11 February 2012

The Medici Dagger


Judul Buku: The Medici Dagger
Penulis: Cameron West
Penerjemah: Richard Haryoseputro
Tebal: 408 hlm; 18 cm
Cetakan: 1, Maret 2007
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama




Leonardo da Vinci (1452-1519) yang bernama lengkap Leonardo di ser Piero da Vinci adalah salah satu tokoh renaisans terkenal. Seorang manusia mumpuni yang pernah hidup; kombinasi ahli matematika, insinyur, ahli anatomi, pemahat, arsitek, musisi, penulis, dan pelukis dalam satu tubuh. Kehidupan dan hasil karyanya telah menjadi sumber inspirasi untuk penulisan banyak buku, fiksi dan nonfiksi. The Da Vinci Legacy (Lewis Perdue), The Da Vinci Code (Dan Brown) dan The Secret Supper (Javier Sierra) adalah contoh karya fiksi yang menjadikan dirinya sebagai ruh cerita. 

Sebelum merebaknya popularitas The Da Vinci Code dan The Secret Supper, pada tahun 2001, telah terbit buku The Medici Dagger (Belati Medici) yang juga membawa-bawa nama sang empu. Buku ini adalah novel debut Cameron West, seorang doktor dalam bidang psikologi yang namanya meroket berkat memoarnya yang bertajuk First Person Plural: My Life as a Multiple.

Sebagai pengantar novel, disebutkan satu kalimat yang konon pernah dicetuskan oleh Leonardo da Vinci, setiap rintangan menghasilkan usaha. Kalimat inilah yang menjadi penggerak kegigihan perjuangan seorang lelaki muda bernama Rollo Eberhart Barnett, Jr., atau Reb, si karakter utama novel.

Dikisahkan bahwa suatu malam di bulan Agustus 1491, Leonardo sukses menciptakan sebuah belati atas perintah Lorenzo de Medici (Il Magnifico). Belati itu dibuat dari campuran logam yang jika sudah dicetak menjadi materi seringan udara; tidak bisa dicairkan atau dirusakkan. Saat itu Leonardo sadar, penemuannya bisa dimanfaatkan untuk tindak kejahatan. "Dunia belum siap menerima materi yang dapat dicetak menjadi senjata maut yang tidak bisa rusak", tulisnya dalam Codex Arundel yang ditemukan tahun 1608. Belati tersebut tidak diberikan pada Lorenzo de Medici. Leonardo menyembunyikannya, dengan harapan, di masa depan, ada yang akan menemukan dan menggunakannya untuk tujuan mulia. Sebagai pedoman untuk menemukan belati itu, Leonardo membuat catatan dengan pesan bersandi berupa gambar yang disebut Lingkaran-lingkaran Kebenaran.

Pada tahun 1980, satu halaman dari catatan Leonardo ditemukan di Amboise, Prancis dan diperkirakan memuat Lingkaran-lingkaran Kebenaran. Seorang kurator seni renaisans di National Gallery of Arts, Washington, D. C., mengirim Henry Greer untuk mengambil catatan tersebut. Sayangnya, dikabarkan pesawat pribadi yang membawa sang kurir, jatuh di Lautan Atlantik. Sang kurir dinyatakan tewas, dan halaman dari catatan Leonardo hilang. Setelah itu, rumah keluarga sang kurator terbakar. Hanya Reb, anaknya yang berusia 11 tahun, yang selamat. 

Dua puluh tahun kemudian, Reb, telah lulus Berkeley sebagai sarjana dalam sejarah seni dan tinggal di Malibu. Ia tidak bekerja di bidang yang sesuai dengan spesialisasinya, tapi menjadi stuntman adegan-adegan berbahaya bagi aktor Hollywood. Kehidupan yang ia jalani menyebabkan Reb tidak bisa membina hubungan jangka panjang dengan perempuan. Apalagi, ia memiliki obsesi pada gadis dalam lukisan potret Leonardo da Vinci yang bernama Ginevra de' Benci.
 
Suatu hari, catatan yang diduga sebagai duplikat dari Lingkaran-lingkaran Kebenaran ditemukan oleh seorang pemilik toko buku kuno di Venesia, Italia. Fausto Arrezione, si pemilik toko buku, kemudian tewas ketika tokonya terbakar. Diketahui, sebelumnya Fausto telah menghubungi seorang yang bekerja di Gallerie dell' Accademia, sebuah museum dan sekolah seni ternama.

Di Malibu, Reb menerima telepon dari seorang yang mengaku mengenal ayahnya dan tahu ihwal kebakaran rumahnya tahun 1980. Lelaki yang dikenal Reb sebagai Harvey Grant meminta Reb untuk bertemu di Denver. Ketika bertemu, Reb dikejutkan dengan pengakuan Harvey Grant bahwa sesungguhnya ia adalah Henry Greer, sang kurir yang telah dinyatakan tewas 20 tahun silam. Henry Greer kembali mengambangkan masa lalu Reb ke permukaan dan mengingatkan Reb bahwa ada yang harus ia lakukan: mencari pembunuh orang tuanya dan menuntaskan dendam yang selama ini terkubur. Caranya, ia harus menemukan Belati Medici. 

Dari sinilah cerita berkembang menciptakan jembatan antar 2 benua, Amerika dan Eropa, dalam perjalanan Reb untuk menemukan Belati Medici sekaligus menyingkap wajah pembunuh kedua orang tuanya. Dalam perjalanan itu, ia bertemu seorang gadis bernama Antonia Ginevra Gianelli yang kemudian disapanya dengan nama Ginny. Seorang doktor cantik yang mengingatkannya pada Ginevra de' Benci. Bersama Ginny, ia berjuang memecahkan teka-teki Lingkaran-lingkaran Kebenaran yang membuat ia harus berpapasan dengan berbagai karakter yang ternyata tidak semuanya menunjukkan paras aslinya. 

Situasi panas yang berkembang kemudian membuat perjalanan Reb tidak lagi sekadar perjalanan pencarian Belati Medici dan pengungkapan kedok pembunuh orang tuanya. Perjalanan ini telah berkembang menjadi perjuangan cinta yang hadir dalam tempo tidak lebih dari 1 minggu. Perjuangan menyelamatkan Ginny yang telah membukakan mata Reb pada hakikat perjalanan hidupnya sendiri. Seperti yang dituturkan Ginny:

"Pada malam bulan Juli 1980 itu, kaulepaskan pegangan pada kerangka jendela itu, tapi kau tidak pernah mencapai tanah. Kau melayang-layang dalam orbit daya tarik masa lalumu, terlalu takut untuk masuk kembali ke atmosfermu. Tapi dengarkan, Reb. Perjalanan ini telah memaksamu turun. Lingkaran-lingkaran Kebenaran –itulah kebenaranmu. Kaulah si musafir. Jalan kedua puluh lingkaran itu adalah jalanmu. Ke mana pun jalan itu mengarah menurut maksud Leonardo, jalan itu telah membawamu kepadaku dan membawamu kembali kepada dirimu sendiri. Aku tidak tahu mengapa, tapi akulah Ginny-mu, bumi bagimu." (hlm. 233 – 234).  

Dan benar, perjalanan itu menggiring Reb kembali kepada dirinya sendiri, seperti yang ia akui bahwa, "Sesuatu yang luar biasa sedang terjadi – kainku yang sobek sedang disulam kembali, benang demi benang" (hlm. 348).

Pertanyaannya, mengapa Belati Medici itu menjadi penting dan menyebabkan beberapa oknum harus mati karenanya? Penjelasan yang ditulis oleh Leonardo dalam buku ini tidak akan cukup memberikan pemahaman. Pembaca harus 'meniti mata belati antara ketegangan dan teror' yang diciptakan Cameron West untuk memahami sepenuhnya betapa berbahaya sesungguhnya jika belati itu jatuh ke tangan orang yang tidak tepat.

Adegan pembakaran rumah yang dilakukan oleh karakter antagonis awalnya mungkin akan menimbulkan tanya. Mengapa hal ini harus dilakukan? Hampir sepanjang novel saya menganggap adegan pembakaran rumah ini tidak diperlukan. Tapi, menjelang novel berakhir, saya ternyata menemukan jawaban atas pertanyaan saya (hlm. 391 -392). 

Satu hal yang agak aneh adalah pekerjaan Reb sebagai stuntman Holywood. Sebagai stuntman, Reb memang otomatis menjadi orang yang tepat untuk terlibat dalam adegan-adegan seru dan berbahaya yang tersebar dalam plot novel. Sangat wajar, tak diragukan. Jika ia misalnya bekerja di museum sebagai kurator, akan terkesan janggal bila ia tampil begitu tangguh di medan pertarungan sarat kekerasan, taburan peluru, dan simbahan darah. Hal ini memberikan penjelasan logis untuk aksi Reb. Tapi Reb yang takut ketinggian –yang mungkin berakar dari trauma Juli 1980, menjadi stuntman? Inilah yang aneh, sekalipun Cameron West tak lupa menyisipkan adegan Reb muntah secara sembunyi-sembunyi setelah melakukan satu adegan yang sangat riskan. 

Secara keseluruhan karya Cameron West yang menggunakan Reb sebagai narator ini bisa disebut sebagai karya yang lengkap. Di sini pembaca akan bersua dengan berbagai adegan yang biasanya terserak dalam berbagai novel. Ada intrik, petualangan mendebarkan dengan adegan baku hantam dan baku tembak yang sarat ketegangan, ada drama kasih sayang antar manusia, dan ada juga drama cinta antara sepasang kekasih. Semuanya ditenun dalam plot yang bergerak cepat dan berkelok-kelok pada tikungan-tikungan tajam. Cameron West jelas bukan penulis yang tertarik pada gaya tarik-ulur yang membuat cerita merentang panjang tertatih-tatih. Pengungkapannya lugas, dialog-dialognya tajam dan enak dibaca, dan dengan sukses memaksa pembaca untuk bergegas menuntaskan eksplorasi imajinasinya. 

Kecuali Leonardo da Vinci yang memang pernah hidup, bisa dipastikan seluruh karakter dalam novel ini adalah karakter fiktif. Sang karakter utama, Reb, rupanya diciptakan berdasarkan sosok Tom Cruise sebagaimana yang diungkapkan dalam ucapan terima kasih (hlm. 405). Sedangkan benda yang menjadi sumber konflik yaitu Belati Medici, agaknya karangan Cameron West belaka.

0 comments:

Post a Comment

Recommended Post Slide Out For Blogger
 

Blog Template by Blogger.com

Author: Jody Setiawan