Judul buku : The Christmas Shoes
Penulis : Donna VanLiere
Penerjemah : Joas Adiprasetya
Penyunting : Mariani Sutanto
Penulis : Donna VanLiere
Penerjemah : Joas Adiprasetya
Penyunting : Mariani Sutanto
Cetakan: 1, 2005
Penerbit : Gradien Books, November 2005
Penerbit : Gradien Books, November 2005
"Sir I want to buy these shoes/For my Momma, please
It's Christmas Eve and these shoes are just her size.
Could you hurry, sir/Daddy says there's not much time
You see she's been sick for quite a while
And I know these shoes will make her smile
And I want her to look beautiful
If Momma meets Jesus tonight"
Demikianlah refrein lagu "The Christmas Shoes" karya Eddie Carswell dan Leonard Ahlstrom (New Song) yang mendasari penulisan novel dengan judul sama oleh Donna VanLiere, seorang penulis wanita kelahiran Northeastern Ohio. Donna juga menulis beberapa buku bertema Natal seperti The Christmas Blessing dan The Christmas Hope. Donna telah menerima penghargaan seperti Retailer's Choice Award for Fiction, Dove Award, Silver Angel Award, dan meraih nominasi Gold Medallion Book of the Year.
Novel mungil ini dibuka dengan adegan saat Robert Layton pergi ke makam ibunya pada suatu musim dingin di hari Natal tahun 2000. Di sana dia mengenang hidupnya yang bahagia, yang secara langsung dipengaruhi oleh pertemuannya dengan seorang anak laki-laki bernama Nathan Andrews pada tahun 1985. Robert Layton tengah berada pada puncak kariernya sebagai ahli hukum. Sukses, kaya, memiliki istri yang cantik dan 2 anak perempuan. Robert telah memiliki segalanya. Tetapi pada saat yang sama, dia semakin terpisah dengan keluarganya, bahkan tanpa ia sadari mulai mengabaikan dirinya sendiri.
Ketika berbelanja hadiah Natal buat keluarganya tanpa ia tahu apa sebenarnya yang mereka inginkan dari dia, Robert bertemu Nathan. Nathan mau membeli sepatu buat ibunya, sebagai hadiah Natal. Hadiah Natal untuk ibunya sangat berarti bagi Nathan karena ayahnya, Jack Andrews, telah mengatakan bahwa ibunya yang sakit kanker mungkin akan meninggalkan mereka malam itu dan Nathan ingin membeli sepatu buat ibunya dengan alasan, "Aku ingin ibu tampak cantik ketika berjumpa dengan Yesus."
Tetapi uang Nathan tidak cukup. Entah bagaimana, Nathan tiba-tiba telah berhadapan dengan Robert dan membangun komunikasi dengan sang ahli hukum yang skeptis ini. Dan seakan-akan ada yang menggerakkan, Robert memberikan uang guna mencukupkan harga sepatu yang diinginkan Nathan.
Robert terpesona. Sepatu Natal? Apa makna benda sepele itu baginya? Tetapi jelas Nathan sangat mengenal dan mencintai ibunya. Robert tersadar akan realita bahwa sesungguhnya dia tidak mengenal keluarganya. Bahkan istrinya sudah mau berpisah dengannya. Sepatu Natal itu memang bukan benda yang mahal bagi Robert, tetapi Robert harus mengakui sepatu Natal yang sederhana dan tampak tak berarti di tangan anak kecil yang mencintai ibunya, telah mengubah hidupnya.
Tahun-tahun berlalu, Robert tidak pernah bertemu lagi dengan Nathan, sampai Natal tahun 2000, di komplek pemakaman di mana ibunya dikuburkan, Robert bertemu seorang pemuda yang katanya kuliah di tempat yang sama dengan tempat kuliah Robert dulu. Pemuda itu tengah mempelajari onkologi (pembaca pasti akan memahami mengapa pemuda ini mempelajari bidang ini).
Dan kenangan sepatu Natal itu menghampiri Robert lagi.
Sebuah kisah indah dan mengharukan, yang jika disimak dengan penuh perasaan, kita tidak akan menyadari mata kita telah berkaca-kaca. Sama sekali bukan kisah yang cengeng. Tetapi kisah yang melembutkan hati siapa saja. Dituturkan dengan sederhana tanpa menyebabkan kerut di kening pembaca. Tidak heran kalau akhirnya novel ini difilmkan dengan Rob Lowe sebagai Robert Layton dan Neil Patrick Harris sebagai Nathan Andrews.
Satu pesan yang hendak disampaikan oleh Donna adalah bahwa sesungguhnya hidup ini berisi mukjizat-mukjizat yang berlangsung setiap hari tetapi sering tidak kita sadari; mukjizat-mukjizat yang diciptakan Tuhan untuk membuat kehidupan kita menjadi lebih baik. Tidak semua mukjizat harus kelihatan dan kedengaran megah. Mukjizat itu bisa berupa hadiah sepatu Natal dari hati putih seorang anak kecil bernama Nathan.
Satu poin penting yang patut diacungi jempol buat edisi Indonesia ini adalah The Christmas Shoes diterjemahkan dan disunting dengan baik. Kita tidak akan menemukan susunan kalimat aneh atau kesalahan cetak. Dan bagi saya, walaupun hari Natal merupakan momen yang tepat, tetapi buku ini tidak hanya harus dibaca pada hari Natal mengingat pesan indah yang disampaikan yang tidak hanya berguna di hari raya.
0 comments:
Post a Comment