11 February 2012

Sherlock Holmes and The Baker Street Irregulars (The Fall of the Amazing Zalindas)



Judul Buku: Sherlock Holmes and The Baker Street Irregulars: The Fall of the Amazing Zalindas
Penulis: Tracy Mack & Michael Citrin (2006)
Penerjemah: Maria Masniari
Tebal: 316 hlm; 20,5 cm
Cetakan 1, Februari 2008
Penerbit: Qanita




Sherlock Holmes mungkin menjadi karakter fiktif yang paling sering dihidupkan kembali lama setelah kematian penciptanya. Padahal sebelumnya pencipta Sherlock Holmes, Sir Arthur Conan Doyle (1859-1930), telah mengakhiri hidup karakter ini. Dalam cerpen "The Final Problem" (The Memoirs of Sherlock Holmes), dikisahkan Sherlock Holmes tewas dalam duel maut dengan lawan paling tangguh dalam karier detektifnya, Profesor Moriarty. Tetapi, atas desakan penggemar, Sherlock Holmes dihidupkan kembali dalam cerpen "The Adventure of the Empty House" (The Return of Sherlock Holmes). Ia menjadi kian terkenal sebagai detektif yang menggunakan metode penulusuran deduktif, pengungkapan detail, dan analisis saintifik dalam investigasi kasus.

Penggemar kisah-kisah Sherlock Holmes akan selalu mengenang tempat tinggalnya sejak tahun 1881 yaitu Baker Street 221 B dengan induk semangnya, Mrs. Hudson. Di tempat ini, Sherlock Holmes menghabiskan tahun-tahun bersama rekannya, Dokter John H. Watson, hingga rekannya ini menikahi Mary Morstan tahun 1890. Oleh Conan Doyle, Sherlock telah dihadirkan dalam 4 novel dan 56 cerpen. Dokter Watson, menjadi narator utama kisah-kisah petualangan Sherlock Holmes.

Seperti disebutkan sebelumnya, Profesor Moriarty adalah lawan Sherlock Holmes yang paling tangguh. Ia seorang lelaki berpendidikan tinggi dengan kecakapan alami dalam bidang matematika. Pada usia 21 tahun, profesor jenius ini menulis risalah tentang teorema binomial yag mengantarkannya sebagai profesor matematika di sebuah universitas Inggris. Sayangnya, ia memiliki kecenderungan bersikap kejam yang membuatnya dipaksa meninggalkan jabatan. Ia pindah ke London dan menjadi otak dari sejumlah kasus pemalsuan, perampokan, dan pembunuhan yang terjadi tanpa pernah tertangkap (The Memoirs of Sherlock Holmes). 

Dalam "The Final Problem", Sherlock Holmes menggambarkan Profesor Moriarty sebagai lelaki bak pertapa dengan tubuh kurus tinggi, bahu bungkuk, wajah pucat yang tercukur bersih, dagu menonjol keluar, dahi yang amat menonjol sehingga membentuk lengkungan, sepasang mata yang amat tenggelam ke dalam serta selalu menoleh ke kiri dan ke kanan bagai seekor reptil sedang mengawasi sekelilingnya. 

Lama setelah Sherlock Holmes dan Profesor Moriarty disudahi oleh Conan Doyle, Tracy Dawn Mark dan Michael Peter Citrin, sepasang suami-istri, melakukan kolaborasi guna menghidupkan kedua karakterf fiktif itu. Tracy Mark adalah seorang editor eksekutif di lini buku anak dan remaja Scholastic Press (NY), telah menulis novel Drawing Lesson dan Birdland. Sedangkan Michael Citrin bekerja sebagai asisten pengacara di New York City. Keduanya sepakat mengaku sebagai penulis.

Lewat Orchard Books (imprint dari Scholastic, Inc.), Tracy dan Michael menciptakan kisah petualangan Sherlock Holmes yang baru dalam novel berjudul Sherlock Holmes and the Baker Street Irregulars (The Fall of the Amazing Zalindas). Novel yang ditargetkan untuk pembaca berusia 9-12 tahun ini berisi kasus pertama dari serial Sherlock Holmes and the Baker Street Irregulars (Laskar Jalanan Baker Street) ala Tracy dan Michael.

Laskar Jalanan Baker Street adalah sebuah geng anak jalanan yang menjadi mata dan telinga Sherlock Holmes di jalanan. Mereka tinggal di gudang pabrik terbengkalai di pinggiran Baker Street yang mereka sebut Kastel dan membantu sang Master dalam banyak sekali kasus. Tetapi, hanya sedikit sekali disebut-sebut dalam kisah yang diceritakan Watson (hlm. 20). Karenanya, dalam 'Pendahuluan' (hlm. 21), oleh seorang anonim dari Inggris, hal ini dianggap sebagai kelalaian yang memalukan dan membutuhkan koreksi. Oleh karena itu, sudah saatnya Laskar Jalanan Baker Street tampil di permukaan. Lewat novel yang tidak ditulis dengan Watson sebagai narator. 

Mengapa Tracy dan Michael memusatkan perhatian kepada Laskar Jalanan Baker Street? Dalam wawancara imajiner Sherlock Holmes dan Michael-Tracy, Michael menyebut alasan bahwa dirinya telah menjadi penggemar Sherlock Holmes sejak berusia 11 tahun. Ia selalu bertanya-tanya mengapa laskar ini hanya disinggung dalam 2 cerpen dan 2 novel dari keseluruhan kisah tentang Sherlock Holmes (hlm. 23-24). "Kami ingin membuat Laskar Jalanan tampil dan lebih dikenal", demikian kata Michael. Untuk itu, ia berkolaborasi dengan istrinya menulis novel ini, pada saat dalam kapasitasnya sebagai editor, Tracy sadar tidak ada serial misteri tradisional untuk anak-anak. 

Oleh pasutri ini, disebutkan kalau Laskar Jalanan Baker Street terdiri dari 12 orang. Mereka adalah Wiggins, si pemimpin dengan seekor musang bernama Shirley; Ozzie (Osgood Manning), anggota baru; Rohan; Alfie (Elf); Elliot (Stitch); Alistair; Barnaby; Fetcher; Simpson; James; Peter; Shem (hlm. 277-278). Sayangnya, keberadaan mereka hanya disebutkan begitu saja. Setelah disinggung sedikit dalam bab 2, selanjutnya (kecuali Ozzie, Wiggins, Rohan, Alfie, dan Elliot), yang lain seolah-olah tidak ada. Dalam bab 26 mereka tampil hanya secara tersirat. Bahkan dalam cerita, kita tidak akan menemukan nama Alistair. Ia hanya muncul pada bagian lampiran. Mengapa Tracy dan Michael sampai melakukan pengabaian yang tidak perlu ini? Padahal menurut Tracy, "Kami terus-menerus membolak-balik draf naskah, menulis ulang, hingga kami berdua puas" (hlm. 24). Dan, catat, Tracy seorang editor!

Kisah petualangan dalam novel ini mengambil seting bulan September 1889. Jika dihubungkan dengan karya asli Conan Doyle, berarti terjadi sekitar 2 tahun sebelum duel maut Sherlock Holmes dengan Profesor Moriarty di Air Terjun Raichenbach (The Final Problem) yang terjadi 4 Mei 1891. Diceritakan pada waktu itu, kelompok Sirkus Grand Barboza sedang tampil di Taman St. John London. Pada malam musim gugur yang dingin, tim akrobat tali yaitu Walenda Bersaudara yang Mengagumkan (Wolfgang, Werner, Wilhelm), terjatuh gara-gara tali akrobat mereka putus. Mereka tewas dan menjadi catatan kecelakaan paling mengerikan dalam sejarah bisnis pertunjukan. 

Sherlock Holmes meminta Wiggins dan kawan-kawan untuk mencari informasi di seputar Sirkus Grand Barboza. Pilar, anak peramal yang mampu membaca gerak bibir, memaksa untuk membantu. Dari penyelidikan mereka diketahui bahwa pelempar pisau bernama Zoloft membenci Walenda Bersaudara. Sebenarnya Walenda Bersaudara terdiri atas 4 orang. Tetapi si bungsu, Cesar Walenda, seorang pemuda tampan dan lemah, telah kabur dengan Penelope, asisten yang dicintai Zoloft. Informasi lain yang mereka temukan menyebutkan jika Keluarga Terbang Jones, artis-artis trapeze, diuntungkan atas kematian Walenda Bersaudara.

Tetapi, tidak hanya itu. Simultan dengan penyelidikan Holmes, diketahui bahwa sebelum tewas, Walenda Bersaudara mulai menjauhkan diri dari anggota sirkus lain. Mereka mulai akrab dengan seorang penjual tali. Beberapa hari sebelum malam naas itu, Walenda Bersaudara (termasuk Cesar) pergi bersama Penelope. Ada yang melihat waktu mereka kembali ke Taman St. John bersama si penjual tali. Cesar dan Penelope tidak pernah terlihat sejak saat itu. Dalam penyelidikan, Ozzie berhasil mengetahui jati diri si penjual tali. 

Sebelum malam kematian Walenda Bersaudara, terjadi pencurian di Istana Buckingham. The Stuart Chronicle (Kronik Keluarga Stuart) yang berumur lebih dari 2 abad hilang dalam sebuah pencurian yang ganjil. Padahal, buku yang dikenal sebagai penuntun pemerintahan ini sangat berharga. Konon, tidak hanya karena rahasia di dalamnya, tetapi juga karena sampul buku ini dilapisi emas padat dan bertatah batu-batu mulia paling langka. Untuk menyelidiki kehilangan ini, Ratu Victoria meminta kesediaan Sherlock Holmes. 

Pertanyaannya, adakah hubungan antara peristiwa tewasnya Walenda Bersaudara dengan hilangnya The Stuart Chronicle

Sebagai novel yang didasarkan pada seting dan karakter ciptaan penulis lain ada hal-hal yang mesti mendapatkan perhatian khusus. Konsistensi dengan imajinasi penulis asli tentu saja harus dipertahankan sebaik-baiknya. Menurut saya, Alexandra Ripley, penulis novel Scarlett, melakukan dengan baik ketika menghidupkan kembali karakter-karakter ciptaan Margaret Mitchell dalam Gone With the Wind.

Dalam novel karya Tracy dan Michael ini, meski disingkirkan sebagai narator novel, Watson diceritakan mengikuti jalan penyelidikan. Jadi, pada tahun 1889 ini, Watson benar-benar mengetahui tentang Profesor Moriarty, si Napoleon Kejahatan (Napoleon of Crime). Padahal, dalam "The Final Problem" yang berseting tahun 1891, melalui percakapan Sherlock Holmes dan Watson, terungkap jika Watson belum pernah mendengar nama Profesor Moriarty. Memang, Conan Doyle sendiri pernah melakukan inkonsistensi soal pengetahuan Watson yang bertalian dengan Profesor Moriarty. Dalam "The Valley of Fear", yang berseting sebelum "The Final Problem" tetapi terbit belakangan, digambarkan jika Watson pernah mendengar soal Profesor Moriarty sebagai 'the famous scientific criminal'. Hanya, inkonsistensi yang dibuat Conan Doyle masih terbilang ringan dibanding yang dilakukan Tracy dan Michael yang tidak berhati-hati. Kalau begitu besarnya kasus kematian Walenda Bersaudara dan raibnya The Stuart Chronicle, tidak mungkin Watson tidak mengenal Profesor Moriarty dalam "The Final Problem" pada tahun 1891 kan?

Selain itu, karakterisasi Profesor Moriarty agak melenceng dari yang dibuat Conan Doyle. Jelas-jelas Sherlock Holmes mengakui ketangguhan Profesor Moriarty sebagai aktor intelektual serangkaian kejahatan. Holmes sempat mengatakan pada Watson akan memilih pekerjaan yang lebih enteng ketimbang sebagai detektif jika berhasil mengalahkan Moriarty. Tetapi dalam novel ini Profesor Moriarty tidak dihadirkan sebagai aktor intelektual dan terkesan 'kurang berpengalaman'. Bayangkan, Profesor tersohor yang dikagumi Holmes soal kejahatannya ini diceritakan tidak tahu apa sesungguhnya The Stuart Chronicle. Mungkin, hal ini bisa disebut sebagai 'pelecehan' terhadap musuh terbesar Holmes. 

Hal yang tampaknya tepat soal karakter Profesor Moriarty adalah penggambaran fisiknya yang kurus dan tinggi (hlm. 224) serta mata, kening, dan kesan umum yang dihadirkannya (hlm. 226). Sayangnya, ilustrasi isi sangat jauh dari gambaran yang diberikan. Coba lihat gambar pada halaman 251. Di situ, oleh ilustratornya (Randi Irawan dan M. Esnaini), Profesor Moriarty digambarkan botak dan sangat gemuk. 

Menghidupkan Laskar Jalanan Baker Street sebagai bagian paling penting dalam pemecahan kasus-kasus besar Sherlock Holmes terkesan berlebihan. Hal ini kemungkinan disebabkan karena duo penulis hendak menonjolkan tokoh anak-anak dalam novel konsumsi anak-anak. Hanya, kesan yang ada, seolah-olah setiap ada kasus besar, laskar tunawisma-yatim piatu inilah yang sangat diperlukan Sherlock Holmes. Penyingkiran Watson terkesan mengada-ada. Simak perkataan Wiggins, "Pekerjaan detektif yang kita lakukan membuat penampilan Watson terlihat buruk. Itulah sebabnya dia tidak menulis lebih banyak tentang kita dalam cerita-ceritanya," (hlm. 64). Atau penuturan Ozzie, "Selain itu, dia (Watson) sedikit iri karena Master membutuhkan kita. Sejauh yang kuketahui, Master bahkan tidak mengajak Watson memecahkan kasus-kasus besar karena dia tidak dapat menyimpan rahasia."

Tetapi, terlepas dari kejanggalan-kejanggalan yang ada, dilihat sebagai novel yang berdiri sendiri, Sherlock Holmes and The Baker Street Irregulars (The Fall of the Amazing Zalindas) adalah sebuah novel yang bagus dan enak dibaca. Khususnya untk penambahan karakter Ozzie, tampaknya dirancang dengan baik.  Ia dihadirkan sebagai pekerja magang di kantor duplikat dokumen Oxford milik Jack Crumbly karena kasus kali ini akan berhubungan dengan pekerjaannya.

Membaca novel ini, dalam setiap bab, kita akan menemukan sebuah huruf berukuran lebih besar dan lebih tebal dari huruf-huruf lain. Jika dijadikan satu, kita akan menemukan misteri lain, yang kemungkinan, mengarah pada kisah petulangan Sherlock Holmes dalam "The Final Problem". Setelah novel berakhir, kita disuguhkan dengan hal-hal seperti Ilmu Menarik Kesimpulan ala Sherlock Holmes yang diambil dari cerpen "The Adventure of the Blue Carbuncle" (The Adventures of Sherlock Holmes), cara membuat bahasa slang berima ala Cockney, glosarium bahasa slang yang digunakan dalam novel, dan Pelajaran tentang Seni Penyamaran Khas Detektif.
 

0 comments:

Post a Comment

Recommended Post Slide Out For Blogger
 

Blog Template by Blogger.com

Author: Jody Setiawan