Judul Buku : Pulang
Penulis : Happy Salma
Penyunting : Tim Koekoesan
Cetakan: 1, November 2006
Penerbit: Koekoesan
Satu lagi perempuan selebritas Indonesia yang katanya bergelimang cahaya menulis buku. Setelah Melly Goeslaw dan Tamara Geraldine, Happy Salma unjuk kebolehan menulis kumpulan cerpen. Jujur, saya hanya sekedar tahu bahwa Happy Salma itu pemain sinetron. Beberapa kali saya melihat wajahnya tampil di layar kaca, tapi saya tidak pernah mengikuti kiprahnya sebagai pemain sinetron. Terus terang, saya memang bukan penikmat setia sinetron Indonesia. Sekarang Happy Salma menulis kumpulan cerpen, dan sebagai pecinta buku, saya ingin tahu keistimewaan Happy Salma sehingga tulisannya menjadi layak diterbitkan. Tanpa bisa dicegah, saya langsung bertanya-tanya. Apakah Happy Salma akan mengusung ketangkasan bertutur seperti Tamara Geraldine? Atau seperti kecanggungan Melly Goeslaw? Beruntunglah Happy Salma. Dia mendapatkan tim editor dari sebuah penerbit yang mau bersusah payah membantunya dalam menghadirkan karyanya sehingga memenuhi syarat literer.
Judul
bukunya singkat, hanya satu kata. PULANG. Tapi PULANG benar-benar
mewakili kumpulan ini karena kata itu menjadi tali yang membuhul delapan cerpen dalam kesan yang sama. Kita tidak hanya akan menemukan kata
pulang bermunculan di setiap cerpennya, tapi memaknainya dalam tiap
cerpen, dalam berbagai konteks.
Setelah membaca kumpulan cerpen ini -yang ternyata bisa habis sekali jalan- dapat diketahui kalau cerpen-cerpen Happy Salma adalah cerpen-cerpen yang sederhana. Baik tema maupun pengolahan cerita. Tapi jangan salah. Kesederhanaan di sini bukan berarti kelemahan atau ketidaklengkapan, atau bahkan ketidaksempurnaan. Ibarat perempuan cantik berdandan dengan nuansa nude. Sederhana, tapi akan memancarkan kecantikannya. Oleh karena itu, kesederhanaan Happy Salma justru menjadi daya tarik cerpen-cerpennya. Happy memang tidak menjangkau tema-tema musykil, tidak meraih topik-topik absurd yang kerap membingungkan pembaca. Ia hanya memulung tema-tema keseharian yang berhubungan dengan jalinan kekeluargaan, dan ternyata, berhasil mencapai sasaran.
Setelah membaca kumpulan cerpen ini -yang ternyata bisa habis sekali jalan- dapat diketahui kalau cerpen-cerpen Happy Salma adalah cerpen-cerpen yang sederhana. Baik tema maupun pengolahan cerita. Tapi jangan salah. Kesederhanaan di sini bukan berarti kelemahan atau ketidaklengkapan, atau bahkan ketidaksempurnaan. Ibarat perempuan cantik berdandan dengan nuansa nude. Sederhana, tapi akan memancarkan kecantikannya. Oleh karena itu, kesederhanaan Happy Salma justru menjadi daya tarik cerpen-cerpennya. Happy memang tidak menjangkau tema-tema musykil, tidak meraih topik-topik absurd yang kerap membingungkan pembaca. Ia hanya memulung tema-tema keseharian yang berhubungan dengan jalinan kekeluargaan, dan ternyata, berhasil mencapai sasaran.
Antologi irit ini -hanya 8 cerpen, dibuka dengan cerpen berjudul Pertemuan.
Cantik yang menurut pengakuan pemilik nama itu tidak cantik, terpaksa
harus meninggalkan Bandung pergi ke Depok. Ia harus bertemu kakaknya
atas permintaan ibunya di Lampung. Sudah 4 tahun Cantik tidak berjumpa
dengan kakaknya, dan memang tidak menginginkannya. Kakaknya memang
cantik, berambut panjang bergelombang dan indah terurai, jemarinya lentik
dicat warna merah muda. Wangi lagi. Tapi jangan tertipu. Karena pada
akhir cerpen, tepat di kalimat penutup Happy akan mencetuskan kejutan
yang tak terduga. Keren!
Cerpen kedua bertajuk Ibu dan Anak Perempuannya ditutup Happy dengan kejutan yang dijamin tidak terlupakan. Di mata ibunya yang sakit dan tinggal menghitung hari kehidupan, Arum putrinya yang cantik adalah seorang guru taman kanak-kanak dan juga pelatih tari. Dulu hati sang Ibu pernah disakiti Arum. Sekarang, bagaikan mau menebus dosa, Arum bertanggung jawab pada ibunya. Ia mau melakukan apa saja untuk ibunya. Apa yang dilakukan Arum akan jadi kejutan dalam cerpen yang berlangsung dalam durasi yang pendek tapi sangat berhasil ini.
Demikian juga yang Happy Salma lakukan pada nasib Nina Novianti dalam cerpen Adik. Nina mengikuti Kiki, adiknya yang murung, ke suatu tempat. Tempat itu membuat Nina nyaris tak dapat menerima kenyataan. Cerpen satu ini mengingatkan saya pada novel Raumanen karya Marianne Katoppo.
Perjalanan ke Negeri Sakura seperti yang dibentangkan dalam Perjalanan Jauh tidak membuat si Neg bersemangat. Neng memang selalu tidak bersemangat melakukan perjalanan. Setiap perjalanan selalu akan mengingatkan dia pada ibunya. Ibu yang membesarkan Neng seorang diri, satu-satunya sandaran hidup Neng. Neng tidak memiliki bapak dan tidak mengetahui wujud bapaknya seperti apa. Ia juga tidak memiliki adik atau kakak. Dan setiap kali Neng melakukan perjalanan, ia akan teringat perjuangan ibunya membiayai kehidupan mereka, teringat perjalanan ibunya ke Tanah Abang membawa pulang satu karung hasil belanjaan. Saya langsung teringat ibu saya begitu habis membaca cerpen ini. Cerpen yang lembut dengan akhir lirih yang membuat pembaca terenyuh.
Dalam Kenangan Singkat, seorang penyanyi perempuan dari Jakarta manggung di Papua sebagai bagian dari tim sukses sebuah kampanye pilkada. Ia bertemu seorang gadis kecil bernama Daniela. Nasib si kecil Daniela mengejutkan si penyanyi dan langsung menggenggam hatinya dalam waktu singkat. Salah satu cerpen yang tidak begitu menggedor dalam kumpulan ini, tapi cukup mengindikasikan kepedulian seorang Happy Salma terhadap warna kehidupan yang ia alami.
Pada Sebuah Pementasan, Iska yang hatinya penuh kedengkian diajak Nadia, temannya, ikut teater sekolah karena tim teater kekurangan personil. Kebencian Iska menggebung karena Nadia menawarkan kepadanya peran sebagai tikus untuk pementasan. Pembalasan dendam Iska meledak, dan dia tak menduga bakal mengancam nasibnya sebagai siswa di sekolahnya. Cerpen berlatar kehidupan remaja yang sedikit banyak akan mengingatkan masa remaja di sekolah bagi pembaca usia dewasa. Apalagi yang pernah memiliki sejarah persaingan yang tidak sehat.
Cerpen Pulang yang dijadikan judul antologi benar-benar tentang pulang. Tokoh cerpen adalah seorang perempuan yang pulang ke desanya saat Lebaran. Tapi di desanya ia menemukan hamparan sawah, pohon karet tinggi langsing, kicau burung, dan dendang bening sungai, telah hilang. Tokoh ini merasa asing. Merasa terampas. Waktu telah mengubah semuanya. Termasuk dirinya yang sudah tidak perawan lagi.
Umi, sebagai cerpen penutup, agak berbeda dari cerpen-cerpen lainnya. Ratih meninggalkan Jakarta pergi ke sebuah daerah di dekat Pekanbaru. Di sana ada sebuah rumah tua. Ia pernah mengunjungi rumah itu waktu usianya belum genap delapan tahun bersama mendiang ibunya. Ratih hendak bertemu Umi yang pernah mengasuhnya selama tiga tahun ketika ayahnya mengadu nasib sebagai sopir di Arab Saudi. Umi sudah lama sakit, tapi tidak bisa mati, walau sudah ingin mati. Dan kehadiran Ratih-lah yang akan menyelamatkan Umi dari penderitaannya di dunia.
Makna pulang yang memoles cerpen-cerpen Happy Salma harus dilihat dalam konteks cerita. Pulang dalam cerpen Pertemuan adalah permintaan seorang ibu pada anaknya yang tak pernah pulang dan seolah-olah telah ditelan bumi. Dalam cerpen Ibu dan Anak Perempuannya pulang adalah janji seorang anak kepada ibunya yang sakit. Anak ini juga telah pulang ke rumah ibunya setelah melarikan diri dengan lelaki beristri dan beranak tiga. Permohonan seorang kakak pada adiknya yang bersedih adalah pulang dalam cerpen Adik. Kerinduan si Neng kepada ibunya adalah makna pulang dalam cerpen Perjalanan Jauh. Cerpen Kenangan Singkat memaparkan kepulangan seorang penyanyi dari Papua menuju Jakarta. Cerpen Pada Sebuah Pementasan menghadirkan Iska yang ingin pulang ke rumah setelah menyebabkan Nadia cedera. Ratih dalam cerpen Umi ingin cepat pulang ke Jakarta dari rumah tua tempat Umi menunggu mati karena tidak ingin hidup seribu tahun lagi. Pulang yang benar-benar pulang hanya bisa ditemukan dalam cerpen Pulang.
Delapan cerpen Happy Salma yang disajikan dengan gaya yang seirama, bahasa yang cukup baik (meski sudah disunting, masih ada kata yang ejaannya salah), tidak tergila-gila menggunakan bahasa asing seperti yang latah digunakan beberapa penulis sezamannya, hadir tanpa keruwetan. Semuanya realis, bening, dan enak disimak.
Akhirnya, usai membaca kumpulan cerpen Happy Salma ini, kita bisa melihat jika benih telah disebarkan. Dengan kondisi lahan tumbuh yang layak, benih itu akan berkembang. Dilanjutkan dengan pemeliharaan dan pemupukan tanpa kenal lelah, maka Pulang tidak akan menjadi yang terakhir dari Happy Salma.
Dengan sendirinya, bagi saya, pertanyaan yang sempat tercetus di atas sudah terjawab.
Cerpen kedua bertajuk Ibu dan Anak Perempuannya ditutup Happy dengan kejutan yang dijamin tidak terlupakan. Di mata ibunya yang sakit dan tinggal menghitung hari kehidupan, Arum putrinya yang cantik adalah seorang guru taman kanak-kanak dan juga pelatih tari. Dulu hati sang Ibu pernah disakiti Arum. Sekarang, bagaikan mau menebus dosa, Arum bertanggung jawab pada ibunya. Ia mau melakukan apa saja untuk ibunya. Apa yang dilakukan Arum akan jadi kejutan dalam cerpen yang berlangsung dalam durasi yang pendek tapi sangat berhasil ini.
Demikian juga yang Happy Salma lakukan pada nasib Nina Novianti dalam cerpen Adik. Nina mengikuti Kiki, adiknya yang murung, ke suatu tempat. Tempat itu membuat Nina nyaris tak dapat menerima kenyataan. Cerpen satu ini mengingatkan saya pada novel Raumanen karya Marianne Katoppo.
Perjalanan ke Negeri Sakura seperti yang dibentangkan dalam Perjalanan Jauh tidak membuat si Neg bersemangat. Neng memang selalu tidak bersemangat melakukan perjalanan. Setiap perjalanan selalu akan mengingatkan dia pada ibunya. Ibu yang membesarkan Neng seorang diri, satu-satunya sandaran hidup Neng. Neng tidak memiliki bapak dan tidak mengetahui wujud bapaknya seperti apa. Ia juga tidak memiliki adik atau kakak. Dan setiap kali Neng melakukan perjalanan, ia akan teringat perjuangan ibunya membiayai kehidupan mereka, teringat perjalanan ibunya ke Tanah Abang membawa pulang satu karung hasil belanjaan. Saya langsung teringat ibu saya begitu habis membaca cerpen ini. Cerpen yang lembut dengan akhir lirih yang membuat pembaca terenyuh.
Dalam Kenangan Singkat, seorang penyanyi perempuan dari Jakarta manggung di Papua sebagai bagian dari tim sukses sebuah kampanye pilkada. Ia bertemu seorang gadis kecil bernama Daniela. Nasib si kecil Daniela mengejutkan si penyanyi dan langsung menggenggam hatinya dalam waktu singkat. Salah satu cerpen yang tidak begitu menggedor dalam kumpulan ini, tapi cukup mengindikasikan kepedulian seorang Happy Salma terhadap warna kehidupan yang ia alami.
Pada Sebuah Pementasan, Iska yang hatinya penuh kedengkian diajak Nadia, temannya, ikut teater sekolah karena tim teater kekurangan personil. Kebencian Iska menggebung karena Nadia menawarkan kepadanya peran sebagai tikus untuk pementasan. Pembalasan dendam Iska meledak, dan dia tak menduga bakal mengancam nasibnya sebagai siswa di sekolahnya. Cerpen berlatar kehidupan remaja yang sedikit banyak akan mengingatkan masa remaja di sekolah bagi pembaca usia dewasa. Apalagi yang pernah memiliki sejarah persaingan yang tidak sehat.
Cerpen Pulang yang dijadikan judul antologi benar-benar tentang pulang. Tokoh cerpen adalah seorang perempuan yang pulang ke desanya saat Lebaran. Tapi di desanya ia menemukan hamparan sawah, pohon karet tinggi langsing, kicau burung, dan dendang bening sungai, telah hilang. Tokoh ini merasa asing. Merasa terampas. Waktu telah mengubah semuanya. Termasuk dirinya yang sudah tidak perawan lagi.
Umi, sebagai cerpen penutup, agak berbeda dari cerpen-cerpen lainnya. Ratih meninggalkan Jakarta pergi ke sebuah daerah di dekat Pekanbaru. Di sana ada sebuah rumah tua. Ia pernah mengunjungi rumah itu waktu usianya belum genap delapan tahun bersama mendiang ibunya. Ratih hendak bertemu Umi yang pernah mengasuhnya selama tiga tahun ketika ayahnya mengadu nasib sebagai sopir di Arab Saudi. Umi sudah lama sakit, tapi tidak bisa mati, walau sudah ingin mati. Dan kehadiran Ratih-lah yang akan menyelamatkan Umi dari penderitaannya di dunia.
Makna pulang yang memoles cerpen-cerpen Happy Salma harus dilihat dalam konteks cerita. Pulang dalam cerpen Pertemuan adalah permintaan seorang ibu pada anaknya yang tak pernah pulang dan seolah-olah telah ditelan bumi. Dalam cerpen Ibu dan Anak Perempuannya pulang adalah janji seorang anak kepada ibunya yang sakit. Anak ini juga telah pulang ke rumah ibunya setelah melarikan diri dengan lelaki beristri dan beranak tiga. Permohonan seorang kakak pada adiknya yang bersedih adalah pulang dalam cerpen Adik. Kerinduan si Neng kepada ibunya adalah makna pulang dalam cerpen Perjalanan Jauh. Cerpen Kenangan Singkat memaparkan kepulangan seorang penyanyi dari Papua menuju Jakarta. Cerpen Pada Sebuah Pementasan menghadirkan Iska yang ingin pulang ke rumah setelah menyebabkan Nadia cedera. Ratih dalam cerpen Umi ingin cepat pulang ke Jakarta dari rumah tua tempat Umi menunggu mati karena tidak ingin hidup seribu tahun lagi. Pulang yang benar-benar pulang hanya bisa ditemukan dalam cerpen Pulang.
Delapan cerpen Happy Salma yang disajikan dengan gaya yang seirama, bahasa yang cukup baik (meski sudah disunting, masih ada kata yang ejaannya salah), tidak tergila-gila menggunakan bahasa asing seperti yang latah digunakan beberapa penulis sezamannya, hadir tanpa keruwetan. Semuanya realis, bening, dan enak disimak.
Akhirnya, usai membaca kumpulan cerpen Happy Salma ini, kita bisa melihat jika benih telah disebarkan. Dengan kondisi lahan tumbuh yang layak, benih itu akan berkembang. Dilanjutkan dengan pemeliharaan dan pemupukan tanpa kenal lelah, maka Pulang tidak akan menjadi yang terakhir dari Happy Salma.
Dengan sendirinya, bagi saya, pertanyaan yang sempat tercetus di atas sudah terjawab.
0 comments:
Post a Comment