Judul buku : Little Indiscretions
Judul Asli : Pequenas Infamias
Penulis : Carmen Posadas
Penerjemah : Lina Susanti
Tebal : X + 330 hlm; 20,5 cm
Cetakan: 1, Februari 2007
Penerbit : PT Bentang Pustaka
Banyak penulis yang memanfaatkan unsur kebetulan sebagai fondamen estetika untuk menghasilkan karya fiksi. Kebetulan demi kebetulan dijejalkan ke dalam alur cerita sehingga membentuk bangunan cerita yang diinginkan. Tetapi bukan berarti dengan keberadaan unsur kebetulan lalu menyebabkan karya tersebut menjadi basi atau kehilangan greget. Karena pada dasarnya, kebetulan itu sendiri mencerminkan kehidupan yang apa adanya. Bukankah hidup seringkali terbangun dari serangkaian kebetulan? Kebetulan demi kebetulan sering kita alami dalam perjalanan kehidupan, sehingga jika ada yang protes atas unsur kebetulan yang digunakan oleh pengarang untuk memintal ceritanya, tentu tidak sepenuhnya bisa diterima. Oleh karena itu seorang pengarang haruslah bisa mengolah unsur kebetulan sedemikian rupa sehingga pembaca dapat menikmatinya sebagai suatu kewajaran.
Salah satu pengarang yang berhasil menggunakan trik ini adalah Carmen Posadas dengan novelnya yang berjudul Pequenas Infamias (1998), sebagai gebrak keduanya dalam menulis novel dewasa. Sebelum Pequenas Infamias, Carmen Posadas telah menerbitkan sebuah novel dewasa bertajuk Cinco Moscas Azules (The Last Resort) pada tahun 1996. Perempuan berdarah Uruguay yang sekarang telah menjadi warga negara Spanyol ini memulai karir kepenulisannya pada tahun 1980. Ia kemudian dikenal sebagai pengarang novel anak-anak seperti Kiwi (1984), Maria Celeste (1993) dan Liliana, Bruja Urbana (1995). Pequenas Infamias yang memenangkan penghargaan sastra Planeta Prize tahun 1998 diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan judul Little Indiscretions.
Awalnya ada indikasi jika Little Indiscretions akan hadir sebagai kisah misteri detektif dengan tokoh detektif
seperti produk fantasi Agatha Christie; Hercule Poirot atau Miss
Marple. Tetapi ternyata tidak. Novel ini memang berselubung aura
misteri, tetapi tidak mencapai skala misteri detektif. Cerita berawal
sekaligus berakhir pada hari yang sama terjadinya kematian karakter
penting dalam novel. Dan untuk membuat cerita menjadi panjang sehingga
bisa disuguhkan sebagai novel, Carmen Posadas menggunakan teknik kilas
balik untuk mendedah musabab kematian karakter tersebut dalam nuansa
dramatikal.
The
Lilies, sebuah rumah pedesaan tepi pantai di Malaga, 29 Maret 1998.
Nestor Chaffino, lelaki tua pemilik usaha katering Mulberry &
Mistletoe, yang terkenal dengan makanan penutupnya, terjebak dalam
sebuah ruangan pendingin. Ia sedang mengatur truffle cokelat
sisa makan malam yang baru selesai dilaksanakan ketika pintu ruang
pendingin tertutup di belakangnya. Tidak ada yang menolong membukakan
pintu untuk Nestor, sehingga lelaki tua yang sesungguhnya mengidap
kanker paru-paru ini tewas dalam kebekuan.
Karel Pligh, salah satu karyawan Nestor, mantan binaragawan Ceko yang pernah bercita-cita jadi penyanyi Latin menemukan Nestor. Teriakannya menyentak semua orang yang menginap di The Lilies. Carlos Ricardo adalah orang yang pertama menanggapi teriakan Karel, kemudian disusul secara malas-malasan oleh empat orang lainnya.
Carlos Ricardo adalah mahasiswa hukum tahun pertama yang bekerja sebagai pramusaji paruh-waktu di Mulberry & Mistletoe. Ia adalah teman baik Nestor dan sudah dianggap Nestor sebagai anak sendiri. Carlos mewarisi flat Nomor 38 Calle de Almagro dari neneknya, Teresa. Kedua orang tuanya telah meninggal. Ibunya meninggal di Argentina pada tahun 1982 ketika Carlos berusia 4 tahun sedangkan ayahnya meninggal bertahun-tahun kemudian setelah ibunya. Dua minggu sebelum kematian Nestor ini, Carlos bersama Nestor mengunjungi Madame Longstaffe, seorang paranormal untuk mendapatkan ramuan cinta yang akan membantu Carlos menemukan gadis berambut pirang platina yang ia lihat dalam lukisan di flat neneknya. Tetapi justru Madame Longstaffe menampak sesuatu dalam diri Nestor. Madame Longstaffe mengingatkan Nestor bahaya ruangan pendingin, truffle cokelat, resep makanan penutup, dan buku catatan kecil berlapis kain. Menurut si paranormal, meski Nestor mengidap kanker paru-paru, ia tidak perlu takut sampai ada 4 T bersekutu menentangnya. Tentu saja Nestor tidak menghiraukan peringatan perempuan ini.
Ramuan cinta 4 tetes di malam purnama milik Madame Longstaffe ternyata dengan cepat disingkirkan oleh Carlos. Carlos terlibat hubungan cinta dengan seorang perempuan gaek, Adela Teldi. Hubungan ini berawal ketika Adela datang ke Mulberry & Mistletoe, bermaksud bertemu Nestor untuk mengatur masalah katering acara makan malam yang akan dilaksanakan keluarga Teldi bagi kolektor seni di The Lilies.
Adela Teldi adalah mantan model yang telah lama menjadi istri Ernesto Teldi tetapi tidak bisa melepaskan diri dari jerat petualangan ekstramaritalnya dengan berbagai laki-laki. Ia selalu berusaha tampil cantik di usia rentanya. Meski berusaha mengenyahkan, Adela tidak dapat melupakan kenangan masa lalu di Argentina ketika ia berselingkuh dengan adik iparnya yang menyebabkan adik perempuannya bunuh diri.
Ernesto Teldi adalah seorang agen seni terkenal dan seorang filantrop yang telah mendirikan sekolah bagi anak-anak terlantar dan memberikan beasiswa untuk seniman berbakat. Di masa lalunya, Ernesto terlibat dalam perdagangan di pasar gelap Argentina. Ia memiliki andil pada peristiwa pembunuhan tahanan-tahanan politik di Argentina pada tahun 1976.
Keluarga Teldi juga mengundang Serafin Tous, seorang hakim kenalan dekat Adela, untuk hadir di acara makan malam yang mereka adakan. Hakim yang pernah menjadi guru piano di masa lalunya ini adalah seorang duda dengan kecenderungan pedofilia. Ia bertandang ke Freshman's, tempat ia bisa memilih anak lelaki tampan yang disukainya untuk dijadikan teman kencan.
Setelah acara makan malam, Adela, Ernesto, dan Serafin diserang insomnia. Mereka sibuk memikirkan bagaimana caranya membuat masa lalu mereka tidak menjadi bumerang yang menghancurkan. Penyebabnya adalah Nestor, si koki berkumis meruncing mengetahui rahasia mereka bertiga.
Tetapi ternyata masih ada juga yang diserang insomnia malam itu. Chloe Trias, kekasih Karel. Perempuan ini sebetulnya berasal dari keluarga kaya. Dia lari dari rumah dan membantu Karel bekerja di Mulberry & Mistletoe. Chloe tidak bisa bertahan di rumah setelah Oedipus atau Eddie, kakak laki-laki semata wayangnya tewas kecelakaan. Eddie meninggal 7 tahun sebelumnya tanpa pernah berhasil merealisasikan mimpinya untuk menjadi seorang penulis. Chloe, perempuan dengan cincin di bibir bawah dan tindikan di lidah ini tidak bisa melupakan Eddie. Baginya, hidup tidak bersikap baik, mencuri apa yang ia cintai, mengkhianatinya, dan memasang jebakan-jebakan. Chloe sangat tertarik pada cerita-cerita Nestor dan menerima kebohongan kecil Nestor yang mengatakan bahwa koki ini menulis kisah-kisah rahasia memalukan orang-orang terkenal yang pernah menjadi bosnya sebelum membuka usaha sendiri dalam buku catatannya yang bersampul kain.
Nestor memang menulis rahasia-rahasia dalam buku catatannya, tetapi bukan seperti yang Chloe kira. Dalam buku itu Nestor menulis ringkasan-ringkasan kecil rahasia kulinernya yang diberi judul Little Indiscretion, membocorkan rahasia membuat makanan penutup yang tidak akan dilakukan oleh para koki terkenal lainnya. Nestor menuliskan trik-trik membuat Ile flottante, mousse cokelat, oeufs intacts, sorbet, gelati, dan souffle pistachio. Secara bersamaan Nestor juga mengirimkan rahasia kulinernya kepada teman lamanya sewaktu ia bekerja di Argentina, Antonio Reig. Dengan harapan, tulisan-tulisannya bisa diterbitkan oleh Antonio setelah ia mati.
Tetapi di The Lilies, rumah sarang kecoak, tempat kecoak menyambut pengunjung rumah sambil melambaikan antenanya persis di keset pintu depan, nasib Nestor sebagai koki dengan kemampuan gastronomi yang tangguh telah ditentukan. Ia mati dalam usaha terakhir memecahkan misteri 4 T yang bersekutu melawannya, pada suhu 30 derajat di bawah nol.
Sekarang, apa sebenarnya 4 T yang diramalkan Madame Longstaffe? Siapa sebenarnya yang bertanggung jawab atas kematian Nestor Chaffino? Kedua pertanyaan ini akan dijawab tuntas dalam bab-bab terakhir novel yang mencengangkan.
Karel Pligh, salah satu karyawan Nestor, mantan binaragawan Ceko yang pernah bercita-cita jadi penyanyi Latin menemukan Nestor. Teriakannya menyentak semua orang yang menginap di The Lilies. Carlos Ricardo adalah orang yang pertama menanggapi teriakan Karel, kemudian disusul secara malas-malasan oleh empat orang lainnya.
Carlos Ricardo adalah mahasiswa hukum tahun pertama yang bekerja sebagai pramusaji paruh-waktu di Mulberry & Mistletoe. Ia adalah teman baik Nestor dan sudah dianggap Nestor sebagai anak sendiri. Carlos mewarisi flat Nomor 38 Calle de Almagro dari neneknya, Teresa. Kedua orang tuanya telah meninggal. Ibunya meninggal di Argentina pada tahun 1982 ketika Carlos berusia 4 tahun sedangkan ayahnya meninggal bertahun-tahun kemudian setelah ibunya. Dua minggu sebelum kematian Nestor ini, Carlos bersama Nestor mengunjungi Madame Longstaffe, seorang paranormal untuk mendapatkan ramuan cinta yang akan membantu Carlos menemukan gadis berambut pirang platina yang ia lihat dalam lukisan di flat neneknya. Tetapi justru Madame Longstaffe menampak sesuatu dalam diri Nestor. Madame Longstaffe mengingatkan Nestor bahaya ruangan pendingin, truffle cokelat, resep makanan penutup, dan buku catatan kecil berlapis kain. Menurut si paranormal, meski Nestor mengidap kanker paru-paru, ia tidak perlu takut sampai ada 4 T bersekutu menentangnya. Tentu saja Nestor tidak menghiraukan peringatan perempuan ini.
Ramuan cinta 4 tetes di malam purnama milik Madame Longstaffe ternyata dengan cepat disingkirkan oleh Carlos. Carlos terlibat hubungan cinta dengan seorang perempuan gaek, Adela Teldi. Hubungan ini berawal ketika Adela datang ke Mulberry & Mistletoe, bermaksud bertemu Nestor untuk mengatur masalah katering acara makan malam yang akan dilaksanakan keluarga Teldi bagi kolektor seni di The Lilies.
Adela Teldi adalah mantan model yang telah lama menjadi istri Ernesto Teldi tetapi tidak bisa melepaskan diri dari jerat petualangan ekstramaritalnya dengan berbagai laki-laki. Ia selalu berusaha tampil cantik di usia rentanya. Meski berusaha mengenyahkan, Adela tidak dapat melupakan kenangan masa lalu di Argentina ketika ia berselingkuh dengan adik iparnya yang menyebabkan adik perempuannya bunuh diri.
Ernesto Teldi adalah seorang agen seni terkenal dan seorang filantrop yang telah mendirikan sekolah bagi anak-anak terlantar dan memberikan beasiswa untuk seniman berbakat. Di masa lalunya, Ernesto terlibat dalam perdagangan di pasar gelap Argentina. Ia memiliki andil pada peristiwa pembunuhan tahanan-tahanan politik di Argentina pada tahun 1976.
Keluarga Teldi juga mengundang Serafin Tous, seorang hakim kenalan dekat Adela, untuk hadir di acara makan malam yang mereka adakan. Hakim yang pernah menjadi guru piano di masa lalunya ini adalah seorang duda dengan kecenderungan pedofilia. Ia bertandang ke Freshman's, tempat ia bisa memilih anak lelaki tampan yang disukainya untuk dijadikan teman kencan.
Setelah acara makan malam, Adela, Ernesto, dan Serafin diserang insomnia. Mereka sibuk memikirkan bagaimana caranya membuat masa lalu mereka tidak menjadi bumerang yang menghancurkan. Penyebabnya adalah Nestor, si koki berkumis meruncing mengetahui rahasia mereka bertiga.
Tetapi ternyata masih ada juga yang diserang insomnia malam itu. Chloe Trias, kekasih Karel. Perempuan ini sebetulnya berasal dari keluarga kaya. Dia lari dari rumah dan membantu Karel bekerja di Mulberry & Mistletoe. Chloe tidak bisa bertahan di rumah setelah Oedipus atau Eddie, kakak laki-laki semata wayangnya tewas kecelakaan. Eddie meninggal 7 tahun sebelumnya tanpa pernah berhasil merealisasikan mimpinya untuk menjadi seorang penulis. Chloe, perempuan dengan cincin di bibir bawah dan tindikan di lidah ini tidak bisa melupakan Eddie. Baginya, hidup tidak bersikap baik, mencuri apa yang ia cintai, mengkhianatinya, dan memasang jebakan-jebakan. Chloe sangat tertarik pada cerita-cerita Nestor dan menerima kebohongan kecil Nestor yang mengatakan bahwa koki ini menulis kisah-kisah rahasia memalukan orang-orang terkenal yang pernah menjadi bosnya sebelum membuka usaha sendiri dalam buku catatannya yang bersampul kain.
Nestor memang menulis rahasia-rahasia dalam buku catatannya, tetapi bukan seperti yang Chloe kira. Dalam buku itu Nestor menulis ringkasan-ringkasan kecil rahasia kulinernya yang diberi judul Little Indiscretion, membocorkan rahasia membuat makanan penutup yang tidak akan dilakukan oleh para koki terkenal lainnya. Nestor menuliskan trik-trik membuat Ile flottante, mousse cokelat, oeufs intacts, sorbet, gelati, dan souffle pistachio. Secara bersamaan Nestor juga mengirimkan rahasia kulinernya kepada teman lamanya sewaktu ia bekerja di Argentina, Antonio Reig. Dengan harapan, tulisan-tulisannya bisa diterbitkan oleh Antonio setelah ia mati.
Tetapi di The Lilies, rumah sarang kecoak, tempat kecoak menyambut pengunjung rumah sambil melambaikan antenanya persis di keset pintu depan, nasib Nestor sebagai koki dengan kemampuan gastronomi yang tangguh telah ditentukan. Ia mati dalam usaha terakhir memecahkan misteri 4 T yang bersekutu melawannya, pada suhu 30 derajat di bawah nol.
Sekarang, apa sebenarnya 4 T yang diramalkan Madame Longstaffe? Siapa sebenarnya yang bertanggung jawab atas kematian Nestor Chaffino? Kedua pertanyaan ini akan dijawab tuntas dalam bab-bab terakhir novel yang mencengangkan.
Little Indicretions dibagi Carmen Posadas dalam 4 bagian besar dengan judul-judul Tiga Puluh Derajat di Bawah Nol, Enam Hari di Bulan Maret, Malam Sebelum Keberangkatan, dan Permainan Cermin.
Seperti yang diungkapkan sebelumnya, cerita dijabarkan dengan
mengandalkan teknik kilas balik. Teknik ini sangat sesuai mengingat
pengarang hendak membongkar misteri penyebab kematian Nestor yang
berkaitan dengan kejadian-kejadian sebelumnya. Oleh karena itu, pembaca
digiring ke saat sebelum acara makan malam, saat berlangsungnya acara
makan malam, dan waktu pintu ruangan pendinginan tertutup di belakang
Nestor setelah acara makan malam berakhir. Pada bagian akhir, Carmen
Posadas mendedahkan motif terdalam yang ada di benak si pembunuh
sehingga ia mengabaikan seruan permintaan tolong Nestor.
Teknik kilas balik yang digunakan Carmen Posadas memang memperkuat cerita, tetapi menimbulkan inkosistensi karena ia menggunakan tahun tertentu untuk menjelaskan latar. Sebagai contoh pada halaman 71 dikatakan bahwa, "Lima belas tahun kemudian, neneknya (nenek Carlos) meninggal". Cerita ini berlatar tahun 1998 (halaman 33). Kalimat tadi dibubuhkan setelah uraian yang terjadi pada April 1986, ketika Carlos mengunjungi neneknya untuk kedua kalinya, saat ia berumur 8 tahun dan melihat untuk kedua kalinya lukisan perempuan berambut pirang platina. Jika demikian, berarti neneknya meninggal tahun 2001. Dan setelah 15 tahun seharusnya Carlos pada tahun 1998 telah berusia lebih dari 23 tahun. Padahal jika tahun 1986 ia berusia 8 tahun, waktu Nestor tewas Carlos seharusnya berusia 20 tahun. Dikatakan juga pada usia 20 tahun, Carlos sudah 3 kali menjadi mahasiswa hukum tahun pertama (karena lebih senang berada di bioskop daripada di kelas). Kalau membaca halaman 73, usia Carlos saat cerita terjadi sekitar 20 tahun, sedangkan pada halaman 147 disebutkan usianya 21 tahun.
Teknik kilas balik yang digunakan Carmen Posadas memang memperkuat cerita, tetapi menimbulkan inkosistensi karena ia menggunakan tahun tertentu untuk menjelaskan latar. Sebagai contoh pada halaman 71 dikatakan bahwa, "Lima belas tahun kemudian, neneknya (nenek Carlos) meninggal". Cerita ini berlatar tahun 1998 (halaman 33). Kalimat tadi dibubuhkan setelah uraian yang terjadi pada April 1986, ketika Carlos mengunjungi neneknya untuk kedua kalinya, saat ia berumur 8 tahun dan melihat untuk kedua kalinya lukisan perempuan berambut pirang platina. Jika demikian, berarti neneknya meninggal tahun 2001. Dan setelah 15 tahun seharusnya Carlos pada tahun 1998 telah berusia lebih dari 23 tahun. Padahal jika tahun 1986 ia berusia 8 tahun, waktu Nestor tewas Carlos seharusnya berusia 20 tahun. Dikatakan juga pada usia 20 tahun, Carlos sudah 3 kali menjadi mahasiswa hukum tahun pertama (karena lebih senang berada di bioskop daripada di kelas). Kalau membaca halaman 73, usia Carlos saat cerita terjadi sekitar 20 tahun, sedangkan pada halaman 147 disebutkan usianya 21 tahun.
Meskipun demikian, secara
keseluruhan Carmen Posadas berhasil melakukan persenyawaan semua unsur
kebetulan yang ia miliki secara indah, mengejutkan, nakal, jenaka dan
juga sensual. Semua cerita dirangkai secara atraktif dengan
mempermainkan berbagai karakter yang menawan sesuai peranannya
masing-masing, yang membuat mereka sulit dilupakan. Nestor, si koki
berkumis lancip yang selalu berusaha bersikap bijaksana; Marlene
Longstaffe, peramal asal Brasil yang memiliki wajah dengan 2 aspek
berbeda -bayangkan, Gunilla von Bismarck dan Malcom McDowell; Serafin
Tous, si rambut cepak yang mengapresiasi saus mousseline Nestor dengan baik; Adela, si Hecate di
balik kosmetik dan dandanan modis dengan rasa tertusuk berbahaya di
jempolnya; Ernesto, si rambut palsu petah lidah yang tidak menyukai
angka 33, lalu Carlos si ikal berkulit pucat yang terobsesi perempuan
dalam lukisan; Karel si mantan binaragawan berdarah Ceko dengan lagu
dan joget El son montuno-nya; Chloe, si mata biru dengan cincin, tindikan, dan tangan imajinernya, mousse cokelat dari cokelat yang sangat pahit dengan rasa mint yang
terlalu pedas; pemilik tulisan bertinta hitam seperti sederetan burung
betet di seutas kawat yang tidak diekspos secara gamblang. Semua latar
belakang karakter diungkap dengan baik untuk menyemarakkan kisah
tentang kegembiraan yang direnggutkan, kecurigaan yang bersitumbuh dari
rasa bersalah dan semburat ketidakwarasan yang tenang tetapi berbahaya
di antara gurihnya makanan penutup, gelora sensualitas yang rapuh, dan
panorama sinema eksotis Pedro Almodovar.
Mereka, para karakter ciptaan Carmen Posadas, bagaikan bahan masakan yang diracik menjadi campuran makanan misteri yang lezat cita rasanya menggunakan resep rahasia Carmen Posadas, little indiscretions-nya. Semuanya berbaur dengan elemen-elemen yang tampak sepele tapi menentukan seperti truffle cokelat, cameo, saus mousseline, cermin, pintu stainless-steel, buku catatan bersampul kain, tulisan burung betet, dan tentu saja, kecoak dengan lambaian antenanya. Carmen Posadas tahu benar cara memasak, rempah-rempah yang pas, waktu yang tepat, dan gerakan memasak yang benar untuk menghasilkan makanan yang gurih.
Ketika novel mencapai final, pembaca akan diajak kembali ke awal novel, awal yang menentukan, manakala barisan kata-kata di bawah ini menyapa mata:
Kumisnya tak pernah sekaku itu, sangat kaku sehingga seekor lalat bisa berjalan-jalan sampai ke ujungnya, bagaikan seorang tahanan meniti papan sebuah kapal perompak. Kecuali, bahwa lalat tersebut tidak mungkin bertahan hidup dalam sebuah ruang dingin bertemperatur tiga puluh derajat di bawah nol, begitu pula bagi pemilik kumis pirang dan beku ini: Nestor Dhaffino, koki dan pembuat pai terkenal dengan keahlian hebatnya mengolah fondant cokelat. Dan begitulah dia ditemukan berjam-jam kemudian: mata terbuka lebar penuh takjub, namun masih dengan suatu kewibawaan dalam sikapnya. Benar, kuku-kuku jarinya sedang mencakar pintu, tapi serbet cuci piringnya masih melekat di tali apron seperti biasa, Meskipun terlihat pintar, hampir tidak pernah terpikir olehnya sebuah pintu Westinghouse tahun 1980-an -ukuran dua meter kali satu setengah meter- baru saja tertutup secara otomatis di belakangnya dan berbunyi klik. (hlm. 3-4; hlm. 329-330).
Saat itu, kita akan paham, sesungguhnya Little Indiscretions yang telah kita baca bukanlah Little Indicretions versi Nestor si koki, tetapi versi si pembunuh; psikotik laten yang hidup dalam kenyamanan dan kenikmatan delusi. Oleh karena itu, jangan terkecoh ketika ia (kemudian) mengisahkan peristiwa terjebaknya Nestor versinya sendiri. Seperti apa yang ia temukan setelah Nestor mati, (hlm. 330) "bahwa, dengan sebuah kematian nyata dan beberapa ide dasar, tidak begitu sulit untuk mencampurkan kisah tentang gairah, rahasia-rahasia, dan kebencian, karena kebohongan-kebohongan dapat meyakinkan dengan sempurna bila mereka memuat sebuah elemen kebenaran."
Walau kita tidak diberi tahu apa yang dialami para tokoh yang masih hidup setelah novel berakhir, kita akan menemukan bahwa pada saat jenazah Nestor dibawa pergi, seekor kecoak sedang menggoyangkan antenanya di keset pintu depan The Lilies, pemilik tulisan warna hijau bak sederetan burung betet di seutas kawat muncul di depan pintu, dan lagi-lagi, jempol Adela Teldi memberikan peringatan akan datangnya sesuatu yang buruk.
Akhirnya, kita akan mengakui betapa fenomenalnya pengarang Dorilda (2000), La Bella Otero (2001) dan El Bien Sirviente (2003) yang juga pemenang Premio Nacional de Literature tahun 1984 ini mengakhiri pintalan cantik novel yang dipersembahkan kepada suaminya, Mariano Rubio. Ibarat Nestor Chaffino, perempuan kelahiran Montevideo 13 Agustus 1953 ini menyuguhkan makanan penutup sebagai bagian daripada keterampilan "gastronomis" yang ia miliki dalam pencapaian kualitas narasinya.
Mereka, para karakter ciptaan Carmen Posadas, bagaikan bahan masakan yang diracik menjadi campuran makanan misteri yang lezat cita rasanya menggunakan resep rahasia Carmen Posadas, little indiscretions-nya. Semuanya berbaur dengan elemen-elemen yang tampak sepele tapi menentukan seperti truffle cokelat, cameo, saus mousseline, cermin, pintu stainless-steel, buku catatan bersampul kain, tulisan burung betet, dan tentu saja, kecoak dengan lambaian antenanya. Carmen Posadas tahu benar cara memasak, rempah-rempah yang pas, waktu yang tepat, dan gerakan memasak yang benar untuk menghasilkan makanan yang gurih.
Ketika novel mencapai final, pembaca akan diajak kembali ke awal novel, awal yang menentukan, manakala barisan kata-kata di bawah ini menyapa mata:
Kumisnya tak pernah sekaku itu, sangat kaku sehingga seekor lalat bisa berjalan-jalan sampai ke ujungnya, bagaikan seorang tahanan meniti papan sebuah kapal perompak. Kecuali, bahwa lalat tersebut tidak mungkin bertahan hidup dalam sebuah ruang dingin bertemperatur tiga puluh derajat di bawah nol, begitu pula bagi pemilik kumis pirang dan beku ini: Nestor Dhaffino, koki dan pembuat pai terkenal dengan keahlian hebatnya mengolah fondant cokelat. Dan begitulah dia ditemukan berjam-jam kemudian: mata terbuka lebar penuh takjub, namun masih dengan suatu kewibawaan dalam sikapnya. Benar, kuku-kuku jarinya sedang mencakar pintu, tapi serbet cuci piringnya masih melekat di tali apron seperti biasa, Meskipun terlihat pintar, hampir tidak pernah terpikir olehnya sebuah pintu Westinghouse tahun 1980-an -ukuran dua meter kali satu setengah meter- baru saja tertutup secara otomatis di belakangnya dan berbunyi klik. (hlm. 3-4; hlm. 329-330).
Saat itu, kita akan paham, sesungguhnya Little Indiscretions yang telah kita baca bukanlah Little Indicretions versi Nestor si koki, tetapi versi si pembunuh; psikotik laten yang hidup dalam kenyamanan dan kenikmatan delusi. Oleh karena itu, jangan terkecoh ketika ia (kemudian) mengisahkan peristiwa terjebaknya Nestor versinya sendiri. Seperti apa yang ia temukan setelah Nestor mati, (hlm. 330) "bahwa, dengan sebuah kematian nyata dan beberapa ide dasar, tidak begitu sulit untuk mencampurkan kisah tentang gairah, rahasia-rahasia, dan kebencian, karena kebohongan-kebohongan dapat meyakinkan dengan sempurna bila mereka memuat sebuah elemen kebenaran."
Walau kita tidak diberi tahu apa yang dialami para tokoh yang masih hidup setelah novel berakhir, kita akan menemukan bahwa pada saat jenazah Nestor dibawa pergi, seekor kecoak sedang menggoyangkan antenanya di keset pintu depan The Lilies, pemilik tulisan warna hijau bak sederetan burung betet di seutas kawat muncul di depan pintu, dan lagi-lagi, jempol Adela Teldi memberikan peringatan akan datangnya sesuatu yang buruk.
Akhirnya, kita akan mengakui betapa fenomenalnya pengarang Dorilda (2000), La Bella Otero (2001) dan El Bien Sirviente (2003) yang juga pemenang Premio Nacional de Literature tahun 1984 ini mengakhiri pintalan cantik novel yang dipersembahkan kepada suaminya, Mariano Rubio. Ibarat Nestor Chaffino, perempuan kelahiran Montevideo 13 Agustus 1953 ini menyuguhkan makanan penutup sebagai bagian daripada keterampilan "gastronomis" yang ia miliki dalam pencapaian kualitas narasinya.
0 comments:
Post a Comment