Judul : Kill!
Diterjemahkan dari : The Straw Men (2002)
Penulis: Michael Marshall
Penerjemah: Ella Elviana
Tebal: 524 hlm; 14 X 21 cm
Cetakan: 1, Juli 2007
Penerbit: Dastan Books
Teori Konspirasi Manusia Tegak
Michael Marshall -lengkapnya Michael Marshall Smith, adalah penulis asal Inggris yang telah menghasilkan berbagai karya berupa novel, cerita pendek, novella, maupun skenario film. Novel perdana lelaki kelahiran Inggris tahun 1965 ini, Only Forward (1994), yang ditulis menggunakan nama Michael Marshall Smith, telah memenangkan August Derleth Award dan Philip K. Dick Award. Marshall tercatat sebagai penulis yang beberapa kali memenangkan BASF Award (kategori fiksi pendek) dan British Fantasy Award. The Straw Men adalah novel keempat Marshall setelah Only Forward, Spares (1996), dan One of Us (1998).
Edisi Indonesia The Straw Men diterbitkan Penerbit Dastan
dengan judul baru, KILL!. Pada sampul depan yang provokatif, ada
embel-embel kalimat: EVOLUSI HARUS BERLANJUT. Mereka yang membunuh Akan Terselamatkan. Mereka Yang Tidak, Menjadi Korban...
Kill! dibuka
dengan sebuah kejadian berdarah yang terjadi pada 30 Oktober 1991 di
sebuah restoran McDonald di Palmerston, Pennsylvania. Di tengah-tengah
acara makan siang, dua orang pria menghamburkan peluru dari senapan
semiotomatis dan menewaskan 68 orang. Salah satu pembunuh, yang masih
remaja, tewas dibunuh oleh pasangannya yang lebih tua, yang segera
menghilang pasca kejadian.
Sepuluh
tahun kemudian –masa kini dalam novel- seorang mantan agen CIA
bernama Ward Hopkins, kembali ke Dyesburg, Montana. Ia datang karena
kematian kedua orang tuanya akibat kecelakaan mobil. Sehari setelah
pemakaman, secara kebetulan, Ward menemukan sebuah novel terselip dalam
sofa milik ayahnya, dengan secarik kertas bertuliskan: "Kami tidak
mati."
Sementara
itu, John Zandt yang telah meninggalkan pekerjaannya sebagai detektif
LAPD dan menghabiskan waktunya di Pimonta, Vermont selatan, dikunjungi
oleh Nina Baynam, seorang agen FBI. Dua tahun sebelumnya mereka
terlibat pengusutan kasus menghilangnya beberapa gadis remaja. Mereka
sempat terlibat perselingkuhan sampai akhirnya Karen Zandt, putri John,
menjadi korban kelima. John menemukan tersangka penculiknya. Nina
datang untuk mengajak Zandt melanjutkan investigasi mereka. Di Santa
Monica, seorang gadis remaja bernama Sarah Becker diculik dan hilang
bagaikan ditelan bumi. Diduga, penculik yang sama yang dulunya digelari
Anak Tukang Kirim (The Delivery Boy) beraksi kembali. Padahal John
telah membunuh tersangka penculik gadis remaja yang memproklamasikan
dirinya sebagai si Manusia Tegak (The Upright Man).
Setelah
melakukan penculikan, si Manusia Tegak memiliki kebiasaan mengirimkan
sweter dengan sulaman nama korban menggunakan rambut korban sendiri
kepada keluarganya. Tapi, Nina menemukan rambut yang digunakan pada
sweter Sarah adalah rambut Karen.
Pesan
singkat Donald Hopkins membuat Ward terusik dan ingin tahu secara
persis peristiwa tabrakan yang merenggut nyawa kedua orang tuanya.
Sebuah video yang ditemukan dalam VCR milik ayahnya kian mendorong Ward
untuk menelisik misteri kematian orang tuanya. Pengusutan Ward yang
dibantu temannya, Bobby Nygard, mengantarkannya ke sebuah perumahan
eksklusif yang pernah menarik perhatian Donald Hopkins.
Secara
tak terduga, dalam kabut kebingungan, Zandt menemukan kunci misteri
penculikan dan pembunuhan gadis-gadis itu. Ternyata, si Manusia Tegak
tidak bekerja sendirian. Seiring dengan itu, investigasi Ward dan
Bobby, menuntun mereka ke dalam dunia sebuah kelompok yang menamakan
diri The Straw Men. Selanjutnya, investigasi mereka akan membuhul
peristiwa kematian orang tua Ward, penculikan Sarah Becker, dan
penyelidikan Nina dan Zandt. Dengan si Manusia Tegak sebagai pengikat.
Masalahnya sekarang, siapa si Manusia Tegak ini? Pengungkapan wajah si Manusia Tegak tidak hanya akan menguliti keberadaan The Straw Men yang ternyata telah lama eksis, tapi juga akan mengelupas rahasia kehidupan Ward yang tidak pernah ia ketahui.
Pada
klimaks yang mencekam, ketika semua plot tersimpul menjadi satu dan
padu, akan terburai sepenuhnya rencana sekelompok manusia yang
didasari oleh sebuah teori konspirasi gila.
Hadir
dalam 3 bagian besar dengan 37 bab (termasuk prolog dan epilog),
sejak awal Michael Marshall telah membuat pembaca bertanya-tanya ke
mana plot akan digulirkan. Setelah prolog misterius yang dipaparkan
secara terkendali, Marshall membawa pembaca masuk dalam beberapa plot:
kehidupan Ward Hopkins dan perjalanan menguak misteri kematian orang
tuanya, kehidupan John Zandt dan perjuangannya memecahkan misteri
hilangnya gadis-gadis dengan Nina Baynam, juga cerita penculikan Sarah
Becker dan interaksinya dengan si Manusia Tegak. Pelan-pelan, di
sela-sela kejutan yang dibeberkan, akan tersingkap sesungguhnya semua
plot itu saling kelindan. Hanya untuk mencapai simpulnya, pembaca harus
sedikit sabar. Karena Marshall bukan pencerita yang terburu-buru.
Cerita
digulirkan menggunakan 2 perspektif. Perspektif orang ketiga dan
orang pertama. Untuk orang pertama, Marshall menggunakan Ward sebagai
narator. Entah pertimbangan apa yang digunakan. Selama membaca novel
ini, saya tidak melihat perbedaan signifikan yang muncul lantaran
penggunaan teknik ini. Mungkin, Marshall ingin tampil agak beda, dan
ini sah-sah saja. Apalagi, cerita tetap bisa dinikmati.
Oleh
Marshall, plot kelam rancangannya digelorakan oleh karakter-karakter
kuat yang memiliki kehidupan yang problematis. Hasilnya, cerita menjadi
lebih menarik karena tidak hanya sepenuhnya membedah kasus yang ada.
Tapi juga kehidupan para karakter lebih dalam. Dan yang jelas, dengan
tidak menciptakan lanturan.
Kendati
wajah si Manusia Tegak telah ditelanjangkan, dilihat dari pakem
sebuah novel pada umumnya, kisah dalam novel ini sejatinya memang belum
tuntas. Kecuali, Marshall sengaja memberikan penyelesaian cerita
seperti itu. Tapi rupanya kisah si Manusia Tegak ini telah dikembangkan
Marshall dalam 2 novel berikutnya, The Lonely Dead (judul Amerika, The Upright Man, 2004) dan Blood of Angels
(2005) sehingga keseluruhannya menjadi novel trilogi. Dengan
demikian, kita berharap, cerita benar-benar akan dituntaskan secara
memuaskan.
Embel-embel
di bawah judul edisi Indonesia pada sampul depan memang benar-benar
menyiratkan isi novel yang saat ini telah dikembangkan menjadi komik
berseri. Jadi, tidak mengada-ada atau bombastis. Hanya, untuk memahami
maksudnya, mesti membaca novelnya dulu. Embel-embel itu merupakan
bagian sebuah teori gila yang tertuang dalam sebuah tulisan bertajuk
Manifesto Manusia (Straw Man Manifesto), yang menjadi landasan ideal karakter antagonis utama novel.
Penasaran? Bagaimana kalau Anda baca sendiri?
0 comments:
Post a Comment