11 February 2012

The Virgin Suicides



Judul Buku: The Virgin Suicides
Penulis: Jeffrey Eugenides (1993)
Penerjemah: Rien Chaerani

Tebal : 352 hlm; 12,5 X 19 cm
Cetakan: 1, Januari 2008
Penerbit: Dastan Books


Virgin suicide
What was that she cried?
No use in stayin'
On this holocaust ride
She gave me her cherry
She's my virgin suicides
(Perawan bunuh diri
Apa yang ia tangisi?
Sia-sia bertahan
Menuju kehancuran
Ia serahkan harga diri
Perawanku yang bunuh diri)

-Virgin Suicide 



Bagi masyarakat religius, kematian adalah kehendak dan kekuasaan Tuhan. Mencabut nyawa sendiri bukanlah hak manusia. Ketika manusia memutuskan meregangkan nyawa menggunakan tangannya sendiri, manusia telah mengambil alih apa yang menjadi hak Tuhan. Meskipun menyadari hal ini, banyak manusia yang melakukan tindakan bunuh diri. Ada berbagai cara manusia bunuh diri. Menenggak obat melebihi takaran semestinya, menabrakkan kendaraan, menggores pembuluh darah, memanfaatkan palang gantungan, menenggelamkan diri, bahkan menyusupkan kepala dan tubuh ke dalam oven yang tengah menyala. Apapun teknik bunuh dirinya, tindakan ini hanyalah refleksi dari egoisme manusia. Hanya, seringkali motivasi melakukan bunuh diri itu tidak jelas bagi yang masih hidup.

Tersebutlah sebuah keluarga Katolik dengan kehidupan yang biasa di Groisse Ponte, Michigan, tahun 70-an. Ronald Lisbon, sang kepala keluarga adalah seorang guru matematika SMA sementara istrinya hanya seorang ibu rumah tangga biasa. Mereka memiliki lima orang anak perempuan, Therese (17), Mary (16), Bonnie (15), Lux (14), dan Cecilia (13) sebelum tragedi dimulai. Pada suatu musim lalat ikan,  sembari berendam di bak mandi, Cecilia, si bungsu, mencoba bunuh diri dengan menyayat pergelangan tangan. Percobaan bunuh diri ini gagal. Tetapi, Cecilia berusaha kembali untuk mengakhiri hidupnya. Dua minggu setelah meninggalkan rumah sakit, ketika sebuah pesta diadakan di rumah keluarga Lisbon, Cecilia menjatuhkan diri dari lantai atas rumah dan tertancap di pagar rumah. Tentu saja ia tewas. 

Pasca tewasnya Cecilia, kehidupan keluarga Lisbon, terutama putri-putri Lisbon, menjadi pusat perhatian masyarakat sekitar. Kecantikan mereka sangat mengairahkan remaja-remaja lelaki yang kemudian mencoba melakukan pendekatan dengan mengajak mereka menghadiri pesta di luar rumah. Lux melakukan kesalahan, ia menghabiskan malam dengan Trip Fontaine dan terlambat pulang. Keterlambatannya menjadi alasan bagi Mrs. Lisbon untuk menarik putri-putrinya dari pergaulan sekaligus dari sekolah mereka. Kendati demikian, pengekangan ini tidak menjadikan Lisbon bersaudara perempuan-perempuan alim yang terkendali. Lux, di atap rumah, melakukan serangkaian hubungan seks dengan berbagai laki-laki.

Setelah ditarik dari pergaulan, suatu malam, putri-putri keluarga Lisbon mengundang remaja-remaja lelaki yang kemelit dengan kehidupan mereka untuk mendatangi rumah mereka. Bagi para lelaki muda itu, Lisbon bersaudara telah menyiapkan kejutan; hampir secara simultan keempat perempuan muda ini mencoba bunuh diri dengan berbagai metode. Hanya satu yang bisa diselamatkan dari antara mereka, meskipun seperti Cecilia, ia akan menemukan jalan kematiannya sendiri. 

The Virgin Suicides yang telah diterjemahkan ke dalam 16 bahasa dan menjadi bestseller di berbagai negara ini adalah karya debutan penulis Amerika, Jeffrey Eugenides. Pria kelahiran Detroit, Michigan, 8 Maret 1960, yang bersama keluarganya kini menetap di Princeton (New Jersey) ini kemudian dikenal luas sebagai peraih Pulitzer Prize for Fiction tahun 2003 untuk novel memoar fiktifnya yang bertajuk Middlesex.

Secara garis besar isi novel hanyalah usaha pengungkapan penyebab tindakan bunuh diri putri-putri keluarga Lisbon. Sekitar dua dekade setelah semua putri keluarga Lisbon tewas, beberapa lelaki (remaja pada waktu kejadian) melakukan investigasi kematian misterius itu; melakukan banyak wawancara dan mengumpulkan sejumlah bukti. Rumah keluarga Lisbon telah dijual, Ronald dan istrinya telah meninggalkan East Side, bahkan telah bercerai. Hasil investigasi tersebut dijalin dengan pengalaman dan pengamatan semasa remaja, dituangkan dalam sebuah laporan dengan koleksi nama yang banyak dan berbagai bukti (barang bukti #1 sampai #97). Barang bukti tersebut terdiri atas artikel koran, foto-foto rumah dan keluarga, buku harian Cecilia, barang-barang pribadi putri-putri Lisbon lainnya seperti kosmetik, sepatu basket, lilin, kaca, bahkan bra.

Karena disusun sebagai laporan investigasi, The Virgin Suicides menjadi sebuah novel 5 bagian yang kaya akan detail. Tidak heran, layaknya sebuah laporan, Eugenides menggunakan kalimat-kalimat panjang untuk menjelaskan segala sesuatu. Hanya, bisa dikatakan, novel ini adalah 'sebuah investigasi yang gagal'. Pengalaman para investigator di masa remaja, hasil wawancara yang berjibun, dan barang-barang bukti yang ada tidak memberikan jawaban yang pasti untuk misteri kematian putri-putri Lisbon hingga novel berakhir. Bagi sementara pembaca, novel dengan sejumlah pertanyaan menggelitik tetapi tidak memberikan jawaban yang memuaskan mungkin akan sangat mengecewakan.  

Secara isi, The Virgin Suicides bukanlah novel yang istimewa. Kematian berantai memang akan mengugah keinginan pembaca, tetapi dengan bentuk novel yang unik, tetap novel ini terkesan datar, biasa-biasa saja. Hanya sekelompok remaja yang menua dengan penasaran, dan sekelompok perempuan yang terobsesi dengan kematian dalam plot yang sederhana, tak ada yang berkelok-kelok membingungkan atau menegangkan. 

Meski demikian novel yang dibuka dan ditutup dengan kematian Mary Lisbon ini bukan tidak menarik. Selain bentuk penulisan yang unik dan belum pernah saya temukan pada novel-novel penulis lain, yaitu dalam bentuk laporan investigasi; The Virgin Suicides juga menggunakan narator yang tidak lazim digunakan, narator orang pertama jamak, kami. Penggunaan perspektif ini mengindikasikan jika investigasi dilakukan oleh lebih dari satu orang yang mengalami masa remaja ketika tragedi Lisbon terjadi. Beberapa nama lelaki itu bisa ditemukan dalam novel, seperti Chase Buell, Peter Sissen, Tom Faheem, dan Tim Winer; tetapi tidak jelas siapa yang benar-benar melakukan investigasi dan menjadi narator novel. 

Novel yang terbilang alit ini -edisi Indonesia berkisar 300-an halaman dengan ukuran buku yang tidak besar dan memakai huruf berukuran besar, memang belum semenarik Middlesex, gubahan Eugenides setelahnya. Bisa dimaklumi karena jarak penciptaan kedua karya ini. The Virgin Suicides terbit tahun 1993, sedangkan Middlesex tahun 2002, dengan konflik dan jumlah halaman yang jauh berbeda.

Judul novel, The Virgin Suicides diturunkan dari judul lagu band fiktif Cruel Crux, yang menjadi favorit Lux Lisbon, Virgin Suicide (hlm. 247-248). Meskipun, tidak semua putri Lisbon mati dalam keadaan perawan. Lux Lisbon telah kehilangan keperawanannya dan bercinta dengan banyak laki-laki! 

Novel pemenang Whiting Award  ini telah diadaptasi ke dalam versi film berjudul sama yang diarahkan oleh sutradara perempuan, Sofia Coppola (1999) dengan pemain seperti James Woods (Ronald Lisbon), Kathleen Turner (Mrs. Lisbon), Kirsten Dunst (Lux Lisbon), dan Giovanni Ribisi sebagai narator. 

Misteri kematian putri-putri keluarga Lisbon memang tidak terpecahkan. Kendati digambarkan Mrs. Lisbon bersikap keras terhadap putri-putrinya, tidak ada bukti bahwa hal itu menjadi alasan tindakan bunuh diri putri-putrinya. "Semua adalah kombinasi dari banyak faktor,"demikian penjelasan Dr. Hornicker dalam laporannya (hlm. 348 – 349). "Pada kebanyakan orang, bunuh diri adalah seperti permainan rolet Rusia. Hanya satu bilik yang berisi peluru. Pada gadis-gadis keluarga Lisbon, senapan itu terisi penuh. Satu peluru untuk menyiksa keluarga. Satu peluru untuk kecenderungan penyakit genetik. Satu peluru untuk kekecewaan masa lalu. Satu peluru untuk momentum yang tak terelakkan. Dua peluru yang lain mustahil diberi nama, tapi bukan berarti tak ada maksudnya."

Namun, ini pun hanya sebuah teori tanpa alasan medis. "Semua ini tak ada gunanya," kata narator (hlm. 349). "Esensi dari bunuh diri bukan kesedihan atau misteri, melainkan egoisme sederhana. Gadis-gadis itu mengambil alih keputusan yang sepantasnya diputuskan Tuhan. Mereka terlalu berkuasa untuk hidup di tengah-tengah kami, terlalu memikirkan diri sendiri, terlalu bermimpi, benar-benar buta..."

1 comments:

Aksiku - Toko Buku Bekas Online said... Reply Comment

Misi Min, mau nawarin buku bekasnya "The Virgin Suicides" buat para pembaca setia blog ini, minat? silahkan ke http://www.aksiku.com/2015/03/jual-novel-virgin-suicides-jeffrey.html

makasih banyak min, salam

Post a Comment

Recommended Post Slide Out For Blogger
 

Blog Template by Blogger.com

Author: Jody Setiawan