Judul Buku: Dia Yang Dinantikan
Judul Asli: The Expected One
Penulis: Kathleen McGowan
Penerjemah: Leinovar Bahfeyn & Luisa Nurdin
Cetakan: 1, Februari 2007
Penerbit: Ufuk Press
Maria Magdalena adalah salah satu perempuan terkenal dalam sejarah manusia yang sering dibicarakan, dipertanyakan, dan dijadikan bahan perdebatan. Namanya disebutkan sebanyak 12 kali dalam Injil kanonik, tetapi tidak ada deskripsi detail mengenai kehidupannya. Maria Magdalena disebutkan berasal dari Magdala, sebuah kota di tepi barat Laut (danau) Galilea yang daripadanya Yesus mengusir 7 roh jahat. Maria Magdalena dikenal sebagai salah satu perempuan yang melayani rombongan Yesus dengan kekayaan yang ia miliki, ikut dalam perjalanan menuju Yerusalem, menyaksikan prosesi penyaliban, dan menjadi saksi pertama kebangkitan Yesus. Nama Maria Magdalena juga muncul dalam Injil apokrif yang muncul bertahun-tahun kemudian setelah Injil kanonik. Tidak banyak yang diketahui mengenai kehidupan perempuan ini. Sepanjang sejarah orang-orang yang kemelit telah menyusun berbagai hipotesis tentang siapa sesungguhnya sosok Maria Magdalena. Kehidupannya yang misterius menjadi buah bibir dan berkembang dalam berbagai tradisi lisan. Banyak penulis mencoba menggali kehidupannya, dan karena keterbatasan sumber, hipotesis berdasarkan tradisi lisan dijadikan pijakan untuk menulis buku. Simpang-siur kehidupan Maria Magdalena menjelma dalam puluhan buku, dan hingga kini ada 28 buku fiksi tercatat dalam situs magdalene.org yang menjadikannya karakter dalam produk fantasi. Antara lain A Letter of Mary (Laurie B. King), Dark Moon (J. H. Brennan), Daughters of Jerusalem (Thom Lemmons), La Magdalena ( William M. Valtos), Magdalene (Carolyn Slaughter), dan The Scarlet Lily (Edward F. Murphy). The Expected One yang pembuatannya konon menghabiskan waktu hampir dua dasawarsa ini akan menambah daftar fiksi mengenai Maria Magdalena.
Judul Asli: The Expected One
Penulis: Kathleen McGowan
Penerjemah: Leinovar Bahfeyn & Luisa Nurdin
Cetakan: 1, Februari 2007
Penerbit: Ufuk Press
Maria Magdalena adalah salah satu perempuan terkenal dalam sejarah manusia yang sering dibicarakan, dipertanyakan, dan dijadikan bahan perdebatan. Namanya disebutkan sebanyak 12 kali dalam Injil kanonik, tetapi tidak ada deskripsi detail mengenai kehidupannya. Maria Magdalena disebutkan berasal dari Magdala, sebuah kota di tepi barat Laut (danau) Galilea yang daripadanya Yesus mengusir 7 roh jahat. Maria Magdalena dikenal sebagai salah satu perempuan yang melayani rombongan Yesus dengan kekayaan yang ia miliki, ikut dalam perjalanan menuju Yerusalem, menyaksikan prosesi penyaliban, dan menjadi saksi pertama kebangkitan Yesus. Nama Maria Magdalena juga muncul dalam Injil apokrif yang muncul bertahun-tahun kemudian setelah Injil kanonik. Tidak banyak yang diketahui mengenai kehidupan perempuan ini. Sepanjang sejarah orang-orang yang kemelit telah menyusun berbagai hipotesis tentang siapa sesungguhnya sosok Maria Magdalena. Kehidupannya yang misterius menjadi buah bibir dan berkembang dalam berbagai tradisi lisan. Banyak penulis mencoba menggali kehidupannya, dan karena keterbatasan sumber, hipotesis berdasarkan tradisi lisan dijadikan pijakan untuk menulis buku. Simpang-siur kehidupan Maria Magdalena menjelma dalam puluhan buku, dan hingga kini ada 28 buku fiksi tercatat dalam situs magdalene.org yang menjadikannya karakter dalam produk fantasi. Antara lain A Letter of Mary (Laurie B. King), Dark Moon (J. H. Brennan), Daughters of Jerusalem (Thom Lemmons), La Magdalena ( William M. Valtos), Magdalene (Carolyn Slaughter), dan The Scarlet Lily (Edward F. Murphy). The Expected One yang pembuatannya konon menghabiskan waktu hampir dua dasawarsa ini akan menambah daftar fiksi mengenai Maria Magdalena.
Berdasarkan
pertanyaan Pontius Pilatus, salah satu tokoh penting di seputar
peristiwa eksekusi Yesus yang saat itu memangku jabatan sebagai
gubernur Romawi atas Yudea, Samaria,
dan Idumea (26 - 36 ses Mas), dalam Injil Yohanes 18:38, Kathleen
McGowan menggelontorkan novel yang terkesan provokatif sekaligus
kontroversial.
"Apakah kebenaran itu?"
Sesudah ayat kutipan McGowan, kita memang tidak akan menemukan jawaban atas pertanyaan Pilatus
ini. Pertanyaan seolah-olah dibiarkan mengambang oleh penulis Injil
Yohanes (yang oleh beberapa kalangan dipandang sebagai tulisan Maria
Magdalena, bukan Yohanes, murid Yesus, dan tesis ini rupanya juga
digunakan McGowan dalam novel ini). Oleh karena itu, menurut McGowan,
sebagai jurnalis, pertanyaan Pilatus
telah menjadi mantra semua investigasi yang ia lakukan. Maria Magdalena
menjadi salah satu topik riset kebenaran versi McGowan yang
dieksplorasi melalui legenda; mitologi; kosmologi; hasil karya Abad
Pertengahan, periode Renaisans, dan Barok; buku seperti Holy Blood, Holy Grail. Maka, lahirlah novel The Expected One, yang oleh Ufuk Press, untuk edisi Indonesia diberi judul Dia Yang Dinantikan, dengan embel-embel yang provokatif : Permusuhan Politis, Cinta Segitiga yang Rumit, dan Misteri Injil Tulisan Maria Magdalena Sendiri.
Bagi McGowan, semua sumber yang dipulungnya secara eklektik, menjadi
modal yang adekuat untuk menghadirkan Maria Magdalena sesuai gambaran
kebenaran yang ia inginkan. Sebuah kebenaran yang aneh, bukan? Tidak
heran, McGowan dengan bangga mengenakan label "antiakademik" dengan
tulisan mencolok seperti yang diproklamasikannya pada bagian penutup
novel.
Sebuah
pertanyaan yang mungkin tercetus adalah: jika McGowan hendak
menyampaikan kebenaran yang berpotensi menempelak keyakinan mapan yang
sudah ada, mengapa dia memilih fiksi sebagai media distribusi
kebenaran? McGowan telah menjawab sendiri : dia tidak mampu menciptakan
bukti telak (hlm. 593). Karena, memang, secara ilmiah, sebagian besar
yang dijadikan referensi McGowan untuk memperkuat gagasan dalam
novelnya tidak akurat dan memiliki tingkat signifikansi yang rendah.
Sosok
Maria Magdalena di tangan McGowan menjelma menjadi perempuan 'separuh'
gambaran seniman. Perempuan mungil, berambut merah, menyimpan
tengkorak, dan stoples narwastu. Identitas Maria Magdalena yang
ditampilkan para seniman sebagai sosok seksi molek dengan tubuh
seduktif yang mencitrakan perempuan nakal dipangkas oleh McGowan.
Karena
secara akademis, sumber utama yang digunakan McGowan kemungkinan tidak
dapat diterima - walau dia juga memulung ide dari Injil kanonik, bagi
kalangan tertentu, tidak perlu merasa terbeban oleh perjalanan imajiner
McGowan yang (alamak!) mengaku sebagai keturunan Maria Magdalena
(sekaligus berarti keturunan Yesus). Tidak perlu merasa terintimidasi
oleh puting-beliung yang diembuskan oleh McGowan yang memang secara
tandas menunggangbalikkan semua spekulasi, termasuk spekulasi yang
disorongkan oleh Dan Brown dalam The Da Vinci Code. Padahal, suka
atau tidak dan apa pun dalih McGowan, novel ini akan tetap dipandang
sebagai epigon, menambah kisruh ingar-bingar rumor kehidupan Maria
Magdalena yang sudah seperti selebritas.
Dalam "dunia kebenaran" versi McGowan, Maria Magdalena bukan sekadar pribadi jelita yang menikah dengan Yesus seperti dalam The Da Vinci Code.
Maria Magdalena juga didapuk sebagai janda tokoh terkenal, Yohanes
Pembabtis (John the Baptist). Setelah kematian Yohanes Pembabtis, Yesus
atau Easa ( panggilan yang konon digunakan Maria Magdalena) menikahi
Maria Magdalena. Yohanes Pembabtis versi McGowan bukanlah nabi radikal
yang dikenal secara umum, tetapi bajingan penganiaya istri yang
memiliki kecemburuan menggunung pada Yesus, sepupunya. Bukan hanya itu.
Lazarus yang dikenal sebagai saudara Marta dan Maria, berubah menjadi
suami Marta. Putri Herodias -konon bernama Salome- yang meminta Herodes
Antipas, ayah tirinya, memenggal kepala Yohanes Pembabtis menjadi
pahlawan wanita. Herodias dibela dan dinyatakan sebagai pengikut Yesus.
Untuk hal terakhir ini apa yang McGowan lakukan terasa menggelikan.
Untuk memperburuk reputasi Yohanes Pembabtis, ia
membenarkan tindakan Herodes Antipas dan Herodias. Entah McGowan sadar
atau tidak akan kekonyolan gagasannya. Dalam Injil kanonik, Yohanes
memang mengecam tindakan Herodes yang mengambil Herodias, istri
Filipus, saudaranya, menjadi istrinya. Secara hukum Yahudi, apa yang
dilakukan Herodes dan Herodias termasuk tindakan perzinahan mengingat
pasangan masing-masing masih hidup. McGowan juga menyatakan bahwa
Herodias adalah cucu Herodes Agung (hlm. 413), yang dikenal sebagai ayah
dari Herodes Antipas sendiri. Bukankah hal ini hanya menegaskan betapa
kehidupan istana Herodes bergelimang inses?
"Dunia
kebenaran" McGowan juga membuat Paulus, salah satu rasul Kristen
menjadi tokoh sesat sedangkan Yudas dan murid-murid Yesus yang lain
menjadi sangat suci, tanpa cacat cela. Kesalahan yang dilakukan Yudas
atau Petrus dinafikan McGowan dengan pembelaan versinya sendiri. Selain
itu, Nostradamus, peramal terkenal berubah menjadi seorang plagiator.
Sebagai pemulung eklektik, McGowan juga terkesan seenaknya memungut
materi Perjanjian Lama dan menampinya untuk mendapatkan apa yang ia
ingin. Contohnya argumennya mengenai pernikahan Yesus dengan Maria
Magdalena yang sangat kedodoran. Ia mengacu pernikahan Yesus dan Maria
Magdalena pada pernikahan Daud dan Mikhal, putri Saul sebagai penyatuan
suku Benyamin dan Yehuda. Tentu saja kalau McGowan mau melakukan
investigasi "kebenaran" lebih lanjut dan berbiaya murah karena cukup
membaca Perjanjian Lama seakurat mungkin, dia akan menemukan bahwa
sesungguhnya pernikahan Daud dan Mikhal bukan contoh pernikahan yang
ideal. Pernikahan Mikhal dan Daud adalah permainan politik Saul.
Pernikahan itu berjalan amburadul, dan akhirnya Saul memberikan Mikhal
kepada laki-laki lain. Dari pernikahan itu, tidak ada anak yang
dilahirkan. Nah, pernikahan model inikah yang diharapkan McGowan untuk
dijadikan patokan atau panutan pernikahan Yesus dan Maria Magdalena,
jika dan hanya jika, peristiwa itu memang pernah terjadi?
Terlepas dari kebenaran menggelikan ala McGowan, sesungguhnya ia merupakan pencerita yang baik. Novel The Expected One yang cukup tebal ditulisnya dengan gaya atraktif yang enak dibaca tanpa kesan membosankan. Hasil terjemahan edisi Indonesia juga cukup enak dicerna. Cerita dibuka dengan ditemukannya mayat Roger-Bernard Gelis, warga Pyrenees
oleh nelayan Marseille, September 1997. Mayatnya dalam keadaan rusak,
tanpa kepala dan jari telunjuk tangan kanan. Hanya sebentar, cerita
sudah beralih ke peristiwa lain di Yerusalem. Maureen Paschal, seorang
jurnalis Amerika yang sedang melakukan riset, berada di Via Dolorosa,
menemukan sebuah cincin tembaga bergambar planet dan melihat visi-visi
seputar prosesi penyaliban Yesus. Hasil riset Maureen dibukukan dengan
judul Her Story: A Defense of History's Most Hated Heroins, yang salah satu tokohnya adalah Maria Magdalena.
Sebelumnya, McGowan menampilkan cerita ber-setting Gaul
Selatan tahun 72, tentang Maria Magdalena tua yang tengah
menyelesaikan tulisannya. Tulisan-tulisannya mewujud dalam 3 kitab yang
kemudian disembunyikan di kaki bukit Pyrenees,
Prancis barat daya. Tiga kitab ini memuat berbagai peristiwa yang ia
alami dan karakter-karakter Perjanjian Baru -bukan Perjanjian Lama
seperti yang dicantumkan pada halaman sampul belakang edisi Indonesia-
dari perspektif Maria Magdalena sendiri. Tiga kitab ini disimpan dalam 2
stoples yang hanya bisa ditemukan oleh seseorang yang memenuhi
kriteria l'attendue (Dia Yang Dinantikan) karena dilindungi oleh kekuatan alkemi.
Buku
Maureen Paschal dengan gambar dirinya yang sedang memakai cincin yang
didapatnya dari Via Dolorosa menyita perhatian bangsawan Languedoc,
Berenger Sinclair, pemilik puri Apel Biru. Maureen diundang ke Prancis,
tak lain karena ia dilihat sebagai sosok "Dia Yang Dinantikan" yang
akan memecahkan misteri keberadaan tulisan tangan Maria Magdalena.
Maureen pergi ke Prancis bersama sepupunya, Peter Healy seorang pastur
dan dosen. Kemudian pembaca diperkenalkan dengan tokoh-tokoh seperti
Tamara Wisdom, Roland Gelis, Jean-Claude, Derek Wainwright yang
semuanya bersengkarut dalam misteri dan pertikaian yang dipicu oleh
peristiwa yang dijabarkan Maria Magdalena dalam kitabnya.
Maria
Magdalena diceritakan memiliki seorang anak laki-laki bernama
Yohanes-Yusuf hasil hubungannya dengan Yohanes Pembabtis. Dari
hubungannya dengan Yesus, lahir 2 anak, Sarah-Tamar (perempuan) dan
Yeshua-Daud (laki-laki). Sarah-Tamar inilah yang kemudian menubuatkan
Dia Yang Dinantikan. Dari hubungan Maria Magdalena-Yohanes
Pembabtis-Yesus, tercipta sebuah konflik dengan 2 kubu, yaitu kubu
pengikut Yohanes Pembabtis dan kubu pengikut Yesus (dan Maria
Magdalena). Konflik antara kedua kubu ini telah menyebabkan banyak
orang kehilangan nyawa. Nubuat Sarah-Tamar menjadi sangat berbahaya
bagi kubu Yohanes Pembabtis sehingga mereka harus mencegah kehadiran
Dia Yang Dinantikan, yaitu Maureen sendiri.
Tulisan tangan Maria Magdalena berhasil ditemukan oleh Maureen walau dia nyaris kehilangan nyawa. Peter Healy menerjemahkan tulisan yang menggunakan bahasa Yunani tersebut, kemudian diam-diam membawa pergi semuanya ke Paris.
Tulisan tangan Maria Magdalena berhasil ditemukan oleh Maureen walau dia nyaris kehilangan nyawa. Peter Healy menerjemahkan tulisan yang menggunakan bahasa Yunani tersebut, kemudian diam-diam membawa pergi semuanya ke Paris.
Sebagai sebuah thriller, novel ini terasa kurang lengkap. McGowan sepertinya memang tidak bertujuan untuk menghadirkan novelnya sebagai thriller. Unsur thriller seperti yang ditemukan dalam novel-novel seperti The Da Vinci Code, Messiah, atau The Last Templar tidak
kuat bergema di halaman-halaman novel. Konflik yang berpotensi
menciptakan ketegangan, yaitu permusuhan kubu Yohanes Pembabtis dan
kubu Yesus tidak digarap secara intens. Porsi terbesar novel dipakai
McGowan untuk mengedepankan Injil Maria Magdalena yang seakan-akan
disengaja untuk menciptakan kontroversi. Teknik yang dipakai McGowan
juga mengingatkan pada kreasi Holywood yang sering mencengangkan saking
bombastisnya. Pada beberapa tempat, bahkan bernuansa opera sabun.
Sehingga, tak pelak, The Expected One tampil paradoksal. Pada satu sisi, mematahkan ide-ide Holywood seperti yang diangkat dalam film The Last Temptation of Christ (yang
sesungguhnya berdasarkan novel Nikos Kazantzakis, tetapi menggambarkan
Maria Magdalena sebagai pelacur). Tetapi pada sisi lain, bermuatan
konflik khas Holywood (lihat saja kisah cinta 'segitiga' yang ada dalam
novel ini).
Entah
kenapa tulisan tangan Maria Magdalena harus disembunyikan begitu
selesai ditulis. Apakah Sarah-Tamar yang kemudian mencetuskan nubuat
'Dia Yang Dinantikan' tidak cukup dipercaya ibunya untuk menerima
warisan kemudian mewariskan lagi secara turun-temurun?
Lalu,
mengapa 'kutipan' bagian tulisan tangan Maria Magdalena yang lain yang
disebut Kitab Para Murid dilampirkan begitu saja di hampir semua bab?
Sepertinya McGowan sendiri menjadi bingung saking banyaknya muatan
gagasan yang hendak ia sampaikan.
Tulisan
tangan Maria Magdalena pun terasa ganjil. Maria Magdalena seolah-olah
hidup di masa kini sehingga tahu benar segala kontroversi dan
perdebatan yang meliputi tokoh-tokoh Perjanjian Baru seperti Yudas,
Petrus, Putri Herodias, dan Pilatus yang agaknya baru muncul
berabad-abad kemudian. Maria Magdalena memang mengatakan ada orang dari
Roma dan Efesus yang datang berkonsultasi dengannya, tetapi itu soal
Paulus. Tidak ada alasan yang cukup kuat untuk pembenaran tulisannya
itu. (McGowan sempat mengatakan bahwa dia memiliki sumber materi,
tetapi apa yang dimaksudkannya tidak dijelaskan). Pembelaan yang Maria
Magdalena lakukan jelas bukan pembelaan Maria Magdalena, tetapi
pembelaan McGowan sendiri.
Selain
itu aksi pembelaan perempuan yang McGowan lakukan juga menimbulkan
pertanyaan. McGowan jelas-jelas membela perzinahan ala Herodias di masa
lalu, dan baca apa yang ditulis McGowan dalam kehidupan seorang
perempuan masa kini yang 'sadar' dirinya merupakan keturunan
orang-orang suci. Kalau Tamara Wisdom (Tammy) tahu betul genetikanya,
mengapa dia mau tidur dengan Derek Wainwright tanpa terikat pernikahan?
Tetapi itulah kebenaran ala McGowan.
Akhirnya,
menyitir ucapan Maureen dalam novel yang juga dikutip McGowan dalam
bagian penutup, "Sejarah bukanlah sesuatu yang telah terjadi. Sejarah
adalah sesuatu yang dituliskan", bolehlah kita mengatakan, seperti yang
juga disampaikan McGowan, bahwa buku ini adalah hasil kreasinya dengan
agenda politiknya sendiri. Inilah versi dokumentasi Kathleen McGowan
yang mungkin berpotensi, lagi-lagi seperti ungkapannya, "membuat
kebenaran menjadi hilang selamanya".
0 comments:
Post a Comment