Judul : Tiga Venus
Penulis : Clara Ng
Editor : Hetih Rusli
Tebal : 296 hlm; 20 cm
Cetakan 1, Maret 2007
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Syahdan, pada zaman modern ini, di sebuah kompleks perumahan di Jakarta, hiduplah 3 orang perempuan dewasa berusia awal 30. Mereka memiliki 3 kehidupan yang berbeda yang tidak saling berhubungan. Emily, seorang perempuan lajang, direktur sebuah perusahaan perhiasan, tidak suka anak-anak tapi suka kucing, dan tidak bisa masak. Ia memandang pernikahan bukan sebagai institusi romantis, tetapi sebagai merger 2 perusahaan besar. Juli, seorang ibu rumah tangga, bersuami satu (Kevin), beranak 3 (Maretta, Marcello, dan Nico), memiliki usaha katering sebagai tanda jago masak, beribu mertua yang tidak pernah cocok dengannya, dan saat ini hamil lagi. Lies, seorang janda, guru sastra SMU; pembaca ratusan novel; sebelum bercerai dengan Orien, suaminya, dia pernah menjadi sansak bagi kepalan tangan suaminya yang tampan.
Kecuali
Lies, 2 perempuan yang lain sepertinya tengah berjalan di jalan hidup
yang mereka idamkan. Lies sendiri pernah bercita-cita menjadi bintang
terkenal, sayangnya tidak memiliki aura bintang, dan seperti orang
tuanya, jadilah Lies seorang guru. Sampai saat ini, Lies belum bisa
melupakan Orien, termasuk bogem mentahnya.
Sesungguhnya
tidak ada yang terlalu rumit dalam hidup mereka bertiga. Sebagai ibu
rumah tangga, wajar kalau Juli harus menghadapi anak-anak yang tengah
nakal-nakalnya dan suami yang ogah repot mengawasi anak-anak. Sebagai
guru, jamak bagi Lies menghadapi siswa yang kerap keluar jalur, dan
mengusik ketenangannya ketika kehilangan jalan keluar. Sebagai direktur,
lumrah bagi Emily jika harus melayani kerewelan bos.
Hanya,
3 peran yang mereka jalani dalam hidup membuat mereka nyalang pada
sebuah dini hari, saat terjadi gerhana bulan, ketika sebuah bintang
terpental jatuh, lalu 3 peristiwa terjadi, dan 3 keinginan tercetus.
Paginya, Lies terbangun sebagai Emily, Emily sebagai Juli, dan Juli sebagai Lies. Mereka bertukar peran, jiwa beralih tubuh.
Paginya, Lies terbangun sebagai Emily, Emily sebagai Juli, dan Juli sebagai Lies. Mereka bertukar peran, jiwa beralih tubuh.
Demikianlah awal kisah Tiga Venus
karya Clara Ng. Selanjutnya sudah bisa diperkirakan apa yang akan
terjadi. Ketiga perempuan ini terpaksa harus menjalani kehidupan yang
tidak mereka miliki sebelumnya, tidak mereka inginkan. Segera mereka
terperangkap dalam kabut kebingungan, kesalahpahaman, dan ketidaktahuan
yang melahirkan kelucuan.
Bayangkan
saja. Emily yang belum berani berkomitmen dengan seorang laki-laki dan
tidak suka anak-anak mendapatkan jiwanya dalam tubuh Juli yang hamil,
serumah dengan suami dan anak-anak Juli. Lies yang sederhana harus
menjadi direktur perusahaan dalam tubuh Emily, bergaul dengan
rekan-rekan Emily, termasuk dengan pria-pria setipe Emily -yang tidur
dengan banyak lawan jenis, tapi enggan berkomitmen. Juli sendiri menjadi
guru sastra dalam tubuh Lies yang sangat menyukai busana serbagelap,
dan bertemu dengan guru matematika yang menyukai Lies, padahal Lies
belum ingin membuka diri bagi laki-laki lain.
"Kau
tidak akan pernah bisa memahami seseorang hingga kau melihat segala
sesuatu dari sudut pandangnya... hingga kau menyusup ke balik kulitnya
dan menjalani hidup dengan caranya".
Kalimat yang disitir Clara Ng dari To Kill a Mockingbird ini agaknya yang mencetuskan ide novel ini. Selain Clara memang menyertakan kalimat ini dalam bukunya, Tiga Venus
jelas-jelas mengusung ide 'menyusup ke balik kulit' seseorang.
Sesungguhnya ide menyusup ke balik kulit seperti ini bukan ide yang
benar-benar baru. Ide yang sama, meski dalam konteks dan dengan teknik
penyajian berbeda, telah dituangkan Andrei Aksana dalam sebuah
novel metropop berjudul Pretty Prita. Dan ide dalam Pretty Prita bisa ditelusuri sampai ke kedalaman perfilman Holywood. Ide yang sangat mirip dengan Pretty Prita bisa kita temukan dalam film Switch
(1991) yang menampilkan Ellen Barkin dan Jimmy Smits sebagai pemeran
utama. Seperti kata Clara (hal. 21) dalam percakapan Lies dan Stevan
soal The Da Vinci Code, memang banyak ide di luar sana. Mungkin
saja ide seseorang serupa dengan ide orang lain. Wajar. Tapi kalau
seorang pengarang memang benar-benar merenggut ide orang lain lalu
menyatakan diri sebagai pemilik ide tersebut, tentu saja tidak bisa
dinafikan begitu saja.
Ide
menyusup ke balik kulit seseorang berhasil diterjemahkan Clara dalam
alur cerita yang menarik dan enak dibaca, dibungkus dengan
kalimat-kalimat segar nan kocak yang akan menerbitkan senyum atau tawa.
Clara memang seorang penulis yang piawai. Ia sukses mengalirkan kisahnya
dengan lancar, tapi tetap terkendali. Hal ini senantiasa tercermin
dalam karya-karya Clara, baik yang terkesan 'normal' maupun yang aneh.
Trilogi Indiana Chronicle (Blues, Lipstick, Bridesmaid) dan Dimsum Terakhir terkesan 'normal'. Tapi Tujuh Musim Setahun, The (Un)Reality Show atau Utukki : Sayap Para Dewa terasa aneh dan unik. Tidak hanya ide yang dibentangkan Clara, tapi juga cara pengungkapannya. Dan meski cara pengungkapan Tiga Venus terkesan normal, jelas ide Clara di sini terbilang aneh bin unik.
Dalam Pretty Prita,
ide menyusup ke balik kulit milik Andrei Aksana hanya menimpa satu
orang –laki-laki ke perempuan dan berbeda nama- sehingga penggarapannya
tidak lebih sulit dibandingkan Tiga Venus yang mengorbankan tiga
karakter. Dalam hal ini Clara membutuhkan tingkat ketelitian yang cukup
tinggi. Maka, jika ia lengah, tak pelak pembaca akan menemukan
kejanggalan. Coba baca hal. 180, ketika Clara menyatakan, "Kemarin malam mereka bertukar ponsel dengan sembunyi-sembunyi seperti para sindikat pencuri mobil hendak beraksi".
Janggal. Yang berpindah tempat jelas hanya jiwa tiga perempuan ini,
tidak sekaligus dengan ponsel mereka. Apakah ketika jiwa mereka
berpindah tubuh di lokasi berbeda, ponselnya juga ikut pindah sehingga
harus dipertukarkan? Baca juga bagian yang menceritakan Juli (dalam
tubuh Lies) dan Emily (dalam tubuh Juli) menjenguk murid Lies yang
dirawat di rumah sakit. Clara memang tidak menceritakan adegan melawat
ke rumah sakit ini, tapi pembaca akan bertanya-tanya, apa yang terjadi
di sana? Juli (dalam tubuh Lies) tidak kenal dan tidak pernah melihat
murid itu sebelumnya. Kenapa yang diajak Emily (dalam tubuh Juli) dan
bukan Lies (dalam tubuh Emily)? Perhatikan bahwa jika penulis
menarasikan kisah tiga "tubuh" perempuan tersebut, ia selalu menggunakan
nama "jiwa" di dalam tubuh tersebut.
Meski
Clara membentangkan narasinya dengan lancar dan memikat, ada hal yang
terasa kurang digarap Clara. Khususnya pengalaman Lies saat menghadapi
hari-hari awal di kantor Emily (dengan tubuh Emily) yang berpotensi
menimbulkan kekocakan. Mereka bertiga memang membangun komunikasi untuk
meminimalkan keanehan yang bisa menerbitkan kecurigaan tokoh-tokoh
pelengkap novel, tapi pada kondisi tertentu mereka juga biasa kehilangan
kendali. Apa yang terjadi dengan 'jiwa' Lies saat mengawali hari-hari
awalnya di kantor ketika ada hal-hal yang ditemukannya secara mendadak
dan tidak sempat dikomunikasikan ke jiwa 'Emily'? Hanya diinformasikan
begitu saja lewat tuturan Lies. Padahal di bagian lain, dengan porsi
yang cukup Clara mengisahkan apa yang dialami 'jiwa' Juli dan 'jiwa'
Emily.
Tapi ketika membaca Tiga Venus
hingga akhir, justru kita akan menemukan jika Lies lah yang mendapatkan
manfaat terbesar dari pertukaran jiwa yang dialaminya. Pada akhirnya,
ia mendapatkan penyelesaian dari satu masalah kehidupan yang sangat
mengganggu ketenteraman hidupnya.
Dalam Tiga Venus, Clara Ng yang juga dikenal sebagai penulis serial buku anak seperti Berbagi Cerita, Berbagi Cinta; Sejuta Warna Pelangi; Stories From the Heart menunjukkan
kegemarannya membaca buku seperti Lies. Maka, kita juga akan menemukan
serpihan-serpihan kalimat yang dipulung Clara dari berbagai halaman
buku. Selain buku To Kill a Mockingbird, juga The Catcher in the Rye, Gone With the Wind, dan The Solitaire Mystery.
Secara keseluruhan bisa disimpulkan bahwa Tiga Venus
adalah novel yang memikat, menyentuh, dan mengharukan. Silahkan rasai
sendiri hasil upaya Clara, sang sahibulhikayat, yang bak seorang koki
meramu keajaiban dan 'kebiasaan' dalam adonan gurih kisah yang sarat
aroma perempuan ini.
0 comments:
Post a Comment