Judul Buku: The Akhenaten Adventure
Penulis: P. B. Kerr (2004)
Penerjemah: Utti Setiawati
Penyunting: Akmal N. Basral & Fahmi
Tebal: 13,5 X 20 cm; 416 hlm.
Cetakan: 1, Maret 2008
Penerbit: Matahati
Penerjemah: Utti Setiawati
Penyunting: Akmal N. Basral & Fahmi
Tebal: 13,5 X 20 cm; 416 hlm.
Cetakan: 1, Maret 2008
Penerbit: Matahati
Kisah Anak-Anak Lampu: Parodi Firaun Bidah
Konon, jin adalah makhluk supranatural yang paling menarik. Kendati tinggal di tengah manusia sejak awal zaman, hanya sedikit manusia yang benar-benar melihat jin. Jin yang muncul pertama kali dalam mitologi Arab, disebut sebagai makhluk yang diciptakan Tuhan dari api lembut. Jin, katanya, diciptakan bersamaan dengan saat Tuhan menciptakan manusia dari tanah. Sebagian manusia mengganggap jin sangat jahat dan percaya jika jin menghabiskan hidup untuk menunggu seseorang membebaskan mereka dari dalam wadah tertutup seperti botol atau lampu. Padahal keduanya tidak sepenuhnya benar.
Menurut sejarah jin yang diurai P. B. Kerr, penulis serial Children of the Lamp, jin terbagi dalam 4 suku: Ghul, yang tidak dapat dipercaya dan suka berubah bentuk; si'la, yang culas seperti Ghul dan memiliki bentuk yang tidak konsisten; ifrit, yang biasanya lebih tua, lebih kuat, lebih cerdas dari jenis jin lain dan bisa berkelakuan baik atau jahat; shaitan,
jin jahat yang memiliki kemampuan membujuk manusia untuk berbuat
jahat. Suku shaitan dipimpin oleh Iblis, yang dulunya pernah tinggal di
surga dengan malaikat. Ketika dituntut Tuhan untuk bersujud di hadapan
manusia, Iblis memberontak dan diusir dari surga.
Dibanding
manusia, jin memiliki kekuatan yang jauh lebih besar. Kekuatan
tersebut diberikan Tuhan untuk menguji jahat-baiknya si jin. Jika jin
bersikap jahat, manusia punya cara untuk mengatasinya. Salah satu cara
yang populer adalah menjebak jin ke dalam tempat yang membuat mereka
terkurung dan hanya bisa dibebaskan manusia, botol atau lampu. Jika
manusia membebaskan mereka, jin akan menghadiahi tiga permintaan yang
pasti terwujud.
Lewat Children of the Lamp,
P. B. Kerr menghidupkan kisah para Jin dalam nuansa dongeng mutakhir.
Para jin yang menjadi pengguna ponsel ini tidak lagi mesti tinggal dalam
botol sebelum dibebaskan manusia. Mereka memiliki kehidupan yang baik
dan bisa melanglang buana kapan saja. Hanya mereka kerap terserang
penyakit turunan, yaitu klaustrofobia, gara-gara 'trauma' terjebak
dalam lampu atau botol. Untunglah ada obat untuk mengatasinya, pil
arang. Sebagai penjaga semua keberuntungan di alam semesta, jin tetap
bisa memberikan manusia tiga permintaan. Bahkan, hanya dengan mendengar
manusia berharap sesuatu dan jin tersentuh,
harapan itu akan menjelma nyata. Masalah permintaan dalam dunia jin
diatur oleh protokol yang disebut The Baghdad Rules.
Berbeda
dengan sejarah jin, Kerr memilah dunia jin ke dalam 6 suku dan
bukannya 4. Mereka terdiri atas marid, jinn, jann, ifrit, syaitan dan
ghul. Kerr juga menyatakan jika Iblis adalah jin paling kuat dari suku
Ifrit (bukan syaitan). Ketika diberi pilihan untuk memilih kebaikan
atau kebatilan, marid, jinn dan jann memilih kebaikan, sisanya memilih
kebatilan. Suku-suku jin yang jahat �ifrit, syaitan, dan ghul-
melakukan hal-hal yang mengerikan. Tidak hanya kepada sesama jin, tapi
juga kepada manusia.
Selain itu dalam dunia jin, Kerr menciptakan apa yang disebut homoeostatis, yaitu keseimbangan antara kebaikan dan kebatilan yang diukur menggunakan alat seperti jam bundar besar yang disebut tuchemeter.
Ketika jin jahat melakukan tindak kejahatan, jarum tuchemeter akan
menunjuk ke kiri homoestatis yang berarti keadaan buruk (kanan berarti
baik).
Menjadi
jin diawali dengan tumbuh dan dicabutnya geraham bungsu pada anak jin.
Jika pada manusia, geraham bungsu atau gigi naga tidak mempunyai
tujuan yang jelas, pada jin, gigi-gigi itu adalah pertanda kekuatan jin
siap digunakan. Begitu gigi naga dicabut, kehidupan jin yang
sesungguhnya telah dapat dimulai dan orangtua tidak bisa lagi mencegah kehidupan jin si anak.
Hal
itu dialami sepasang anak kembar bernama John dan Philippa Gaunt pada
hari pertama liburan musim panas ketika mereka berusia 12 tahun. John
dan Philippa adalah anak dari Edward Gaunt, seorang bankir investasi
tajir dan baik hati yang tinggal di New York. Meski berpenampilan
jelek, Edward dikaruniai istri yang cantik. Layla, sang istri, adalah
jin perempuan yang bertangan dingin. Tetapi, kendati kehidupan mereka
bahagia, keduanya tidak bisa menepis takdir. Sudah takdir dalam dunia
jin, jin perempuan yang menikahi manusia akan melahirkan anak-anak jin,
dan jin laki-laki yang menikahi manusia hanya akan menurunkan
anak-anak manusia (ternyata jin berjenis kelamin). Hal ini berarti, John
dan Philippa tidak bisa menyangkal takdir mereka sebagai jin.
Sekalipun Layla telah berjanji kepada Edward untuk membesarkan si
kembar sebagai manusia normal.
Ketika
dibius total untuk pencabutan gigi naga, John dan Phillipa bermimpi.
Dalam mimpi mereka bertemu Nimrod, paman mereka, saudara Layla yang
tinggal di London. Nimrod mengundang mereka untuk berkunjung ke London.
Di
London, John dan Philippa mengetahui jati diri mereka. Sebagai jin
muda, si kembar wajib mendapatkan pelajaran tentang dunia jin lengkap
dengan penggunaan api lembut dalam diri mereka sebagai sumber kekuatan.
Selain Nimrod, ada Mister Rakshasas, jin penderita agorafobia, yang
bisa mengajari seluk-beluk dunia jin. Menurut Nimrod, pengetahuan dunia jin sangat penting bagi John dan Philippa. Apalagi sudah ada pekerjaan yang menanti mereka sebagai
bagian dari suku Marid. Untuk melatih John dan Philippa, tidak ada
tempat yang lebih tepat selain negara gurun Mesir, tempat jin akan
selalu berada dalam kondisi terkuat.
Sebelumnya
telah terjadi gempa bumi di Mesir yang membuat jarum tuchemeter
menunjuk ke arah kiri. Hussein Hussaout, seorang perampok makam yang
paling sukses di Mesir, telah menemukan artefak penting bagi dunia jin.
Artefak
temuan Hussein adalah peta lokasi makam Akhenaten, raja Mesir dari
Dinasti ke-18 yang dikenal sebagai suami Nefertiti. Untuk mendapatkan
artefak itu, Nimrod kukuh bersaing dengan suku Ifrit. Ia bahkan
menyanggupi permohonan Nimrod untuk mendapatkan 3 permintaan sekalipun
sadar hal itu akan mengurangi kekuatan hidupnya. Tentu saja, Iblis
tidak mau membiarkan Nimrod mendapatkan artefak tersebut. Ia memiliki
teknik sendiri untuk mengalahkan Nimrod. Dan Nimrod beserta si kembar
terpaksa mesti kembali ke London, bahkan meretas jalan ke Kutub Utara
untuk mempertahankan hidup mereka dan melindungi manusia.
Pertanyaannya,
mengapa penemuan makam Akhenaten yang dilahirkan sebagai Amenhotep IV
ini menjadi sangat penting bagi para jin seperti Iblis dan Nimrod?
Untuk
menjawab pertanyaan ini, P. B. Kerrr memelesetkan sebagian sejarah
yang dikenal umum tentang kehidupan Akhenaten dan pemerintahannya.
Seperti
diketahui, Amenhotep IV atau Akhenaten, memperkenalkan kepercayaan
monoteisme dengan jalan menyingkirkan semua dewi Mesir kuno (Isis,
Seti, Anbis, Thoth) dan melakukan penyembahan hanya kepada dewa matahari
yang bernama Aten. Revolusi agama yang dilakukan Akhenaten yang
membuatnya disebut Firaun Bidah berbuntut kepada hancurnya
pemerintahannya. Ia tidak bisa menangkis serangan musuh dan melarikan
diri untuk kemudian menghilang tanpa jejak.
Oleh
Kerr, disebutkan jika kekalahan Akhenaten disebabkan tidak hanya
serangan musuh, tetapi juga karena jin-jin yang tidak menyukai
Akhenaten. Bahkan, Kerr berhipotesis jika praktik pemujaan dewa matahari
ala Akhenaten sesungguhnya adalah pemujaan terhadap kekuatan kolektif
70 jin yang diikat Akhenaten (yang tentu saja, dalam novel ini, tidak
benar, jika Akhenaten adalah majikan para jin itu).
Ketika
Akhenaten melarikan diri dan menghilang tanpa jejak, diyakini ia telah
terkubur bersama dengan 70 jin yang diikatnya. Dengan jumlah yang
cukup banyak, wajarlah jika suku Ifrit (yang jahat) dan suku Marid (yang
baik) berkompetisi untuk menemukan makam Akhenaten. Yang lebih dulu
menemukan, akan menjadi majikan bagi 70 jin yang akan dibebaskan.
Berpihaknya 70 jin Akhenaten pada yang jahat, akan mengusik homoeostatis ke dalam keadaan buruk. Akibatnya, berbagai nasib buruk akan menimpa manusia (mundane),
masalah dan kecelakaan tak terhindarkan. Keadaan ini akan membuat jin
baik seperti suku Marid bekerja lebih keras untuk melawan kekuatan
nasib buruk. Pada gilirannya, kerja keras jin baik ini akan mempercepat
padamnya kekuatan mereka, mengancam kehidupan mereka, dan kemudian
akhirnya menghancurkan kehidupan mundane.
Apakah kebenarannya seperti itu? Penemuan Akhenaten dan jin koleksinya akan menjawab secara mengejutkan pertanyaan ini.
Tak pelak lagi dengan kehidupan jin beserta intrik dan misteri di dalamnya, The Akhenaten Adventure, buku pertama dari serial Children of the Lamp,
menjadi sebuah novel yang menarik. Kejutan-kejutan diciptakan dan
diolah dengan memikat, kemudian diasimilasikan dengan humor yang
menggelitik. Bayangkan, oleh Kerr, disebutkan jika Nimrod pendiri
Menara Babel (dalam Injil) sebagai leluhur jin. Disebutkan juga jin
suku Ifrit telah menciptakan banyak permainan judi yang merusak manusia
dan punya beberapa lusin kasino di Macao, Monte Carlo, dan Atlantic
City. Suku Ifrit juga dikatakan telah menyebabkan kebakaran besar di San
Fransisco pada tahun 1906 dan menyebabkan ledakan gunung Krakatau
tahun 1883 di Indonesia. Belum lagi, mumi Putri Amen-Ra yang diduga
menyebabkan karamnya kapal Titanic.
Kehidupan
Akhenaten yang diparodikan tidak hanya menjadi bagian yang
mengejutkan, tetapi juga menjadi bagian paling penting dari keseluruhan
novel. Di seputar kehidupan Akhenaten-lah kisah dalam The Akhenaten Adventure
ini berpusar. Untuk memperkuat cerita, Kerr menciptakan hantu
Akhenaten. Dan karena jin yang merasuki Akhenaten begitu kuat, saya
jadi bertanya, siapakah jin Ifrit yang merasuk ke dalam hantu
Akhenaten? Lalu, mengapa jin ini membiarkan dirinya menghilang bersama
Akhenaten?
P. B Kerr adalah pseudonim yang digunakan Philip Kerr, penulis kelahiran Edinburgh (1956), ketika menulis serial Children of the Lamp. Dengan nama Philip Kerr, ia telah menulis novel-novel seperti Trilogi Berlin Noir, A Philosophical Investigation, The Second Angel, dan Hitler's Peace. Novel-novel Children of the Lamp yang hak pembuatan filmnya telah dibeli Dreamworks telah terbit sebanyak 4 judul. Masing-masing adalah The Akhenaten Adventure (2004), The Blue Djinn of Babylon (2005), The Cobra King of Kathmandu (2006), dan The Day of the Djinn Warrior (2007). Novel kelima, Eye of the Forest terbit tahun 2009.
Bagi saya, setelah saptalogi Harry Potter (J. K. Rowling) dan Trilogi Bartimaeus (Jonathan Stroud), Children of the Lamp
menjadi serial yang wajib dibaca. Dunia fantasi produk P. B. Kerr yang
mengagumkan terasa sayang untuk dilewatkan. Jika dalam serial Harry
Potter J. K. Rowling menyebut manusia sebagai muggle, dalam Trilogi Bartimaeus Jonathan Stroud menyebut manusia sebagai comoner, dalam Children of the Lamp, P. B. Kerr menyebut manusia sebagai mundane. Meskipun terkesan mengekor untuk menciptakan istilah baru, ketiga serial ini memiliki kisah dengan keasyikan yang berbeda.
Edisi Indonesia Children of the Lamp #1 ini terbilang tidak mengecewakan karena bahasanya yang enak dibaca. Meski
tidak cukup mengganggu, pada cetakan berikutnya, kesalahan cetak
sebaiknya dihilangkan supaya kenikmatan membaca lebih terjaga.
1 comments:
Good respond in return of this matter with solid arguments and describing
the whole thing concerning that.
Also visit my webpage ... natural cellulite treatment
Post a Comment