Judul Buku: 10 Things to Do Before I Die
Penulis: Daniel Ehrenhaft (2004)
Penerjemah: Maria Intan Ravenska
Tebal: 240 hlm; 20 cm
Cetakan: 1, Maret 2008
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama (GPU)
Apakah yang akan kaulakukan ketika secara mendadak mengetahui hidupmu tersisa 24 jam? Bagi Ted Burger, seorang remaja laki-laki berumur 16 tahun, ada 10 hal yang harus ia lakukan.
Semua
berawal ketika Ted Burger menghabiskan waktu pada hari pertama liburan
musim semi dengan Mike Singer - sahabatnya, dan pacar Mike, Nikki.
Mereka berada di restoran Circle Eat Dinner, tempat Ted menghabiskan
sebagian besar waktunya karena kesepian di rumahnya sendiri. Orang tuanya lebih suka menghabiskan waktu dalam perjalanan bisnis ketimbang bersama putra semata wayang mereka. Bersama Mark dan Nikki, Ted
memesan Paket Circle Eat #5, Burger/Fries Combo. Mark makan burgernya,
Nikki acarnya, sedangkan Ted makan kentang gorengnya.
"Dude, kau itu biasanya cuma ngomong. Sekali-sekali, ayo pikirkan sesuatu untuk kaulakukan," tiba-tiba di tengah acara makan mereka, Mark angkat bicara. Selain 'dude', Mark suka menyapa Ted Burger dengan nama Burger.
"Dude, kau itu biasanya cuma ngomong. Sekali-sekali, ayo pikirkan sesuatu untuk kaulakukan," tiba-tiba di tengah acara makan mereka, Mark angkat bicara. Selain 'dude', Mark suka menyapa Ted Burger dengan nama Burger.
Sudah empat bulan Ted memacari Rachel Klein. Rachel seorang gadis manis dengan
selera tinggi dalam berpakaian, cerdas, dan tergabung dalam organisasi
Amnesty International. Ted benar-benar menyukai Rachel kecuali saat
Rachel berpikir Ted naksir Nikki, mengeluh bahwa Ted terlalu kerap
nongkrong di Circle Eat Diner, dan tidak mau melakukan 'itu' sampai ia
'siap'. Pada musim semi itu Rachel terlibat rencana penyelenggaraan retreat
Amnesty International. Ted telah memutuskan bergabung meski untuk itu
ia harus menulis esai.
Secara
mendadak, di tengah-tengah perbincangan 'pikirkan sesuatu untuk
kaulakukan' itu, Ted merasa tidak enak badan. Mengingat ia juga punya
janji dengan Rachel, Ted memutuskan pulang. Tapi, Mark memaksa Ted
membuat daftar 10 hal yang harus Ted lakukan selama musim semi.
Maka lahirlah ide-ide di atas napkin dari meja restoran. Pertama, melepas keperjakaan.
Rachel memang tidak mau melakukan 'itu' sampai ia 'siap'. Tapi
menurut si pencetus ide, Nikki, malam ini ketika Ted bertemu Rachel,
adalah saat yang tepat untuk melakukan 'itu'. Padahal, menurut Rachel,
berciuman saja harus minta izin terlebih dahulu. Kedua, nge-jam bareng Shakes The Clown. Ted adalah penggemar nomor satu band asal Brooklyn ini dan bisa 'diare mulut' hanya untuk mengoceh tentang mereka. Ketiga, PESTA bareng Shakes The Clown dan keempat, membalas Billy Rifkin. Billy Rifkin adalah duri dalam daging Ted saat kelas enam.
Sambil
berkutat dengan vertigo, mual, dan tinnitus yang membuatnya mengira
menderita penyakit Ménière, Ted bertemu Rachel yang menuduhnya habis
mabuk-mabukan. Lalu, ketika ngobrol lewat telepon dengan ayah Mark, Ted
malah dibilang hypochondriac -orang yang terlalu
mengkhawatirkan kesehatannya. Ted baru mengetahui sesungguhnya apa yang
ia alami ketika Mark dan Nikki datang memberitahunya. Leo -tukang
masak sinting di Circle Eat Diner- telah meracik sejenis racun dan
mencampurnya ke dalam kentang goreng yang Ted makan. Itulah yang
membuat Ted sakit dan hidupnya tersisa dua puluh empat jam.
"Apakah kau pernah benar-benar hidup, Burger?" Pertanyaan yang pernah dilontarkan Mark menyengat Ted. Maka, lahir lagi ide-ide selanjutnya. Kelima, lakukan sesuatu yang sangat berjasa. Seperti menyelamatkan bayi dari gedung terbakar. Keenam, benar-benar PERGI ke salah satu negara dunia ketiga yang selalu dibicarakan Rachel dan lakukan sesuatu yang positif DI SANA. (Seperti Nigeria atau mana pun. Tapi secepatnya.). Ketujuh, merampok bank. Kedelapan, melakukan hal sinting, seperti bungee jump dari George Washington Bridge. Yang diikuti ide-ide kesembilan, memulai agamamu sendiri dan kesepuluh, cari sesuatu untuk dinamakan menurut namamu (seperti taman atau air mancur.).
Apakah
Ted bisa melakukan 10 hal itu? Setelah melalui
serangkaian kejadian yang membuatnya untuk pertama kalinya benar-benar
merasa hidup, apakah Ted benar-benar mati? Apakah Ted benar-benar
mengidap penyakit Ménière? Semuanya akan dijawab dengan menarik pada
bagian-bagian novel selanjutnya. Yang jelas, setelah jadi Malaikat
Penendang Wajah, Ted tahu, Burger yang tidak pernah benar-benar hidup
telah menjelma Ted yang benar-benar merasa hidup. Dan simultan dengan
transformasi Ted, penulis menyingkap beberapa kebenaran sederhana
mengenai cinta antara Mark dan Nikki serta cinta Ted dan Rachel dengan manis.
Novel
yang oleh GPU dimasukkan dalam kategori TeenLit ini merupakan karya
Daniel Ehrenhaft, penulis sejumlah buku anak-anak dan fiksi Young Adult (YA). Lelaki kelahiran Washington (AS) 12 Agustus 1970 ini telah menerima Edgar Allan Poe Award tahun 2003 untuk kategori Best Young Adult Novel berkat novel YA-nya, The Wessex Papers. Selain 10 Things to Do Before I Die (10 Hal yang Harus Dilakukan Sebelum Aku Mati), Daniel Ehrenhaft yang suka menggunakan pseudonim Daniel Parker dan Erin Haft ini telah menulis The Last Dog on Earth, The After Life, Drawing a Blank, Tell it to Naomi, 21 Proms, dan tentu saja 3 volume The Wessex Papers (Trust Falls, Fallout, dan Outsmart).
Bisa dikatakan 10 Things to Do Before I Die adalah sebuah novel YA yang tidak biasa. Meski masih ditulis dengan gaya
khas novel YA, novel ini tidak sekedar mengumbar kisah cinta monyet
yang kian lama kian menjenuhkan dibaca. Memang masih terdapat kisah
cinta remaja di dalamnya, yang untungnya tidak basi, tapi tema
utamanya bukan kisah cinta. Tema utama dalam novel berpusar pada proses
kelahiran kembali Ted Burger dari Burger menjadi Ted. Tapi harus
diakui, Burger yang belum lahir kembali memang kurang utuh digambarkan.
Pernyataan, "Seumur hidup aku berjuang memaksakan aturan di dalam ketidakaturan, untuk membangun dinding rutinitas dan penghalang," (hlm. 225) yang menggambarkan tentang Burger kurang bisa saya pahami sampai selesai membaca seluruh novel.
Namun, 10 Things to Do Before I Die termasuk novel yang mengasyikkan. Menggunakan Ted Burger sebagai
narator, Daniel Ehrenhaft mengindikasikan dirinya sebagai penulis kreatif
yang tidak pernah kehilangan selera humor. Banyak ungkapan-ungkapannya
yang menggelitik, metafora yang tidak biasa, dan istilah-istilah yang orisinil (seperti pencandu obat pujian atau diare mulut).
Caranya bernarasi terbilang hidup dengan judul-judul per bagian yang
unik. Coba simak contohnya: Pecundang Cengeng; Jenis Cowok dengan
Pola Pikir Gelas Setengah Penuh; Surga Kebetulan yang Luar Biasa; Dunia
Berbentuk Donat; Okeydokey, Artichokeyt; Kematian Seorang Badut. Yang paling konyol, tentu saja, Kematian Seorang Badut yang terdiri atas 3 versi penglihatan yang menurut Ted mungkin dilihatnya ketika mati.
Daniel
Ehrenhaft mendeskripsikan karakter ciptaannya dengan menarik dan
jenaka. Sosok Ted Burger diceritakan memiliki suara seperti sepeda tua
karatan, berambut brekele, dan bertubuh tinggi kerempeng, berjari-jari kayak
ranting, jago bikin kacau, tidak gampang percaya, dan badut kacangan.
Mark, bermata cokelat liar karena yakin sejak kecil bahwa sesuatu yang
tidak biasa dan ajaib bisa terjadi kapan saja dan entah bagaimana ia
akan terlibat dalam kejadian itu. Apa yang Ted Burger alami membuktikan
kebenaran keyakinan tersebut. Oh ya, saya suka pemikiran cerdas Mark
mengenai 'dunia berbentuk donat' dan 'kematian Burger'. Sedangkan
Nikki, digambarkan sebagai gadis penggemar warna hitam dan
bermata seperti batu onyx yang tenang hingga mirip alien.
Pikirannya sangat aktif, selalu memikirkan segala hal dalam-dalam;
kejadian dan percakapan yang sederhana sekalipun.
Sebagian
besar isi novel berlangsung hanya dalam tempo satu hari. Di antaranya ada
sedikit bagian yang dipaparkan dengan teknik kilas balik. Sisanya,
bagian-bagian akhir dan epilog yang diceritakan setelah hari kejadian
utama, memakan porsi penceritaan yang tidak banyak.
Dari
melimpahnya novel TeenLit terbitan GPU, menurut saya, novel ini adalah
salah satu koleksi yang enak dibaca. Dan melihat penggunaan narator
yang bergender laki-laki, cara bercerita, serta tema cerita yang
inspiratif, mungkin novel ini bisa dinobatkan sebagai TeenLit (YA
Fiction) remaja laki-laki, yang kebetulan, ditulis penulis laki-laki.
0 comments:
Post a Comment