Judul Buku: London Wild Rose
Penulis: Kusuma Andrianto
Tebal: 384 halaman; 11,5 X 17 cm
Cetakan: 1, Mei 2005
Penerbit: Dastan Books
Saat duduk di bangku kuliah, ia sempat merasakan romantika kehidupan mahasiswa yang kekurangan biaya. Selama kuliah di Inggris, yang tidak memperkenankan mahasiswa dari negara berkembang seperti Indonesia bekerja di sektor formal (white-collar), ia terpaksa bekerja di sektor informal (blue-collar) dan hanya diperbolehkan bekerja beberapa jam saja dalam sehari. Pekerjaan ini dilakukan demi mendapatkan dana untuk menutupi biaya kuliah yang mahal. Maka, bersama sahabat-sahabat yang bernasib sama, ia bekerja sebagai "DJ" (bukan di diskotek, tetapi restoran cepat saji, mencuci tumpukan piring kotor hingga licin mengilap dengan bunyi mencicit bak compact-disk). Atau sebagai "golfer", yaitu menjadi pembersih lantai menggunakan tongkat panjang pembersih lantai pagi-pagi sebelum kuliah dimulai.
Namun,
apa yang ia alami, menurutnya, tidak ada apa-apanya dibanding masalah
para pendatang gelap di Inggris. Para pendatang gelap ini umumnya
adalah pencari suaka politik, yang nekat bertahan di dunia bawah tanah
ketika permohonan izin tinggal mereka ditolak jawatan keimigrasian
Inggris. Seorang yang pernah ditemuinya mendapatkan paspor negara Eropa
dari pasar gelap, dengan nama palsu dari negara yang belum pernah
dipijaknya, membuatnya hidup lebih tenang karena tidak mesti menghindari
polisi dan petugas imigrasi. Untuk itu, orang itu merelakan sebelah
ginjalnya demi mendapatkan uang guna menutup biaya.
Mahasiswa
miskin asal Indonesia, para pendatang gelap, dan jual-beli organ
manusia inilah yang memantik ide di benaknya dan melahirkan sebuah
novel. Novel diberi judul London Wild Rose dan diterbitkan Dastan Books dengan subjudul yang sesungguhnya tidak perlu, Dan Cinta Pun Menari.
Sang penulis, lelaki kelahiran Padang bernama Kusuma Andrianto, pun
menciptakan tiga anak manusia untuk menghidupkan novelnya.
Donny,
mahasiswa miskin asal Indonesia yang tercatat sebagai mahasiswa
kedokteran sebuah universitas di London. (Mengapa Donny yang miskin
pergi ke London dan kuliah kedokteran, tidak dijelaskan penulis). Ia
terancam dikeluarkan dari kampus sebab belum melunasi biaya kuliah,
sementara ia punya banyak utang. Demi mendapatkan poundsterling, Donny bekerja sebagai penjaga dan pemelihara The Spears,
klub malam di East End, London. Setiap pagi, ia harus melenyapkan debu
dan bekas makanan-minuman dari dalam klub seperti tuntutan majikannya.
Juga harus mengenyahkan sisa-sisa kebejatan
malam seperti alat suntik, kondom bekas, pakaian-pakaian dalam yang
tercecer, dan botol minuman pecah. Di sinilah Donny bertemu Monique,
yang dijulukinya Dewi Malam.
Monique, si gadis alkoholik bekerja sebagai penari bugil (stripper)
tetap di The Spears. Ia berasal dari Albania, merupakan sisa perang
saudara di Semenanjung Balkan. Sejak 3 tahun silam, ia tinggal sebagai
pendatang haram di Inggris bersama Sophie, adiknya, yang demi status
kewarganegaraan, rela diperistri dan hidup dalam kekerasan lelaki
bernama Giorgio. Suatu pagi menjelang musim semi, Sophie yang hamil tua
dalam keadaan babak belur dan bergelimang darah datang ke The Spears.
Melihat keadaan Sophie, Donny bermaksud memanggil ambulans. Tapi,
Monique menolak. Jika Sophie dibawa ke rumah sakit, besar kemungkinan
ia jatuh ke tangan petugas imigrasi yang akan mendeportasinya, untuk
mati di tanah airnya sendiri. Donny pun minta pertolongan Yekaterina.
Yekaterina adalah operator kamar mayat merangkap security di London City Council Funeral and Crematorium. Sama
seperti Monique dan Sophie, perempuan ini juga berasal dari
Semenanjung Balkan. Di negara asalnya, sebelum perang saudara
menghancurkan negaranya, ia dikenal sebagai seorang dokter berbakat
dengan kecakapan yang menakjubkan. Pada ulang tahun yang ke-34, ia
harus meninggalkan negaranya yang luluh lantak dan hidup sebagai
buronan. Dalam pelariannya, ia punya ambisi berpraktik sebagai dokter
di Inggris.
Atas
bantuan Yekaterina, Sophie bisa selamat melahirkan seorang anak
perempuan yang diberi nama Sissy. Kelahiran Sissy menuntut Monique
bekerja lebih keras untuk mendapatkan uang hingga membuatnya memutuskan
menjual sebelah ginjalnya. Monique membutuhkan bantuan Donny dan
Yekaterina untuk kesuksesan jual-beli ginjalnya. Ia telah menemukan
pembeli dan diimingi 30 ribu poundsterling. Meski keberatan, Donny
tidak bisa menolak ketika Yekaterina menyambut gagasan Monique dengan
antusias. Bagian mereka dari penjualan ginjal Monique, bisa melunasi
utang-utang Donny dan mencukupkan biaya sekolah Yekaterina. Mereka
tidak tahu, Giorgio telah menyusun rencana sendiri yang berhubungan
dengan hidup Sissy.
Novel
ini sama sekali bukanlah novel romantis seperti yang dikesankan oleh
subjudulnya. Kita tidak akan menemukan rangkaian kisah percintaan yang
legit. Yang disuguhkan pengarang adalah kisah kehidupan getir dan keras
para pelaku kehidupan bawah tanah London untuk tetap bisa eksis. Di
dalamnya, termasuk tindakan-tindakan tanpa pikir panjang yang acap
mengerikan dan penuh risiko. Mereka dihadirkan dalam setiap bagian yang
begitu solid mendukung keutuhan cerita yang tanpa lanturan.
Di
sebagian besar novel, pengarang memanfaatkan alur kilas balik dengan
sebaik-baiknya. Pilihan yang unggul, karena menghadirkan efek bagaikan teaser
yang mengundang rasa penasaran pembaca untuk terus membaca. Kemudian,
setelah menggiring pembaca melarungi arus kekerasan dan kepedihan yang
dialami para tokoh, ia pun menyajikan kejutan. Kejutan yang membuat ending menggembirakan yang ia tetapkan, tetap terasa mengesankan.
Sesungguhnya,
melalui novel perdananya ini, Kusuma Andrianto telah menunjukkan
dirinya sebagai pengarang berbakat. Ia cerdik memilih latar yang
mencuri simpati pembaca. Ia hanya memerlukan tambahan asupan pengalaman
dalam menulis untuk membuatnya lebih layak diperhitungkan. Tapi apakah
ia masih akan menulis novel? Kita tunggu saja kabar selanjutnya.
1 comments:
JUAL OBAT
Post a Comment