Judul Asli: How to Become a Marketing Superstar
Penulis: Jeffrey J. Fox
Penerjemah: Siska Primaningrum
Tebal: 316 hlm; 12 x 17,8 cm
Cetakan: 1, Maret 2007
Penerbit: Daras Books
Bagi Anda yang terlibat dalam suatu bisnis, mau tidak mau harus mengakui bahwa sesungguhnya Anda, saat ini, sedang dikelilingi oleh pembunuh. Demikianlah gambaran situasi bisnis yang didedahkan oleh Jeffrey J. Fox dalam bukunya yang berjudul How to Become a Marketing Superstar yang oleh Penerbit Daras Books diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan judul Strategenius. Kondisi tersebut memang tidak bisa diungkiri. Saat ini pasar –untuk berbagai industri- telah menjadi semakin kompleks. Konsumen memiliki ekspektasi lebih tinggi dan para pelaku bisnis melakukan berbagai cara untuk memperkuat, merebut, atau bahkan menciptakan pasar. Tidak ada yang kekal. Eksistensi sebuah bisnis akan terus berada dalam posisi terancam, karena pesaing pasti akan berupaya untuk terus menggempur, kelihatan atau tidak kelihatan. Tujuan semua pesaing sama: mencuri konsumen, membuat teknologi usang, menggeser produk Anda dari rak, menginginkan pangsa pasar Anda atau merebut ekuitas merek Anda. Dan, crrrt, tidak ada ketakutan dalam kamus mereka untuk menjadi pembunuh. Kapan saja senjata bisa dimainkan, tergantung Anda apakah bisa menangkis serangan atau tidak.
Pemasar
adalah ujung tombak dari sebuah bisnis. Lewat upaya pemasarlah terutama
sebuah produk dikenal oleh konsumen. Apa yang pemasar lakukan memiliki
pengaruh yang besar terhadap kesuksesan bisnis. Pemasar harus
melaksanakan berbagai cara untuk –minimal- menjauhkan bisnis dari jerat
kompetisi. Basis pertahanan pertama terhadap kompetisi adalah konsumen.
Konsumen yang puas akan membantu menjauhkan bisnis Anda dari sengitnya
kompetisi. Jika bisnis Anda menjadi kebal terhadap kompetisi, maka
seterusnya Anda akan mendengar bunyi gemerincing yang tercipta karena
pemasaran bekerja dengan efektif. Bunyi yang seperti dikatakan Fox,
bunyi mesin kasir yang sangat dikenal oleh pemasar: Cring! Cring! Ada
pendapatan mengalir masuk kas perusahaan. Mereka yang mengenal musik dan
lirik lagu ini sekaligus bisa menyanyi dan menari sesuai nadanya,
adalah mereka yang disebut sebagai Superstar Pemasaran.
♪Tidak ada artinya, ♪
Jika tidak berbunyi Cring…
♪Doo-boop. Doo-boop. Doo-boop.♪
Itulah
lagunya. Dan hanya Superstar Pemasaran yang bisa terus mempertahankan
nada-nadanya bergemerincing di jalur masuk keuangan perusahaan.
Jika
Anda seorang Superstar Pemasaran, Anda akan dituntut terus belajar
mempertajam kreativitas Anda, menggunakan otak Anda untuk memanfaatkan
semua data dan informasi yang ada untuk dijadikan strategi pemasaran
yang jitu.
Buku Strategenius
tidak hadir membawa rangkaian teori pemasaran. Ia hadir mengusung
semangat untuk merangsang kreativitas pemasar agar bisa melejitkan
strategi genius yang akan diaplikasikan dalam pemasaran. Anda akan
bertemu dengan konsep-konsep pemasaran nontradisional yang mengejutkan
yang mungkin akan mementahkan konsep yang selama ini Anda praktikkan
dalam bisnis Anda.
Menurut
Fox, sang mahaguru bisnis dan pemasaran, pemasaran adalah
mengidentifikasi, menarik, mendapatkan, dan memelihara konsumen yang
baik sehingga beroleh keuntungan. Definisi yang lebih singkat adalah
mendapatkan dan memelihara konsumen. Semua upaya yang dilakukan pemasar
harus secara langsung atau tidak langsung membantu mendapatkan dan
memelihara konsumen. Mengidentifikasi konsumen antara lain bisa
dilakukan melalui riset konsumen. Menarik konsumen contohnya adalah
memanfaatkan iklan dan pengemasan produk. Mendapatkan konsumen bisa
ditumbuhkan melalui aspek-aspek seperti penjualan personal, distribusi,
penetapan harga, dan kualitas produk. Sedangkan memelihara konsumen
bermuatan aktivitas seperti pengiriman barang, pengiriman faktur,
penagihan, layanan konsumen, garansi perbaikan, atau penyampaian ucapan
terima kasih. Aktivitas-aktivitas pemasaran inilah yang disinggung oleh
Fox dalam bukunya ini, terutama aktivitas menarik, mendapatkan, dan
memelihara konsumen.
Semua
pemasar pasti sudah tidak asing dengan aspek-aspek pemasaran di atas.
Tetapi tidak semua pemasar bisa menggerakkan semua aspek itu sehingga
membuahkan keberhasilan. Padahal tujuan dari bisnis sudah jelas. Bukan
hanya sekadar memukau konsumen dan menyingkirkan pesaing, tetapi juga
meningkatkan penjualan, memaksimalkan keuntungan, dan menjadi penguasa
pasar –bahkan memonopoli pasar jika tidak ada hukum atau undang-undang
yang melarangnya. Supremasi adalah tujuan utama, dan itu tidak mudah
dicapai. Maka, sebuah perusahaan, tidak peduli apa bidang usahanya dan
seberapa besar skala bisnis yang dimiliki, sangat membutuhkan Superstar
Pemasaran. Mereka inilah yang akan mengkreasi strategi-strategi genius
yang dibutuhkan perusahaan untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
Fox
dengan sejumlah konsep yang dibeberkannya, secara bertenaga akan
membuka sumbat kreativitas Anda sebagai pemasar. Ia akan memberikan, dan
setelah Anda mencernanya, ia akan memancing Anda dengan beberapa
tantangan instan yang menggairahkan kapasitas bisnis genius Anda.
Dalam
perusahaan di mana pemasaran benar-benar dilaksanakan (perusahaan
pemasar), konsumen akan benar-benar dihargai. Semua karyawan harus
memahami bahwa gaji yang mereka peroleh adalah uang konsumen. Oleh sebab
itu eksistensi mereka sebagai karyawan akan ditentukan oleh konsumen.
Konsumen memang tidak selalu benar, tetapi mereka bisa menyebabkan para
karyawan kehilangan gaji mereka.
Langkah
awal yang perlu dilakukan oleh Superstar Pemasaran adalah melakukan
segmentasi yang cerdas. Hal ini penting dalam rangka mendapatkan
konsumen yang 'baik' (yang 'oke') sesuai kriteria dan harapan
perusahaan. Konsumen inilah yang harus memperoleh perhatian karena
mereka akan membuat mesin kasir pemasaran senantiasa bergemerincing.
Selanjutnya
Fox menyatakan bahwa Superstar Pemasaran adalah penjaga merek. Mereka
harus bergairah terhadap merek mereka dan bangga dalam menjualnya. Merek
tidak sekedar dikelola tetapi harus dicintai, dan dihidupkan. Mencintai
dan menghidupkan merek itu penting karena ditujukan untuk kesuksean
jangka panjang. Dalam buku ini Anda juga akan mendapatkan strategi
pemberian nama merek. Nama merek adalah aset intelektual yang paling
berharga bagi perusahaan karena itu harus dikembangkan sedemikian rupa
supaya bisa berumur panjang. Sebagai contoh Fox menganjurkan untuk
menamai produk tidak menggunakan inisial, konsisten dengan manfaat utama
produk, menguatkan personalitas dan sifat merek, mudah diingat, mudah
diucapkan, legal, mudah terbaca, dan jangan sampai memicu respons
negatif konsumen. Untuk membangun kesadaran merek (brand awareness)
dan menguatkan nama merek, salah satu cara yang bisa digunakan adalah
mengiklankan merek tersebut. Tetapi dalam beriklan ada hal-hal yang
perlu dipertimbangkan. Pesan iklan harus didasarkan pada manfaat produk
yang mesti bisa dikomunikasikan lewat penggunaan media yang ada. Karena
itu nama merek mesti ditonjolkan, selalu diletakkan pada baris utama.
Jangan sampai terjadi pembenaman, pemotongan atau pengalihan nama merek.
Biarkan nama merek ini dengan mudah melekat di benak konsumen. Dalam
pembuatan kemasan, katalog atau brosur juga penting untuk
memperhitungkan bagaimana supaya nama merek gampang diperhatikan
konsumen. Hindari pemakaian kata-kata yang buruk. Contoh kata-kata buruk
yang dimaksud adalah kata ganti saya (me, I)/kami (we, our, us)
untuk menggantikan nama merek, kata-kata sifat superlatif (misalnya
paling, terbaik, superior, optimal, minimal, tercepat, teringan),
ungkapan 'teknologi tinggi', 'garansi seumur hidup', atau kata 'it'
seperti dalam Coke is it. Jika produk Anda memang berbeda dengan
produk lain, jangan sekedar disebut berbeda, tetapi harus dinyatakan
dengan jelas perbedaannya. Demikian juga jika produk Anda memberi solusi
atau kualitas, tetap harus dinyatakan dengan jelas solusi dan kualitas
yang dimaksud. Klaim Anda terhadap produk Anda tidak dibutuhkan di sini,
yang dibutuhkan adalah data dan fakta. Biarkan fakta bicara untuk
dirinya sendiri. Konsumen akan memahaminya.
Penetapan harga juga membutuhkan strategi. Strategenius
menyarankan penetapan harga berdasarkan pemikiran bahwa konsumen tidak
membeli produk tetapi manfaat yang bisa mereka dapatkan dari produk
tersebut. Fox tidak menganjurkan penetapan harga berdasarkan biaya
produksi dan pembulatan atau penetapan harga di bawah biaya produksi
atau penetapan harga yang mencerminkan harga yang kompetitif. Ia
menganjurkan penetapan harga berdasarkan nilai produk. Dalam hal ini
biaya produksi menjadi tidak relevan. Selanjutnya ia mengatakan bahwa
pada saat konsumen memahami nilai produk, harga hanyalah detail.
Berbicara
soal harga, Fox juga menyinggung strategi pemotongan harga yang kerap
digunakan oleh pelaku bisnis. Pemotongan harga berarti pemotongan laba,
dan ini akan menjadi tindakan bunuh diri. Ia menyarankan persaingan
seperti pada kualitas produk, inovasi produk, diferensiasi pelayanan,
kreativitas iklan atau tenaga penjualan. Untuk itu ia memberikan contoh
kasus bagaimana Pablo Picasso menghargai sketsa karyanya berdasarkan
nilai sketsa tersebut dan bukan biaya yang terjadi untuk menghasilkan
sketsa tersebut.
Banyak
hal yang Anda bisa unduh dari buku ini. Selain hal-hal di atas, Anda
juga bisa memperoleh strategi seperti menjadi konsumen bagi produk Anda
sendiri, menyingkirkan hal-hal yang menghalangi eksekusi pembelian,
menumbuhkan pangsa pasar pada masa resesi, menghindari penurunan
kualitas produk dalam rangka penghematan, mendekati pasar layaknya
detektif polisi, dan bagaimana menghindari amnesia strategi.
Dengan
membaca buku setebal 316 halaman ini, niscaya Anda akan digerakkan
menjadi Superstar Pemasaran yang berani, waspada, tidak pernah merasa
benar-benar puas, penuh perhitungan dan senantiasa bergairah dalam upaya
mencegah kebangkrutan intelektual.
Akhirnya,
semuanya memang hanya ditujukan kepada konsumen. Konsumenlah yang
menjadi target utama aktivitas pemasaran. Kemenangan mendapatkan
konsumen yang loyal dan terus berkembang melalui upaya tanpa kenal
menyerah dengan menggairahkan semua aspek pemasaran akan membawa sebuah
perusahaan pada posisi perusahaan pembunuh pesaing. Perusahaan pembunuh
pesaing berarti perusahaan yang mengangkangi pasar, dan bukan
dikangkangi. Perusahaan seperti ini akan ditakuti oleh para pesaing
karena secara konsisten memimpin dan mendominasi industri yang ada. Jika
posisi ini terus bertahan, gemerincing musik pemasaran itu akan terus
berkumandang : Cring! Cring! Doo-boop. Doo-boop. Doo-boop.
Jeffrey J. Fox, penulis buku ini, adalah pendiri dan presiden Fox & Company, Inc., sebuah perusahaan konsultan pemasaran yang bonafide. Ia adalah pemenang "Outstanding Marketer" majalah Sales & Marketing Management dan American Marketing Association di Connecticut, serta Nation's Best Industrial Marketer dari National Industrial Distributors.
Lulusan Trinity College (Hartford, Connecticut) dan MBA Harvard
Business School ini selain sebagai konsultan juga dikenal sebagai
pembicara publik dan penulis buku-buku bisnis best-seller yang telah diterbitkan dalam lebih dari 35 bahasa di berbagai negara.
Edisi
Indonesia karya Jeffrey J. Fox ini tampil menarik. Selain kemasannya
yang 'oke', hasil terjemahan dan penyuntingan yang baik membuatnya
mengalir dan enak dibaca. Apalagi naskah buku ini dicetak dengan ukuran
huruf yang tidak melelahkan mata. Fox memang tidak bertele-tele sehingga
seluruh buku akan dilahap habis dalam tempo singkat, tetapi tentu saja
untuk edisi Indonesia ini tidak bisa dilupakan upaya Siska Primaningrum
dan Yudi sebagai pengalih bahasa dan penyunting.
Cring! Cring! Doo-boop. Doo-boop. Doo-boop.
Bacalah
buku ini dan Anda akan segera belajar bagaimana seharusnya menjadi
Superstar Pemasaran jika saat ini Anda belum, atau ingin, atau bahkan
sudah menjadi Superstar Pemasaran.
0 comments:
Post a Comment