College untuk selama-lamanya. Untuk mewujudkan rencana jahatnya, Orkward tidak saja membutuhkan si Katak, tapi juga Matron, Ibu Asrama yang selalu didampingi dua susternya, Romeo dan Juliet, sepasang burung gagak besar ; dan Narled, si makhluk setengah manusia setengah koper yang menghabiskan waktunya mengumpulkan barang-barang dan membawa ke tempat penyimpanan hartanya yang legendaris.
Bagaimana Orkward mewujudkan rencananya, selengkapnya akan kita temukan dalam buku kedua Keluarga Flood Sekolah Sihir ini. Sudah bisa dipastikan, Keluarga Flood tidak akan terguncang dengan ulah Orkward. Tapi, perguliran cerita kali ini tetap akan mendorong keingintahuan pembaca, bagaimana, sekali lagi, Colin Thompson menuntaskan kisahnya yang gila-gilaan, kocak, dan kaya raya humor.
Seperti buku pertama, buku ini akan dibuka dengan kata MEMBOSANKAN yang cukup besar (apa maksudnya, tentu saja akan langsung diketahui pembaca begitu melihat gambar yang ada). Setelah itu, setiap bab akan dimulai dengan sebuah gambar tengkorak yang bagian dahinya bertuliskan nomer bab, kecuali untuk bab 4, 6, 8, 10, 13, 15, dan epilog.
Pada bab 4, 6, 8, 10, 13, dan 15 kita akan berkenalan dengan beberapa guru Quicklime College sekaligus dengan mata pelajaran yang diajar. Mereka adalah Radius Leg, guru Olahraga Sampai Sakit (bab 4); Prebender Glorious, guru Menghilangkan Diri (bab 6); Nona Phyllis, guru Keturunan Istimewa (bab 8); Doktor Mordant, guru Teknik Rekayasa Genetika (bab 10); Aubergine Wealth, guru Ekonomi dan Bentuk-bentuk Lain Perampokan (bab 13) serta Mademoiselle Fifi la Venus, guru Elokusi dan Melolong (bab 15). Selain guru-guru itu, tentu saja ada guru-guru lain, yang menurut Colin Thompson tidak cukup waktu dan halaman untuk diceritakan (hlm. 224), dan Profesor dengan sederet gelar, Profesor Throat, NB, PDF, PS HSC (Ghent). Entah apa maksud gelar-gelar tersebut.
Bagi yang telah membaca buku pertama serial keluarga Flood ini, tentu saja tidak asing lagi dengan gaya bertutur Colin Thompson. Tidak berbeda dengan Tetangga Menyebalkan, Colin Thompson tetap heboh bermain kata-kata sambil menyenggol saraf humoris pembaca. Dan meski masih tetap menyajikan humor gelap versi dirinya sendiri –baca saja ending yang dialami hidup Orkward Warlock, Sekolah Sihir ini bisa menjadi bacaan bagi segala usia, dengan catatan, telah bisa memahami humor yang disampaikan si penulis. Karena, kalau tidak, mungkin saraf humoris pembaca tidak akan tergelitik sama sekali.
Di tengah kesuntukan membaca bacaan-bacaan yang serius yang membuat kening berkerut-kerut, buku ini akan menjadi sajian yang bisa menghibur dan mereduksi ketegangan. Dan, mesti saya akui, saya masih tidak bisa melepaskan diri dari pesona Keluarga Flood, keanehan-keanehan dunia sihir termasuk para penyihirnya sendiri dan terutama, sihir kata dan kisah dari si gendeng Colin Thompson. Satu lagi, saya tetap membayangkan yang tidak-tidak ketika Mordonna membuka Pertandingan Hari Olahraga, dan semua ayah yang hadir mendadak duduk tegak dan berseru, "Lepaskan! Lepaskan!" Colin memberikan catatan kaki –seperti biasanya- untuk seruan ini, tapi saya tidak percaya yang ia maksudkan itu kacamata hitam Mordonna.
Setelah dua buku Keluarga Floood diterbitkan oleh Atria -imprint dari Penerbit Serambi yang dikhususkan untuk menerbitkan buku praremaja, remaja, dan genre fiksi yang tidak mungkin diterbitkan oleh Gita Cerita Utama Serambi, masih ada buku lain yang menanti diterbitkan. Sudah lima buku Keluarga Flood yang dipublikasikan oleh Colin Thompson (Neighbours, Playschool, Home & Away, Survivor, dan Prime Suspect), sedangkan edisi asli buku keenam, The Great Outdoors, dijadwalkan terbit Februari 2008.
Dan, sekali lagi, saya ingin mengutip kata-kata si butawarna gendeng Colin Thompson yang saya dapatkan dari website-nya:
"I have always believed in the magic of childhood and think that if you get your life right that magic should never end. I feel that if a children's book cannot be enjoyed properly by adults there is something wrong with either the book or the adult reading it. This of course, is just a smart way of saying I don't want to grow up."
Atas usul si Katak, Orkward memutuskan untuk menghabisi keluarga Flood pada Hari Olahraga Tahunan. Saat itu, orang-orang di luar komunitas Quicklime College memang diundang hadir; orang tua, saudara-saudara, alumni yang masih hidup dan mati, dan tamu-tamu lain dari berbagai dunia dan dimensi. Rencana lain yang kemudian berkembang dalam pikiran Orkward, setelah menghabisi keluarga Flood, ia akan meninggalkan Quicklime College untuk selama-lamanya. Untuk mewujudkan rencana jahatnya, Orkward tidak saja membutuhkan si Katak, tapi juga Matron, Ibu Asrama yang selalu didampingi dua susternya, Romeo dan Juliet, sepasang burung gagak besar ; dan Narled, si makhluk setengah manusia setengah koper yang menghabiskan waktunya mengumpulkan barang-barang dan membawa ke tempat penyimpanan hartanya yang legendaris.
Bagaimana Orkward mewujudkan rencananya, selengkapnya akan kita temukan dalam buku kedua Keluarga Flood Sekolah Sihir ini. Sudah bisa dipastikan, Keluarga Flood tidak akan terguncang dengan ulah Orkward. Tapi, perguliran cerita kali ini tetap akan mendorong keingintahuan pembaca, bagaimana, sekali lagi, Colin Thompson menuntaskan kisahnya yang gila-gilaan, kocak, dan kaya raya humor.
Seperti buku pertama, buku ini akan dibuka dengan kata MEMBOSANKAN yang cukup besar (apa maksudnya, tentu saja akan langsung diketahui pembaca begitu melihat gambar yang ada). Setelah itu, setiap bab akan dimulai dengan sebuah gambar tengkorak yang bagian dahinya bertuliskan nomer bab, kecuali untuk bab 4, 6, 8, 10, 13, 15, dan epilog.
Pada bab 4, 6, 8, 10, 13, dan 15 kita akan berkenalan dengan beberapa guru Quicklime College sekaligus dengan mata pelajaran yang diajar. Mereka adalah Radius Leg, guru Olahraga Sampai Sakit (bab 4); Prebender Glorious, guru Menghilangkan Diri (bab 6); Nona Phyllis, guru Keturunan Istimewa (bab 8); Doktor Mordant, guru Teknik Rekayasa Genetika (bab 10); Aubergine Wealth, guru Ekonomi dan Bentuk-bentuk Lain Perampokan (bab 13) serta Mademoiselle Fifi la Venus, guru Elokusi dan Melolong (bab 15). Selain guru-guru itu, tentu saja ada guru-guru lain, yang menurut Colin Thompson tidak cukup waktu dan halaman untuk diceritakan (hlm. 224), dan Profesor dengan sederet gelar, Profesor Throat, NB, PDF, PS HSC (Ghent). Entah apa maksud gelar-gelar tersebut.
Bagi yang telah membaca buku pertama serial keluarga Flood ini, tentu saja tidak asing lagi dengan gaya bertutur Colin Thompson. Tidak berbeda dengan Tetangga Menyebalkan, Colin Thompson tetap heboh bermain kata-kata sambil menyenggol saraf humoris pembaca. Dan meski masih tetap menyajikan humor gelap versi dirinya sendiri –baca saja ending yang dialami hidup Orkward Warlock, Sekolah Sihir ini bisa menjadi bacaan bagi segala usia, dengan catatan, telah bisa memahami humor yang disampaikan si penulis. Karena, kalau tidak, mungkin saraf humoris pembaca tidak akan tergelitik sama sekali.
Di tengah kesuntukan membaca bacaan-bacaan yang serius yang membuat kening berkerut-kerut, buku ini akan menjadi sajian yang bisa menghibur dan mereduksi ketegangan. Dan, mesti saya akui, saya masih tidak bisa melepaskan diri dari pesona Keluarga Flood, keanehan-keanehan dunia sihir termasuk para penyihirnya sendiri dan terutama, sihir kata dan kisah dari si gendeng Colin Thompson. Satu lagi, saya tetap membayangkan yang tidak-tidak ketika Mordonna membuka Pertandingan Hari Olahraga, dan semua ayah yang hadir mendadak duduk tegak dan berseru, "Lepaskan! Lepaskan!" Colin memberikan catatan kaki –seperti biasanya- untuk seruan ini, tapi saya tidak percaya yang ia maksudkan itu kacamata hitam Mordonna.
Setelah dua buku Keluarga Floood diterbitkan oleh Atria -imprint dari Penerbit Serambi yang dikhususkan untuk menerbitkan buku praremaja, remaja, dan genre fiksi yang tidak mungkin diterbitkan oleh Gita Cerita Utama Serambi, masih ada buku lain yang menanti diterbitkan. Sudah lima buku Keluarga Flood yang dipublikasikan oleh Colin Thompson (Neighbours, Playschool, Home & Away, Survivor, dan Prime Suspect), sedangkan edisi asli buku keenam, The Great Outdoors, dijadwalkan terbit Februari 2008.
Dan, sekali lagi, saya ingin mengutip kata-kata si butawarna gendeng Colin Thompson yang saya dapatkan dari website-nya:
"I have always believed in the magic of childhood and think that if you get your life right that magic should never end. I feel that if a children's book cannot be enjoyed properly by adults there is something wrong with either the book or the adult reading it. This of course, is just a smart way of saying I don't want to grow up."
0 comments:
Post a Comment