Judul Buku : Plain Truth
Penulis: Jodi Picoult
Penerjemah: Esti Ayu Budihabsari
Tebal : 528 hlm; 18 cm
Cetakan: 1, Maret 2007
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Penulis: Jodi Picoult
Penerjemah: Esti Ayu Budihabsari
Tebal : 528 hlm; 18 cm
Cetakan: 1, Maret 2007
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Pernah mendengar atau membaca tentang Orang Amish? Orang Amish adalah sebuah denominasi Kristen Anababtis yang kebanyakan terdapat di Amerika Serikat dan Ontario, Kanada. Mereka hidup memisahkan diri dari masyarakat umum karena alasan-alasan religius yang mereka yakini. Mereka tidak ikut militer, tidak mengunakan jaminan sosial, tidak menerima bantuan keuangan dari pemerintah, dan menghindari asuransi.
Dalam percakapan sehari-hari mereka menggunakan dialek Jerman atau Pennsylvania Dutch yang mereka sebut sebagai Deitsch.
Mereka terbagi ke dalam lusinan persekutuan terpisah yang terserak ke
dalam distrik atau jemaat yang berdiri sendiri dan mempunyai kumpulan
peraturan tidak tertulis sendiri yang disebut Ordnung. Orang Amish tidak mendirikan gereja sebagai tempat beribadah, tapi menggunakan rumah khusus yang kadang-kadang disebut House Amish.
Mereka memiliki aturan-aturan tertentu dalam pembabtisan anak,
perkawinan, dan pemakaman. Setelah kelas delapan, anak-anak Amish tidak
diizinkan bersekolah lagi. Jika mereka memutuskan untuk melanjutkan
sekolah, mereka akan diasingkan dari komunitas.
Amish
Orde Lama masih memberlakukan peraturan-peraturan mengenai tata
berpakaian, perilaku, dan pembatasan penggunaan mobil dan listrik atau
teknologi modern lainnya. Sedangkan Amish Orde Baru dan Beachy Amish
meski tetap menganggap diri Amish, mereka telah menggunakan mobil dan
listrik. Amish Orde Lama memiliki komunitas di 21 negara bagian Amerika
Serikat, dan salah satu populasi terbanyak berada di Pensylvania.
Kehidupan Amish telah menjadi sumber berbagai karya, baik itu film, drama, musik, literatur anak, dan novel dewasa.
Plain Truth
(Kebenaran Sederhana) karya Jodi Picoult yang telah dibuat versi film televisinya (2004)
adalah salah satu novel yang mengangkat kehidupan komunitas Amish
sebagai sentral cerita. Novel ini telah diterjemahkan ke dalam Bahasa
Indonesia, diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama, dan dijadikan cerita
bersambung di Harian Kompas, dengan judul Kebenaran Sederhana. Selain Plain Truth, Gramedia Pustaka Utama juga telah menerbitkan novel Picoult lain yang berjudul Salem Falls. Sampai saat ini penulis kelahiran Long Island tahun 1966 ini telah menulis 14 novel termasuk My Sister's Keeper, Vanishing Acts, The Tenth Circle, dan Nineteen Minutes.
Picoult membuka Plain Truth
dengan kelahiran seorang bayi laki-laki yang kemudian ditemukan menjadi
mayat di gudang milik keluarga petani dari komunitas Amish di Paradise,
Lancaster County, Pennsylvania. Berdasarkan bukti yang ditemukan
polisi, bayi itu diketahui mati karena dibunuh. Yang menjadi tersangka
dalam pembunuhan bayi itu adalah Katie Fisher, perempuan Amish berusia
18 tahun yang telah melahirkan si bayi. Meski bukti sudah sangat jelas,
Katie menolak jika ia pernah hamil, melahirkan, dan membunuh bayinya.
Sekeras apa pun pertahanan ia buat, ia tetap harus berhadapan dengan
pengadilan yang memosisikannya sebagai terdakwa.
Eleanor
Hathaway atau Ellie, seorang pengacara Philadelphia, yang memiliki
reputasi sebagai pembela sukses para pembunuh, pemerkosa, dan pedofilia
berada di East Paradise ketika kasus Katie Fisher merebak. Karena ada
hubungan keluarga lewat bibinya, Leda, Ellie memutuskan membela Katie.
Sesuai perjanjian jaminan prasidang, Ellie menetap di tanah pertanian
keluarga Fisher guna mengawasi Katie.
Keluarga
Fisher ternyata memiliki sejumlah masalah. Anak tertua, Jacob,
diasingkan dari komunitas Amish gara-gara bertekad melanjutkan kuliah.
Anak bontot, Hannah, tewas tenggelam di bawah permukaan es. Katie, anak
kedua, berpacaran dengan Samuel Stoltzfus, tapi hamil dengan lelaki
lain. Sarah Fisher, ibu Katie, telah menjalani operasi pengangkatan
rahim yang membuat ia tidak bisa memiliki anak lagi.
Untuk
membela Katie, Ellie mesti bekerja keras, yang sayangnya kurang
didukung oleh Katie sendiri. Katie bahkan tidak dengan mudah mau
berterus terang kepada Ellie. Ellie yang mesti mati-matian berupaya
mencari jalan untuk membela Katie.
Saat
akhirnya Katie mengakui kehamilannya, ia membantah jika telah
menghabisi nyawa anaknya. Ellie pun menetapkan dasar pembelaan untuk
Katie, bahwa seorang perempuan Amish tak akan dan tak bisa melakukan
pembunuhan. Dasar pembelaan yang kemudian dimentahkan oleh Katie
sendiri. Padahal situasi pengadilan yang mereka hadapi kurang
menguntungkan, mengingat para juri tidak ada yang berasal dari komunitas
Amish. Hal ini bukan dikarenakan mereka tidak terpilih, tapi tidak ada
warga Amish yang memanfaatkan pengadilan untuk mencari keadilan dan
kebenaran.
Konflik
dalam novel ini berangkat dari pola kehidupan komunitas Amish bersama
keyakinan yang mereka pegang yaitu menyandarkan perilaku pada hal-hal
tertentu dari kitab suci secara literal. Mereka membangun kebenaran
sendiri dan tak hendak mereka kompromikan dengan masyarakat luar yang
mereka sebut sebagai orang Inggris. Mereka memiliki reputasi, bahwa
mereka tidak bisa membunuh, mengutamakan kepentingan komunitas dari
kepentingan pribadi, dan menjadi orang-orang yang hidup dalam kedamaian.
Pendek kata, orang Amish tidak akan pernah sama dengan orang di luar
mereka. Inilah yang hadir sebagai daya tarik utama novel Plain Truth.
Kebenarannya
adalah orang Amish tetap manusia, dan inilah yang diungkapkan oleh
Picoult dalam novelnya yang ketujuh ini. Mungkin sudah menjadi gayanya,
ia mengarahkan cerita dalam plot yang mengalir tenang, cenderung lamban,
meski tetap lancar. Ia mengemas kisahnya dalam bagian-bagian yang tidak
terlalu panjang kendati novelnya terkemas dalam satu keutuhan yang
panjang. Ia adalah pencerita yang mahir, pembaca akan digiring untuk
terus membaca apa yang dibeberkannya sambil menyelam ke dalam jiwa para
karakter yang diciptakannya. Penggambaran karakter oleh perempuan
bertubuh subur ini memang terbilang sangat menarik. Pembaca akan dibawa
memahami mereka sekaligus dengan permasalahan yang mereka alami sehingga
karakter-karakter itu seolah keluar dari cerita dan hidup. Yang paling
mengesankan, oleh Picoult, pembaca yang bahkan tidak mengenal orang
Amish dan kebiasaan-kebiasaan mereka akan merasa dekat dengan mereka.
Dapat dikatakan penerima penghargaan New England Book Award untuk karya
fiksi tahun 2003 ini berhasil mengulik ke dalam jiwa orang Amish dan
menghadirkan kepada pembaca dengan gemilang.
Untuk
membeberkan kisahnya, Picoult menggunakan 2 perspektif penceritaan,
yaitu dengan perspektif orang ketiga, dan perspektif orang pertama
melalui karakter Ellie. Sayangnya, penggunaan 2 perspektif ini
sepertinya hanya untuk memberi nuansa berbeda pada teknik penceritaan.
Tidak tertangkap kontribusi yang signifikan terhadap jalinan cerita.
Artinya dengan mengganti perspektif orang ketiga dengan orang pertama
menggunakan Ellie sebagai narator cerita tidak menjadi lebih istimewa.
Dilihat
dari tema dan karakterisasi, kita harus mengakui jika novel ini adalah
sebuah karya menarik. Temanya mengugah dengan karakterisasi yang
diformat secara menawan. Bagian yang paling menarik dari keseluruhan
novel, tidak dapat diungkiri, adalah proses pengadilan untuk memutuskan
apakah Katie bersalah atau tidak. Konfrontasi antara pembela dan
penuntut disajikan secara menarik untuk diikuti. Picoult menuturkan
kejadian-kejadian selama persidangan secara mengesankan dengan
dialog-dialog yang menyenangkan. Pembaca akan terdorong untuk
menduga-duga hasil akhir persidangan.
Sayangnya,
setelah berlembar-lembar halaman dilewati dengan adegan-adegan
pengadilan yang mengasyikkan, pengadilan tersebut ditutup dengan
pamungkas yang hadir sebagai antiklimaks. Adegan akhir yang berhubungan
dengan pengadilan, jalan tengah untuk mengakhiri kasus yang tidak dengan
segera diputuskan oleh para juri, sungguh mementahkan kematangan yang
telah terbangun sebelumnya.
Secara
pribadi, saya akan merasa lebih terkesan jika adegan pengungkapan yang
disajikan di bab terakhir dihadirkan di hadapan pengadilan. Mungkin akan
mengejutkan bagi komunitas Amish terutama Arthur, sang kepala keluarga
Fisher, tapi akan terasa lebih dramatis karena menohok telak ke jantung
reputasi orang Amish. Bagaimanapun, sesaleh apa pun tampaknya mereka,
mereka tetap manusia.
Tapi bagian akhir yang disodorkan Picoult akan sedikit membayar daya tarik yang pupus di bab sebelumnya.
Tambahan
kisah kehidupan Ellie di luar pengadilan dan bagaimana perempuan ini
memutuskan siapa lelaki yang akan menjadi ayah dari anak-anaknya
memberikan kontribusi yang cukup menarik ke dalam plot utama novel.
Setelah
membaca buku Picoult ini, kemungkinan besar, pembaca yang tertarik
dengan kefasihannya bertutur, tidak akan melewatkan karya-karyanya yang
lain.
0 comments:
Post a Comment