06 February 2012

Addicted To Weblog



Addicted to Weblog
Penulis : Labibah Zain
Tebal: xvi + 192 hlm; 11 x 17 cm
Cetakan: 1, Agustus 2005
Penerbit : Pustaka Populer Obor



Pertama melihat kumpulan cerpen (kumcer) ini, saya menduga buku ini sejenis teenlit, chicklit, atau metropop. Wajar, mengingat judulnya: Addicted to Weblog: Kisah Perempuan dalam Dua Dunia. Sekarang banyak buku-buku dengan genre yang saya sebutkan diberi judul dengan teknik yang sama.
 
Baru setelah membacanya, saya sadar bahwa kumcer ini sebetulnya berbeda. Labibah Zain mencoba memberi warna pada dunia yang rupanya sangat digemari dan dikuasainya, terutama saat dia mengapung-apung dalam dunia maya. Labibah adalah pengarang dengan napas cukup panjang dalam bertutur. Hal itu bukan karena dia sudah menetaskan banyak karya, tapi karena Labibah menulis dengan narasi panjang-panjang. Labibah membentuk aliran sungai dari mata air inspirasinya, berkelok-kelok tenang menuruni dataran menuju jeram-jeram yang -di sinilah pesona Labibah- mengejutkan. Sebentar saya sempat teringat O. Henry yang doyan menciptakan ledakan di benak pembaca di bagian pamungkas cerpen-cerpennya.

Sesungguhnya judul kumcer ini hanya mewakili 1 cerpen saja yaitu cerpen dengan judul sama. Cerpen-cerpen lain sama sekali tidak membicarakan ketagihan ber-weblog. Kalaupun menyinggung internet, Labibah hanya menggunakan sebagai latar penceritaan saja.  Sisanya malah tidak nyambung. Addicted to Weblog: Kisah Perempuan Dalam Dua Dunia, Perempuan dan Lelaki Maya, Perempuan itu Bernama Sinta dan Perempuan Dalam Dua Etalase merupakan pengungkapan Labibah bagaimana dunia maya memberi efek yang bisa merugikan (dan menguntungkan) penghuninya. Dalam dunia maya nyaris semua tidak jelas. Apa saja bisa terjadi di sana. Ketagihan, perselingkuhan, kebohongan, tipu muslihat, teror, dan penyimpangan seksual. Di sinilah kelebihan Labibah bermain-main dengan cekatan.

Seorang istri ketagihan weblog hingga mengabaikan rumah tangga (Addicted to Weblog: Kisah Perempuan Dalam Dua Dunia). Saking ketagihannya menjadi blogger, suaminya ketakutan. Coba simak kata-kata suaminya sebagai narator cerpen ini: "Aku takut suatu saat nanti, dia akan making love denganku sambil ngeblog juga. Bibirnya akan menciumi leherku, tangan kirinya akan mengelus-elus punggungku tetapi matanya akan memandangi monitor dan tangan kirinya akan memegang mouse untuk me-refresh weblog-nya! Dan ketika aku akan mencapai puncak kepuasan, tiba-tiba dia akan berteriak menyuruhku menghentikan permainan karena hasil refreshan-nya menandakan ada komentar baru yang harus ditanggapi segera!" (hal. 21). Tapi kemudian, ternyata weblog yang dibuat istrinya bisa juga bermanfaat.

Di dunia cyber, Sinta terus merahasiakan diri dan menikmati pertemanan maya dengan seorang pria bernama Arjuna. Seorang pengunjung dunia maya diceritakan senang merusak relasi dalam dunia maya. Ternyata keduanya berhubungan dengan kehidupan Sinta. Sebuah rekayasa kebetulan, tetapi mengasyikkan (Perempuan dan Lelaki Maya).

Perempuan Itu Bernama Sinta dan Perempuan Dalam Dua Etalase menceritakan dua hubungan antar manusia dalam dunia maya. Salah satunya tidak mau bersikap terbuka. Dan bukan hal yang mengherankan, karena mereka menyimpan rahasia di balik kiprah mereka yang serba maya.

Samar saya bisa menangkap Labibah sedang bermain simbol ketika menuturkan Perempuan Di Sudut Taman. Dalam cerpen yang menurut saya biasa-biasa saja dan cenderung membosankan ini, rupanya Labibah sedang menuturkan sebuah komunitas dalam dunia maya dengan seorang tokoh perempuan berperilaku tidak menyenangkan di dalamnya. 

Dalam Perempuan Pengusung Tradisi, Habibah, seorang syarifah, sesuai ketentuan mesti menikah dengan seorang habaib. Dikhianati seorang habaib, Habibah berpacaran dengan seorang ahwal, tapi kemudian zuwad dengan Ucin tanpa cinta untuk menghormati tradisi. Setelah anak-anaknya dewasa, Liya, salah seorang anaknya, mengulangi pengalaman ibunya, tapi dengan cara berbeda. Saat itu Habibah bermetamorfosis dari Perempuan Pengusung Tradisi ke Perempuan Perombak Tradisi. Suatu gugatan kepada tradisi yang ada, tapi bukan gugatan yang meledak-ledak, biasa saja.

Amellia, tujuh belas tahun, gadis penggemar boneka dari keluarga broken-home, asimilasi wanita keturunan Cina dan pria keturunan Arab. Gadis ini bergaul dengan seorang laki-laki bernama Andre dan hamil. Labibah berhasil menguraikan kisahnya dengan gaya remaja, sesuai usia Amellia, tapi kemudian tetap menggunakan gayanya, menohok di ujung cerita (Perempuan, 17 Tahun).

Perempuan Dalam Kegelapan itu bernama Petty. Ia tidak merasa bahagia dengan kehidupan rumah tangga bersama Singgih. Singgih terlalu sibuk kuliah sehingga mengabaikan istrinya. Bahkan dalam bercinta Singgih tidak pernah peduli istrinya puas atau tidak. Petty ketemu Manas, meninggalkan suaminya, kemudian secara beruntun Labibah menimpakan kesengsaraan dalam hidup Petty. Kasihan si Petty gara-gara ulah dalangnya.

Membaca kumcer Addicted to Weblog: Kisah Perempuan dalam Dua Dunia sesungguhnya cukup mengasyikkan, tapi Labibah tetap perlu memerhatikan tata bahasa. Di beberapa tempat masih terlihat kebingungan membedakan di apakah sebagai awalan atau preposisi (baca cerpen Perempuan di Sudut Taman). Kemudian masih adanya susunan kalimat yang kacau. Simak di halaman 70 (Perempuan Dalam Kegelapan) paragraf pertama yang cukup panjang, baris 2 terakhir, temukan kelebihan pemakaian kata "cepat" di sana. Pada halaman 77 malah Labibah menulis bahwa "Mah adalah kepanjangan dari mamah" (bukannya malah kependekan?). Sesungguhnya cerpen-cerpen Labibah perlu disunting supaya lebih bersinar lagi. Napas panjang dalam bertutur memang punya efek pada munculnya kalimat-kalimat rancu. Dan Labibah yang menggemari nama Sinta dan agak doyan berkhotbah dalam ceritanya suka pada tuturan yang panjang.

Kumcer ini hanya berisi 8 cerpen, tergolong sedikit meskipun diimbangi dengan durasi kisah yang panjang. Dalam kumcer berikutnya -kalau masih ada yang akan diterbitkan, mungkin Labibah bisa bermurah hati menghadirkan cerpen yang lebih banyak, dan dengan kemahiran mengecoh serta penyuntingan yang lebih intens, tentu saja. Sebagai penulis, sebelum mempublikasikan karyanya, seyogyanya melakukan penyuntingan lebih dahulu. Editor hanya akan memberi sentuhan biar karyanya lebih berkilau.

0 comments:

Post a Comment

Recommended Post Slide Out For Blogger
 

Blog Template by Blogger.com

Author: Jody Setiawan