08 February 2012

The Expected One


Judul Buku: Dia Yang Dinantikan
Judul Asli: The Expected One
Penulis: Kathleen McGowan
Penerjemah: Leinovar Bahfeyn & Luisa Nurdin
Cetakan: 1, Februari 2007
Penerbit: Ufuk Press



Maria Magdalena adalah salah satu perempuan terkenal dalam sejarah manusia yang sering dibicarakan, dipertanyakan, dan dijadikan bahan perdebatan. Namanya disebutkan sebanyak 12 kali dalam Injil kanonik, tetapi tidak ada deskripsi detail mengenai kehidupannya. Maria Magdalena disebutkan berasal dari Magdala, sebuah kota di tepi barat Laut (danau) Galilea yang daripadanya Yesus mengusir 7 roh jahat. Maria Magdalena dikenal sebagai salah satu perempuan yang melayani rombongan Yesus dengan kekayaan yang ia miliki, ikut dalam perjalanan menuju Yerusalem, menyaksikan prosesi penyaliban, dan menjadi saksi pertama kebangkitan Yesus. Nama Maria Magdalena juga muncul dalam Injil apokrif yang muncul bertahun-tahun kemudian setelah Injil kanonik. Tidak banyak yang diketahui mengenai kehidupan perempuan ini. Sepanjang sejarah orang-orang yang kemelit telah menyusun berbagai hipotesis tentang siapa sesungguhnya sosok Maria Magdalena. Kehidupannya yang misterius menjadi buah bibir dan berkembang dalam berbagai tradisi lisan. Banyak penulis mencoba menggali kehidupannya, dan karena keterbatasan sumber, hipotesis berdasarkan tradisi lisan dijadikan pijakan untuk menulis buku. Simpang-siur kehidupan Maria Magdalena menjelma dalam puluhan buku, dan hingga kini ada 28 buku fiksi tercatat dalam situs magdalene.org yang menjadikannya karakter dalam produk fantasi. Antara lain A Letter of Mary (Laurie B. King), Dark Moon (J. H. Brennan), Daughters of Jerusalem (Thom Lemmons), La Magdalena ( William M. Valtos), Magdalene (Carolyn Slaughter), dan The Scarlet Lily (Edward F. Murphy). The Expected One yang pembuatannya konon menghabiskan waktu hampir dua dasawarsa ini akan menambah daftar fiksi mengenai Maria Magdalena.

Berdasarkan pertanyaan Pontius Pilatus, salah satu tokoh penting di seputar peristiwa eksekusi Yesus yang saat itu memangku jabatan sebagai gubernur Romawi atas Yudea, Samaria, dan Idumea (26 - 36 ses Mas), dalam Injil Yohanes 18:38, Kathleen McGowan menggelontorkan novel yang terkesan provokatif sekaligus kontroversial.

"Apakah kebenaran itu?"

Sesudah ayat kutipan McGowan, kita memang tidak akan menemukan jawaban atas pertanyaan Pilatus ini. Pertanyaan seolah-olah dibiarkan mengambang oleh penulis Injil Yohanes (yang oleh beberapa kalangan dipandang sebagai tulisan Maria Magdalena, bukan Yohanes, murid Yesus, dan tesis ini rupanya juga digunakan McGowan dalam novel ini). Oleh karena itu, menurut McGowan, sebagai jurnalis, pertanyaan Pilatus telah menjadi mantra semua investigasi yang ia lakukan. Maria Magdalena menjadi salah satu topik riset kebenaran versi McGowan yang dieksplorasi melalui legenda; mitologi; kosmologi; hasil karya Abad Pertengahan, periode Renaisans, dan Barok; buku seperti Holy Blood, Holy Grail. Maka, lahirlah novel The Expected One, yang oleh Ufuk Press, untuk edisi Indonesia diberi judul Dia Yang Dinantikan, dengan embel-embel yang provokatif : Permusuhan Politis, Cinta Segitiga yang Rumit, dan Misteri Injil Tulisan Maria Magdalena Sendiri. Bagi McGowan, semua sumber yang dipulungnya secara eklektik, menjadi modal yang adekuat untuk menghadirkan Maria Magdalena sesuai gambaran kebenaran yang ia inginkan. Sebuah kebenaran yang aneh, bukan? Tidak heran, McGowan dengan bangga mengenakan label "antiakademik" dengan tulisan mencolok seperti yang diproklamasikannya pada bagian penutup novel.

Sebuah pertanyaan yang mungkin tercetus adalah: jika McGowan hendak menyampaikan kebenaran yang berpotensi menempelak keyakinan mapan yang sudah ada, mengapa dia memilih fiksi sebagai media distribusi kebenaran? McGowan telah menjawab sendiri : dia tidak mampu menciptakan bukti telak (hlm. 593). Karena, memang, secara ilmiah, sebagian besar yang dijadikan referensi McGowan untuk memperkuat gagasan dalam novelnya tidak akurat dan memiliki tingkat signifikansi yang rendah.

Sosok Maria Magdalena di tangan McGowan menjelma menjadi perempuan 'separuh' gambaran seniman. Perempuan mungil, berambut merah, menyimpan tengkorak, dan stoples narwastu. Identitas Maria Magdalena yang ditampilkan para seniman sebagai sosok seksi molek dengan tubuh seduktif yang mencitrakan perempuan nakal dipangkas oleh McGowan.

Karena secara akademis, sumber utama yang digunakan McGowan kemungkinan tidak dapat diterima - walau dia juga memulung ide dari Injil kanonik, bagi kalangan tertentu, tidak perlu merasa terbeban oleh perjalanan imajiner McGowan yang (alamak!) mengaku sebagai keturunan Maria Magdalena (sekaligus berarti keturunan Yesus). Tidak perlu merasa terintimidasi oleh puting-beliung yang diembuskan oleh McGowan yang memang secara tandas menunggangbalikkan semua spekulasi, termasuk spekulasi yang disorongkan oleh Dan Brown dalam The Da Vinci Code. Padahal, suka atau tidak dan apa pun dalih McGowan, novel ini akan tetap dipandang sebagai epigon, menambah kisruh ingar-bingar rumor kehidupan Maria Magdalena yang sudah seperti selebritas.

Dalam "dunia kebenaran" versi McGowan, Maria Magdalena bukan sekadar pribadi jelita yang menikah dengan Yesus seperti dalam The Da Vinci Code. Maria Magdalena juga didapuk sebagai janda tokoh terkenal, Yohanes Pembabtis (John the Baptist). Setelah kematian Yohanes Pembabtis, Yesus atau Easa ( panggilan yang konon digunakan Maria Magdalena) menikahi Maria Magdalena. Yohanes Pembabtis versi McGowan bukanlah nabi radikal yang dikenal secara umum, tetapi bajingan penganiaya istri yang memiliki kecemburuan menggunung pada Yesus, sepupunya. Bukan hanya itu. Lazarus yang dikenal sebagai saudara Marta dan Maria, berubah menjadi suami Marta. Putri Herodias -konon bernama Salome- yang meminta Herodes Antipas, ayah tirinya, memenggal kepala Yohanes Pembabtis menjadi pahlawan wanita. Herodias dibela dan dinyatakan sebagai pengikut Yesus. Untuk hal terakhir ini apa yang McGowan lakukan terasa menggelikan. Untuk memperburuk reputasi Yohanes Pembabtis, ia membenarkan tindakan Herodes Antipas dan Herodias. Entah McGowan sadar atau tidak akan kekonyolan gagasannya. Dalam Injil kanonik, Yohanes memang mengecam tindakan Herodes yang mengambil Herodias, istri Filipus, saudaranya, menjadi istrinya. Secara hukum Yahudi, apa yang dilakukan Herodes dan Herodias termasuk tindakan perzinahan mengingat pasangan masing-masing masih hidup. McGowan juga menyatakan bahwa Herodias adalah cucu Herodes Agung (hlm. 413), yang dikenal sebagai ayah dari Herodes Antipas sendiri. Bukankah hal ini hanya menegaskan betapa kehidupan istana Herodes bergelimang inses?

"Dunia kebenaran" McGowan juga membuat Paulus, salah satu rasul Kristen menjadi tokoh sesat sedangkan Yudas dan murid-murid Yesus yang lain menjadi sangat suci, tanpa cacat cela. Kesalahan yang dilakukan Yudas atau Petrus dinafikan McGowan dengan pembelaan versinya sendiri. Selain itu, Nostradamus, peramal terkenal berubah menjadi seorang plagiator. Sebagai pemulung eklektik, McGowan juga terkesan seenaknya memungut materi Perjanjian Lama dan menampinya untuk mendapatkan apa yang ia ingin. Contohnya argumennya mengenai pernikahan Yesus dengan Maria Magdalena yang sangat kedodoran. Ia mengacu pernikahan Yesus dan Maria Magdalena pada pernikahan Daud dan Mikhal, putri Saul sebagai penyatuan suku Benyamin dan Yehuda. Tentu saja kalau McGowan mau melakukan investigasi "kebenaran" lebih lanjut dan berbiaya murah karena cukup membaca Perjanjian Lama seakurat mungkin, dia akan menemukan bahwa sesungguhnya pernikahan Daud dan Mikhal bukan contoh pernikahan yang ideal. Pernikahan Mikhal dan Daud adalah permainan politik Saul. Pernikahan itu berjalan amburadul, dan akhirnya Saul memberikan Mikhal kepada laki-laki lain. Dari pernikahan itu, tidak ada anak yang dilahirkan. Nah, pernikahan model inikah yang diharapkan McGowan untuk dijadikan patokan atau panutan pernikahan Yesus dan Maria Magdalena, jika dan hanya jika, peristiwa itu memang pernah terjadi?

Terlepas dari kebenaran menggelikan ala McGowan, sesungguhnya ia merupakan pencerita yang baik. Novel The Expected One yang cukup tebal ditulisnya dengan gaya atraktif yang enak dibaca tanpa kesan membosankan. Hasil terjemahan edisi Indonesia juga cukup enak dicerna. Cerita dibuka dengan ditemukannya mayat Roger-Bernard Gelis, warga Pyrenees oleh nelayan Marseille, September 1997. Mayatnya dalam keadaan rusak, tanpa kepala dan jari telunjuk tangan kanan. Hanya sebentar, cerita sudah beralih ke peristiwa lain di Yerusalem. Maureen Paschal, seorang jurnalis Amerika yang sedang melakukan riset, berada di Via Dolorosa, menemukan sebuah cincin tembaga bergambar planet dan melihat visi-visi seputar prosesi penyaliban Yesus. Hasil riset Maureen dibukukan dengan judul Her Story: A Defense of History's Most Hated Heroins, yang salah satu tokohnya adalah Maria Magdalena.

Sebelumnya, McGowan menampilkan cerita ber-setting Gaul Selatan tahun 72, tentang Maria Magdalena tua yang tengah menyelesaikan tulisannya. Tulisan-tulisannya mewujud dalam 3 kitab yang kemudian disembunyikan di kaki bukit Pyrenees, Prancis barat daya. Tiga kitab ini memuat berbagai peristiwa yang ia alami dan karakter-karakter Perjanjian Baru -bukan Perjanjian Lama seperti yang dicantumkan pada halaman sampul belakang edisi Indonesia- dari perspektif Maria Magdalena sendiri. Tiga kitab ini disimpan dalam 2 stoples yang hanya bisa ditemukan oleh seseorang yang memenuhi kriteria l'attendue (Dia Yang Dinantikan) karena dilindungi oleh kekuatan alkemi.

Buku Maureen Paschal dengan gambar dirinya yang sedang memakai cincin yang didapatnya dari Via Dolorosa menyita perhatian bangsawan Languedoc, Berenger Sinclair, pemilik puri Apel Biru. Maureen diundang ke Prancis, tak lain karena ia dilihat sebagai sosok "Dia Yang Dinantikan" yang akan memecahkan misteri keberadaan tulisan tangan Maria Magdalena. Maureen pergi ke Prancis bersama sepupunya, Peter Healy seorang pastur dan dosen. Kemudian pembaca diperkenalkan dengan tokoh-tokoh seperti Tamara Wisdom, Roland Gelis, Jean-Claude, Derek Wainwright yang semuanya bersengkarut dalam misteri dan pertikaian yang dipicu oleh peristiwa yang dijabarkan Maria Magdalena dalam kitabnya.

Maria Magdalena diceritakan memiliki seorang anak laki-laki bernama Yohanes-Yusuf hasil hubungannya dengan Yohanes Pembabtis. Dari hubungannya dengan Yesus, lahir 2 anak, Sarah-Tamar (perempuan) dan Yeshua-Daud (laki-laki). Sarah-Tamar inilah yang kemudian menubuatkan Dia Yang Dinantikan. Dari hubungan Maria Magdalena-Yohanes Pembabtis-Yesus, tercipta sebuah konflik dengan 2 kubu, yaitu kubu pengikut Yohanes Pembabtis dan kubu pengikut Yesus (dan Maria Magdalena). Konflik antara kedua kubu ini telah menyebabkan banyak orang kehilangan nyawa. Nubuat Sarah-Tamar menjadi sangat berbahaya bagi kubu Yohanes Pembabtis sehingga mereka harus mencegah kehadiran Dia Yang Dinantikan, yaitu Maureen sendiri. 

Tulisan tangan Maria Magdalena berhasil ditemukan oleh Maureen walau dia nyaris kehilangan nyawa. Peter Healy menerjemahkan tulisan yang menggunakan bahasa Yunani tersebut, kemudian diam-diam membawa pergi semuanya ke Paris.

Sebagai sebuah thriller, novel ini terasa kurang lengkap. McGowan sepertinya memang tidak bertujuan untuk menghadirkan novelnya sebagai thriller. Unsur thriller seperti yang ditemukan dalam novel-novel seperti The Da Vinci Code, Messiah, atau The Last Templar tidak kuat bergema di halaman-halaman novel. Konflik yang berpotensi menciptakan ketegangan, yaitu permusuhan kubu Yohanes Pembabtis dan kubu Yesus tidak digarap secara intens. Porsi terbesar novel dipakai McGowan untuk mengedepankan Injil Maria Magdalena yang seakan-akan disengaja untuk menciptakan kontroversi. Teknik yang dipakai McGowan juga mengingatkan pada kreasi Holywood yang sering mencengangkan saking bombastisnya. Pada beberapa tempat, bahkan bernuansa opera sabun. Sehingga, tak pelak, The Expected One tampil paradoksal. Pada satu sisi, mematahkan ide-ide Holywood seperti yang diangkat dalam film The Last Temptation of Christ (yang sesungguhnya berdasarkan novel Nikos Kazantzakis, tetapi menggambarkan Maria Magdalena sebagai pelacur). Tetapi pada sisi lain, bermuatan konflik khas Holywood (lihat saja kisah cinta 'segitiga' yang ada dalam novel ini). 

Entah kenapa tulisan tangan Maria Magdalena harus disembunyikan begitu selesai ditulis. Apakah Sarah-Tamar yang kemudian mencetuskan nubuat 'Dia Yang Dinantikan' tidak cukup dipercaya ibunya untuk menerima warisan kemudian mewariskan lagi secara turun-temurun?

Lalu, mengapa 'kutipan' bagian tulisan tangan Maria Magdalena yang lain yang disebut Kitab Para Murid dilampirkan begitu saja di hampir semua bab? Sepertinya McGowan sendiri menjadi bingung saking banyaknya muatan gagasan yang hendak ia sampaikan.

Tulisan tangan Maria Magdalena pun terasa ganjil. Maria Magdalena seolah-olah hidup di masa kini sehingga tahu benar segala kontroversi dan perdebatan yang meliputi tokoh-tokoh Perjanjian Baru seperti Yudas, Petrus, Putri Herodias, dan Pilatus yang agaknya baru muncul berabad-abad kemudian. Maria Magdalena memang mengatakan ada orang dari Roma dan Efesus yang datang berkonsultasi dengannya, tetapi itu soal Paulus. Tidak ada alasan yang cukup kuat untuk pembenaran tulisannya itu. (McGowan sempat mengatakan bahwa dia memiliki sumber materi, tetapi apa yang dimaksudkannya tidak dijelaskan). Pembelaan yang Maria Magdalena lakukan jelas bukan pembelaan Maria Magdalena, tetapi pembelaan McGowan sendiri.

Selain itu aksi pembelaan perempuan yang McGowan lakukan juga menimbulkan pertanyaan. McGowan jelas-jelas membela perzinahan ala Herodias di masa lalu, dan baca apa yang ditulis McGowan dalam kehidupan seorang perempuan masa kini yang 'sadar' dirinya merupakan keturunan orang-orang suci. Kalau Tamara Wisdom (Tammy) tahu betul genetikanya, mengapa dia mau tidur dengan Derek Wainwright tanpa terikat pernikahan? Tetapi itulah kebenaran ala McGowan.

Akhirnya, menyitir ucapan Maureen dalam novel yang juga dikutip McGowan dalam bagian penutup, "Sejarah bukanlah sesuatu yang telah terjadi. Sejarah adalah sesuatu yang dituliskan", bolehlah kita mengatakan, seperti yang juga disampaikan McGowan, bahwa buku ini adalah hasil kreasinya dengan agenda politiknya sendiri. Inilah versi dokumentasi Kathleen McGowan yang mungkin berpotensi, lagi-lagi seperti ungkapannya, "membuat kebenaran menjadi hilang selamanya".

0 comments:

Post a Comment

Recommended Post Slide Out For Blogger
 

Blog Template by Blogger.com

Author: Jody Setiawan